Serunya Jadi Saksi Bintang Muda di Piala Dunia U-17
Ribuan penonton menyaksikan Piala Dunia U-17 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung. Mereka jadi saksi perjuangan Argentina, Jerman, hingga Senegal menjadi yang terbaik.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
·4 menit baca
Sabtu (11/11/2023), ribuan orang datang menyaksikan laga Piala Dunia U- 17 2023 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seperti Indonesia yang pertama kalinya menjadi peserta ajang resmi FIFA, ada juga penonton yang baru sekarang datang langsung ke stadion.
Mereka bakal jadi saksi banyak bakat pesepak bola menjajaki ajang dunia perdananya. Kini, bisa jadi penonton tidak mengenalnya. Namun, nanti mereka bisa berbangga pernah melihat aksi para pemain itu sejak muda.
Icha (25), misalnya, sengaja datang dari Jakarta ke Soreang demi melihat Jepang dan Argentina berlaga. Keduanya berada di Grup D Piala Dunia U-17.
”Saya naik kereta pagi dari Jakarta. Di Jakarta tidak ada Jepang dan Argentina-nya,” kata Icha, merujuk laga penyisihan grup lain yang juga digelar di Ibu Kota.
Akan tetapi, Icha sesungguhnya tidak terlalu peduli siapa yang bakal memenangi laga. Lagi pula tidak ada Indonesia bertarung di Bandung.
Dia juga tidak tahu siapa pemain andalan dari tim jagoannya. Penyerang andalan Jepang sekaligus pemain terbaik Piala Asia U-17 2023, Gaku Nawata, masih sangat asing di telinganya.
Bagi dia, sensasi Piala Dunia jauh lebih penting. Keramaian UMKM, melihat pesepak bola dari berbagai negara, hingga semarak promosi ajang ini tidak kalah memesona.
Apalagi, momen Indonesia pertama menjadi tuan rumah ajang sekelas Piala Dunia ini mirip dengan kisahnya. Icha menyebut baru kali ini datang langsung ke stadion. Sebelumnya, dia hanya menonton sepak bola dari layar kaca.
”Ternyata menyenangkan. Saya terkesan dengan fasilitas bus gratis bagi penonton yang datang ke laga Piala Dunia,” katanya.
Mimpi menonton Piala Dunia terwujud dengan uang tabungan sendiri.
Menabung
Tanpa tim Indonesia berlaga di sana, naik bus pengumpan berwarna biru menjadi pengalaman baru bagi penonton pemula, seperti Icha. Mulai pukul 14.00, bus-bus itu seliweran membawa penonton dari Gedung Budaya Sabilulungan ke Stadion Si Jalak Harupat dan sebaliknya, sejauh 3,5 kilometer. Semuanya gratis, menjadi bagian dari pelayanan bagi penonton.
Di antara mereka yang datang, ada Arya Maulana bersama dua temannya, Dafa Putra dan Rizki Anhari. Mereka datang dari Banjaran, Kabupaten Bandung, berjarak sekitar 8 km dari Soreang. Ketiga pelajar kelas XI itu mengaku sudah tak sabar menyaksikan Argentina meski tidak tahu siapa saja pemainnya.
Claudio Echeverri, kapten Argentina berjulukan ”El Diablito” atau Si Setan Kecil, belum pernah mereka dengar. Pemain River Plate senilai Rp 70 miliar atau setara satu tim top Indonesia itu ternyata tidak familier bagi Arya dan kawan-kawannya. Bagi mereka, Argentina adalah Lionel Messi.
Akan tetapi, tetap saja perjuangan mereka datang tidak bisa disepelekan. Selain menjaga nama baik Indonesia sebagai penyelenggara, mereka membeli tiket Rp 150.000 dari tabungan uang jajan berminggu-minggu. Sejak awal, Arya dan teman-temannya tidak merepotkan orangtua.
”Mimpi menonton Piala Dunia terwujud dengan uang tabungan sendiri,” kata Arya, 16 tahun, atau seusia dengan rata-rata pemain yang berlaga.
Militansi Chandra Febian (19) juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia menempuh enam jam perjalanan menggunakan bus dari Tasikmalaya demi laga di Jalak Harupat. Chandra hendak menjadi secuil bagian dari tim Argentina meraih gelar Piala Dunia U-17 pertamanya.
”Saya berharap Argentina dapat mengukir prestasi di ajang ini sama seperti tim seniornya,” harap Chandra.
Banyak laga seru
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung Hilman Kadar memaparkan, penonton pada laga perdana, yakni Jepang melawan Polandia dan Senegal versus Argentina, lebih kurang 12.000 orang. Ia berharap laga seru lainnya bakal didatangi banyak penonton.
Alasannya, selain Jepang dan Argentina, ada banyak tim elite lain yang akan bertarung di Bandung. Dia menyebutkan Meksiko, juara CONCACAF (Federasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia) 2023 U-17, hingga Selandia Baru, juara OFC (Konfederasi Sepak Bola Oseania) U-17 2023
Selain itu, ada juga tim ”Panser” Jerman dan Senegal, juara CAF (Federasi Sepak Bola Afrika) U-17 CAF 2023. Semua laga di Jalak Harupat akan berlangsung 11-21 November.
”Jumlah penonton pada laga perdana piala dunia di Jalak Harupat pada Sabtu ini melewati target jumlah penonton dari FIFA, sebanyak 10.000 orang. Kami berharap jumlah penonton terus bertambah hingga laga terakhir,” ucap Hilman.
Hilman menambahkan, untuk menampung animo warga, pengalihan arus lalu lintas menuju stadion telah disiapkan. Mekanismenya dilaksanakan dua jam sebelum pertandingan dan dua jam setelah pertandingan berakhir. Setiap hari, biasanya dilangsungkan dua laga, mulai pukul 16.00 dan berakhir sekitar pukul 21.00.
”Harapannya, semua bisa menjamin kenyamanan penonton menyaksikan calon bintang sepak bola dunia,” katanya.
Ungkapan ”tidak kenal maka tidak sayang” mungkin sudah usang. Namun, di Piala Dunia U-17, kalimat klise itu sepertinya masih pantas didengungkan. Dari Bandung, para penonton bisa menjadi saksi kehebatan Amara Diouf, andalan Senegal di Piala Afrika U-17 2023, hingga beban yang harus ditanggung Claudio Echeverri saat digadang-gadang menjadi Messi baru.