”Laga” Seru Pelaku UMKM di Luar Stadion Piala Dunia U-17
Pelaku UMKM berharap untung saat ajang Piala Dunia U-17 digelar. Produk yang ditawarkan beragam, mulai dari makanan hingga minuman.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
Tidak hanya pemain muda dari sejumlah negara yang berlaga di Piala Dunia U-17, pelaku UMKM dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat, juga ikut unjuk gigi. Seperti tim sepak bola, hasilnya tidak dinikmati sendiri pemilik usaha. Para pekerja yang berjuang bersama mereka bakal merasakan manfaatnya.
Pasangan suami-istri, Pratama Anggi Wibowo (30) dan Intan Ratnawati, percaya diri memasuki toko Bandung Kunafe di Soreang, Kabupaten Bandung, Jumat (10/11/2023) siang. Mereka membawa ratusan bungkus camilan stik keju dengan tiga varian rasa untuk dititipkan di toko oleh-oleh yang letaknya di samping Gedung Budaya Sabilulungan (GBS) itu.
GBS vital selama Piala Dunia U-17 di Bandung pada 11-21 November. Keberadaaannya menjadi pusat bus pengumpan atau shuttle penonton menuju Stadion Si Jalak Harupat, tempat laga digelar.
”Rencananya kami akan memasok hingga 5.000 bungkus aneka produk camilan selama Piala Dunia U-17. Targetnya, dapat sekitar Rp 100 juta,” kata Pratama.
Percaya diri Pratama bukan tanpa alasan. Selama beberapa tahun terakhir, dia adalah produsen sedikitnya 50 aneka produk camilan. Tidak hanya stik keju, ada juga kue bolu susu, basreng, hingga dodol dan beragam kerajinan tangan. Biasanya, dia bekerja jika ada pesanan tertentu.
Kali ini, kata Pratama, berbeda. Dia menyiapkan waktu khusus. Pratama dan sembilan pekerja menyediakan waktu selama empat hari untuk produksi stik keju di rumahnya di daerah Gandasari, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Bandung. Jika ternyata laku keras, jam kerja akan ditambah demi meningkatkan kuantitas produksi.
”Pekerjanya adalah tetangga sendiri. Kami berharap laku keras. Keuntungannya nanti bisa digunakan untuk menambah kebutuhan sehari-hari hingga biaya pendidikan anak,” kata Pratama.
Niat baik
Agus Asmara, produsen kopi luwak di Kabupaten Bandung, juga enggan kehilangan peluang mencetak cuan saat Piala Dunia U-17. Ayah tiga anak ini berencana berjualan di tenda yang disiapkan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Bandung di GBS.
Untuk itu, selama dua hari terakhir, Agus dan lima karyawannya menyiapkan 100 kemasan produk kopi luwak dan arabika buatannya. Ia menempelkan merek “Kopi Lembah Cimanong”, merujuk perkebunan kopi milik sendiri seluas 1 hektar di Ciwidey.
Agus menjual dalam bentuk biji sangrai dan bubuk siap seduh. Harga kopinya antara Rp 60.000-Rp 100.000 per 100 gram.
Selain menjual produknya dalam bentuk kemasan, Agus juga menjual minuman kopi. Dengan Rp 10.000-Rp 15.000 per gelas, pengunjung bisa menikmati kopi hitam, kopi luwak, hingga kopi susu.
Saya menargetkan keuntungan di atas Rp 5 juta. Nanti, sebagian keuntungan akan diberikan pada Sri. Dia kini sendirian menghidupi tiga anak.
”Kami menargetkan keuntungan hingga Rp 10 juta selama perhelatan Piala Dunia U-17. Jumlah itu mencapai tiga kali lipat dari penjualan daring dan ikut bazar,” kata pria berusia 52 tahun ini.
Menurut Agus, Piala Dunia U-17 bagai oase di tengah kondisi ekonomi yang kini sulit. Dia mencontohkan, penghasilan harian bersama karyawannya dari berjualan kopi paling tinggi hanya Rp 300.000. Tidak jarang, ia mendapatkan lebih rendah dari itu.
”Para pekerja saya sudah berkeluarga semuanya. Jika hasil di sini sesuai target, bakal ada bonus bagi mereka,” ujar Agus.
Niat baik serupa juga bakal dilakukan Astri Puspita pada pekerjanya. Astri adalah pelaku usaha kue basah. Bakal berjualan di PLUT selama gelaran Piala Dunia U-17, dia dibantu Sri, satu-satunya pekerjanya.
Astri mengatakan bakal berjualan 50-100 kue basah per hari mulai Sabtu (11/11/2023) siang. Adonan sudah dibeli. Astrid dan Sri tinggal menyiapkan tenaga untuk bekerja sama membuat kue basah sejak Sabtu dini hari.
”Saya menargetkan keuntungan di atas Rp 5 juta. Nanti, sebagian keuntungan akan diberikan pada Sri. Dia kini sendirian menghidupi tiga anak,” kata Astri.
Ribuan orang
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah PLUT Kabupaten Bandung Dewi Windiani memaparkan, selama Piala Dunia U-17 UMKM akan difokuskan di area GBS. Pihaknya menyediakan delapan tenda yang bisa menampung 16 pelaku usaha.
”Kami mendukung penuh pelaku UMKM hingga pedagang kaki lima meningkatkan penghasilan selama pelaksanaan ajang internasional ini,” kata Dewi.
Bupati Bandung Dadang Supriatna menambahkan, penonton di Piala Dunia U-17 di Jalak Harupat diperkirakaan mencapai 10.000 orang per laga. Oleh karena itu, ia yakin ajang ini akan memberi manfaat bagi geliat ekonomi warga.
”Kami mengapresiasi FIFA yang telah memberikan kesempatan Kabupaten Bandung menjadi salah satu tuan rumah ajang besar ini. Besar harapan kami, manfaat Piala Dunia U-17 dinikmati semua kalangan,” harap Dadang.
Sepak bola lebih dari sekadar permainan. Selalu ada peluang bagi yang berjuang. Di Piala Dunia U-17, sebagian pelaku UMKM asal Bandung sepertinya percaya pada filosofi itu. Selama seminggu ke depan, mereka akan merasakan seru dan kerasnya ”laga” di luar lapangan hijau.