Jepang ingin memberikan kado spesial untuk pelatih Moriyama. Namun, Polandia yang berambisi memulihkan nama baik skuad mereka siap menjegal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Bagi pelatih tim U-17 Jepang Yoshiro Moriyama, momen ulang tahun kali ini agaknya terasa paling tepat dibandingkan sebelum-sebelumnya. Dia berulang tahun ke-56 hanya dua hari sebelum laga pembuka Jepang di Grup D Piala Dunia U-17 Indonesia 2023, Kamis (9/11/2023).
Momen spesial tersaji di Lapangan Sasana Olahraga Ganesha Institut Teknologi Bandung, seusai sesi latihan skuad Jepang, Kamis malam. Seluruh pemain dan staf pelatih berkumpul di pinggir lapangan untuk berfoto bersama. Mereka tampak hanya ingin mengabadikan momen tersebut, tidak ada tujuan lain.
Anehnya, setelah berfoto, para pemain yang dipimpin penyerang Gaku Nawata langsung mengambil botol air mineral. Mereka serentak menekan botol dengan sekuat tenaga sampai air keluar seperti pancuran. Target sasarannya adalah Moriyama yang berdiri di depan mereka. Sang pelatih terpaku, hanya bisa pasrah.
Baju, celana, hingga topi Moriyama basah kuyup. Para pemain tertawa terbahak-bahak. Merespons itu, sang pelatih berakting kesal dengan memarahi anak asuhannya sembari tersenyum. Lalu, Nawata dan rekan-rekan bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ”selamat ulang tahun” dalam bahasa Inggris yang diikuti tarian Moriyama.
Suasana hangat itu terasa dua hari sebelum laga Jepang versus Polandia di Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung. Menurut Nawata, kejutan terhadap sang pelatih sudah direncanakan. ”Awalnya kami ingin memberikan kejutan lusa (saat laga pembuka), tetapi menurut saya sudah sangat telat. Jadi kami lakukan hari ini,” ujarnya.
Moriyama lahir di Kumamoto, Jepang, pada 9 November 1967. Setelah gantung sepatu pada 1999, dia lebih banyak mengabdi untuk pembinaan pemain muda Jepang. Sejak 2012, dia ditunjuk untuk melatih timnas remaja. Bergantian antara tim U-15 dan U-17. Bersamanya, Jepang juara beruntun Piala Asia U-17 2018 dan 2023.
Wajar jika Moriyama paham betul cara mendekatkan diri dengan pemain remaja. Saat bersamaan, para pemain juga sudah menganggapnya seperti ayah sendiri. Keharmonisan tim ”Samurai Biru” sudah terbukti di Piala Asia pada pertengahan tahun. Mereka juara dengan rekor tidak terkalahkan sepanjang turnamen.
Saya pikir kami ingin memberikan hadiah terbesar dengan gelar juara.
Dengan hubungan spesial itu, para pemain Jepang ingin memberikan kado spesial untuk Moriyama. Ditanya tentang apakah akan memenangi laga pembuka nanti sebagai hadiah, Nawata menjawab, “Saya pikir kami ingin memberikan hadiah terbesar dengan gelar juara. Tentunya harus memenangi tiga laga di grup lebih dulu.”
Nawata berharap bisa mengulangi performa seperti di Piala Asia lalu. Dia menyudahi turnamen sebagai pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik. Adapun penyerang berusia 17 tahun itu berasal dari sekolah Kamimura Gakuen. Dia sudah digadang-gadang jadi calon pemain terbaik Jepang pada masa depan.
Sepanjang penyelenggaraan Piala Dunia, prestasi terbaik Jepang hanya lolos perempat final (1993, 2011). Mereka gugur di babak 16 besar dalam dua edisi terakhir. Pada 2017, mereka hanya kalah adu penalti dari tim Inggris yang diperkuat bintang Manchester City, Phil Foden. Inggris mengakhiri turnamen dengan gelar juara.
”(Dari hasil Piala Asia) terlihat kami sudah bertumbuh sebagai kesatuan tim. Saya sangat percaya diri kami bisa berbuat sesuatu di turnamen kali ini. Mereka bertekad untuk menang dan menang dengan baik. Kami punya kesempatan untuk meraih hadiah utama,” tutur Moriyama.
Sejalan dengan tim senior, skuad remaja Jepang juga datang dengan karakteristik permainan cepat dan agresif. Seperti julukan mereka, Samurai Biru, tim-tim lawan akan terbelah seketika jika lengah sedikit saja. Jepang bukan tim unggulan di turnamen ini, tetapi sangat bisa mengejutkan, apalagi dengan motivasi memberi kado spesial.
Sebelum bermimpi lebih jauh, Jepang harus melewati Polandia terlebih dulu. Tim lawan berada dalam situasi yang berbanding terbalik. Empat pemain mereka dipulangkan karena masalah indisipliner saat berlatih di Bali, sepekan sebelum turnamen. Insiden itu bisa menjatuhkan moral atau justru melecut tim asuhan pelatih Marcin Wlodarski.
Dilihat dari latihan resmi di Stadion Arcamanik, Bandung, Jumat sore, pemulangan itu tampaknya berpengaruh positif. Tatapan para pemain sangat tajam sejak memasuki lapangan. ”Kami harus memulangkan pemain itu karena apa yang terjadi. Di dalam pembinaan usia muda, disiplin sangat penting. Kami harus bisa memberikan contoh tepat apa yang harus dilakukan,” ujar Wlodarski.
Bintang Polandia, Karol Borys, berkata, fokus mereka saat ini hanya Jepang. Insiden sebelumnya sudah dilupakan dan dijadikan pembelajaran. ”Kami enggan membicarakan itu lagi. Fokus kami hanya di pertandingan terdekat. Anda akan melihat nanti seberapa fokus kami nanti,” ucap pemain yang pernah dipanggil uji coba di tim muda Manchester United itu.
Stadion Si Jalak Harupat pun akan menjadi saksi kisah mana yang akan berakhir manis. Jepang dengan motivasi berlebih yang berasal dari ulang tahun sang pelatih atau justru Polandia yang bisa bangkit untuk memulihkan nama baik skuad mereka. Benturan kepentingan itu menarik untuk disaksikan.