Spanyol mesti bekerja keras untuk menundukkan Kanada dengan skor akhir 2-0.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Spanyol mesti bekerja keras untuk memenangkan laga melawan Kanada di Piala Dunia U-17, Stadion Manahan, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (10/11/2023). Low block yang diterapkan Kanada efektif meredam berbagai serangan tim berjuluk ”La Rojita” tersebut. Akhirnya, dominasi permainan yang mengantarkan Spanyol pada kemenangan pertamanya.
Spanyol langsung bermain cepat sejak awal laga. Anak-anak asuh dari Jose Lana itu memainkan permainan menekan. Kanada tidak dibiarkan terlalu nyaman membawa bola. Oleh karena itu, pressing dilakukan Pau Prim dan kawan-kawannya sejak di garis pertahanan lawan. Misinya agar mereka bisa menguasai bola sebanyak-banyaknya.
Permainan cepat itu membuahkan gol cepat pula bagi Spanyol. Pada menit kesembilan, Marc Guiu menjebol gawang Kanada lewat sundulan kepalanya. Tandukan keras Guiu meluncur deras ke gawang Kanada setelah menerima umpan silang dari Pablo Lopez.
Hal sebaliknya dilakukan Kanada. Mereka terlihat lebih sabar menunggu inisiatif serangan dari Spanyol. Lini pertahanan dijaga agar tetap solid dan rapat. Begitu pula barisan pemain belakang Kanada memainkan garis pertahanan yang rendah atau low block. Mereka lebih banyak menumpuk pemain di kotak penalti. Hanya sang ujung tombak, Antoni Klukowski, yang disisakan bertahan di garis depan.
Petaka bagi Kanada datang pada menit ke-38. Gelandang Kanada, Alessandro Biello, dianggap melanggar keras kapten Spanyol, Pau Prim. Lantas, Biello langsung diganjar kartu merah atas tekel kerasnya. Praktis, Kanada dipaksa bermain hanya dengan 10 orang hingga laga selesai.
Spanyol langsung bermain cepat sejak awal laga. Anak-anak asuh dari Jose Lana itu memainkan permainan menekan. Kanada tidak dibiarkan terlalu nyaman membawa bola.
Meski demikian, Kanada justru tampil semakin solid. Bertubi-tubi Guiu dan kawan-kawan menyerbu lini pertahanan mereka. Namun, gol tambahan tak kunjung tercipta. Kiper Kanada, Nathaniel Abraham, tampil gemilang. Ia berhasil mencatatkan sembilan kali penyelamatan sepanjang laga.
Spanyol pun tidak kehabisan akal. Sang kapten, Pau Prim, yang diplot sebagai gelandang bertahan begitu sabar mengatur tempo. Bola dialirkan ke kiri dan kanan agar perlahan bisa membongkar pertahanan rapat dari Kanada.
Bertahan
Kesabaran itu berbuah gol kedua Spanyol yang dicetak Quim Junyent pada menit ke-76. Prosesnya berawal dari umpan satu dua antara Junyent dan Guiu. Lepas dari kawalan, Junyent melesakkan sepakan terukur ke gawang Kanada yang dikawal Abraham. Skor 2-0 bertahan hingga akhir laga dan mengunci kemenangan Spanyol atas Kanada.
”Kanada bertahan dengan sangat baik. Mereka cukup kuat. Pertandingan juga berjalan intens dan mencetak gol akan selalu sulit. Namun, saya senang anak-anak bisa mencetak dua gol itu,” kata Pelatih Spanyol Jose Lana.
Bek Kanada, Jon Martin mengatakan, kunci kemenangan timnya adalah penguasaan pada permainan. Keadaan itu membuatnya bersama teman-temannya mampu mengatur jalannya laga. Hanya saja, garis pertahanan tebal dari Kanada sulit dijebol. Ia tak memungkiri jika butuh kerja keras ekstra agar keluar sebagai pemenang pada laga tersebut.
Begitu dominannya Spanyol dapat dilihat dari penguasaan bola yang mencapai 70 persen. Selisihnya sangat tinggi dibandingkan Kanada yang hanya bisa menguasai bola sebesar 20 persen sepanjang laga. Ditengok dari peluang, Spanyol juga mencatatkan 36 kesempatan untuk mencetak gol. Namun, hanya sembilan peluang yang mengarah ke gawang.
”Semua pemain Kanada berada di belakang. Tentu sangat sulit mencari ruang untuk mengoper bola dengan pertahanan serapat itu. Namun, dua gol ini menghasilkan tiga poin yang penting bagi kami. Itu cukup bagi kami,” kata Martin.
Sementara itu, Pelatih Kanada Andrew Olivieri merasa bangga dengan anak asuhnya yang telah bekerja sangat keras dalam laga tersebut. Sayangnya, mereka lebih banyak disibukkan berada di garis pertahanan. Meski begitu, sesekali mereka mencoba keluar dari tekanan dan menyerang. Ia hanya meminta anak asuhnya tetap termotivasi menghadapi laga-laga selanjutnya.
”Semua pemain sangat disiplin dan berjuang sepanjang pertandingan. Saya mengapresiasi perjuangan mereka. Namun, bagaimanapun kita melawan Spanyol. Salah satu tim terbaik dalam turnamen. Terlebih kita hanya bermain dengan 10 orang. Tentu itu menjadi semakin berat bagi kami,” kata Olivieri.