Sejarah tercipta. Untuk pertama kali Indonesia bisa memetik poin dan mencetak gol di turnamen resmi FIFA. Kepercayaan diri ”Garuda Muda” menguat demi mengejar ambisi lolos ke 16 besar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Indonesia memetik hasil baik dengan menahan Ekuador, 1-1, pada laga pembuka Grup A Piala Dunia U-17 2023, Jumat (10/11/2023), di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur. ”Garuda Muda” menumbuhkan harapan untuk menuliskan tinta emas di panggung dunia, yaitu lolos dari fase grup.
Meskipun Indonesia akan menghadapi dua tim lain di Grup A yang tidak bisa diremehkan, yaitu Panama dan Maroko, hasil imbang kontra Ekuador memberikan kepercayaan diri kepada pemain. Indonesia menunjukkan mampu menyejajarkan diri dengan Ekuador yang lebih berpengalaman tampil di Piala Dunia U-17. ”La Tri” menjalani edisi keenam berpartisipasi di turnamen FIFA yunior itu, sedangkan Indonesia adalah satu-satunya tim debutan di Piala Dunia U-17 2023.
Gol dari penyerang Arkhan Kaka pada menit ke-22 membuat tim Indonesia U-17 telah menghadirkan performa lebih baik dari senior mereka pada Piala Dunia U-20 1979. Ketika itu, Indonesia pulang dengan tangan hampa. Mereka menutup tiga laga penyisihan tanpa poin dan juga gagal mencetak gol.
Selain itu, Arkhan juga menuliskan sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang mencetak gol di turnamen resmi FIFA. Walaupun gol itu hanya tercipta di level yunior, Arkhan sekaligus membuktikan potensi besarnya sebagai calon bintang sepak bola Indonesia.
”Saya senang bisa menyumbangkan gol ini. Tetapi, gol itu juga hasil kerja keras rekan setim yang membantu untuk menciptakan peluang itu,” ucap Arkhan seusai laga.
Indonesia juga bisa menampilkan performa tenang dan berani memainkan operan pendek ketika menguasai bola.
Satu gol ke gawang Ekuador itu bukan kebetulan. Pasalnya, itu diawali skema permainan terbuka yang diinisiasi penyerang sayap kiri, Riski Afrisal. Ia menciptakan umpan silang yang tinggal disontek oleh Arkhan di muka gawang.
Indonesia juga bisa menampilkan performa tenang dan berani memainkan operan pendek ketika menguasai bola. Tidak ada penampilan panik yang ditandai dengan melepaskan operan jauh dari belakang ke lini depan.
Riski dan Jehan Pahlevi di kedua sisi sayap menjadi tumpuan serangan Indonesia. Mereka melayani Arkhan dengan umpan silang dan umpan terobosan di antara dua bek tengah Ekuador.
Namun, Indonesia harus kehilangan dua pemain, yaitu Ji Da Bin dan Jehan, yang cedera setelah memasuki menit ke-60. Sebanyak lima pemain Indonesia sempat menerima perawatan dari tim medis di babak kedua. Itu membuat wasit memberikan waktu tambahan 13 menit di paruh kedua pertandingan.
”Saya bersyukur pemain tampil dengan kerja keras dan tanpa kenal lelah. Semoga dua hari masa istirahat kami bisa membantu pemain ke kondisi fisik terbaiknya,” ucap Pelatih Indonesia Bima Sakti.
Bima menambahkan, ”Kami juga sudah mempelajari dua lawan selanjutnya. Mereka bukan lawan yang mudah.”
Dengan hitungan matematis, Garuda Muda butuh minimal tiga poin untuk menyegel tiket ke babak 16 besar. Raihan empat poin telah mampu untuk memastikan tempat di peringkat kedua atau meraih salah satu jatah dari empat posisi ketiga terbaik.
Mengimbangi
Ekuador mencetak gol penyama kedudukan melalui sundulan penyerang tengah Allen Obando pada menit ke-28. Ia menerima umpan silang matang dari penyerang sayap kanan Ekuador, Santiago Sanchez.
Indonesia bisa mengimbangi Ekuador pada babak pertama di hadapan 30.583 penonton. Garuda Muda memang kalah jumlah tembakan dengan lima berbanding 10, tetapi koleksi dua tembakan tepat sasaran Indonesia setara dengan Ekuador sebelum turun minum. Dua tembakan itu juga sama-sama berasal dari tendangan luar kotak penalti dan sentuhan dari umpan silang.
Ekuador sempat semringah karena menggetarkan jala gawang Indonesia untuk kedua kalinya pada menit ke-44. Gol itu dianulir karena hakim garis mengangkat bendera tanda offside. Keputusan itu pun dikonfirmasi melalui pengecekan asisten wasit video (VAR).
Namun, di babak kedua, Ekuador jauh lebih superior. Mereka menghasilkan tujuh tembakan tepat sasaran, sedangkan Indonesia tidak mampu membuat kiper Ekuador melakukan tangkapan bola.
Ekuador berusaha menambah gol melalui serangan dari sisi sayap. Mereka memulai laga dengan formasi 4-2-4, kemudian memainkan taktik 2-3-5 saat menyerang pada 30 menit terakhir babak kedua.
Koleksi 35 umpan silang menjadi penegas kreasi serangan Ekuador yang bertumpu dari sisi sayap. Namun, mereka hanya bisa sekali mencatatkan serangan sukses melalui satu-satunya gol yang tercipta di babak pertama.
Pelatih Ekuador Diego Martinez menyayangkan skuadnya gagal memanfaatkan peluang yang mereka ciptakan. ”Hasil laga pertama ini menjadi evaluasi kami untuk membenahi diri di pertandingan selanjutnya,” kata Martinez.
Selain efektivitas serangan yang buruk, Ekuador juga tertahan berkat performa apik kiper Indonesia, Ikram Al Giffari. Ia melakukan tujuh penyelamatan krusial untuk menjaga gawang tak kemasukan di paruh kedua laga.
”Saya bersyukur bisa membantu tim. Saya berusaha tampil maksimal untuk membalas usaha teman-teman yang bermain di depan saya,” tutur Ikram.
Pada laga sebelumnya di Grup A, Maroko berhasil mengalahkan Panama, 1-0. Sementara pada pertandingan Grup B yang berlangsung di Stadion Manahan, Surakarta, Mali sukses mengalahkan Uzbekistan, 3-0, sedangkan Spanyol mengalahkan Kanada, 2-0.
Seremoni bersejarah
Selain itu, dari sisi penyelenggaraan, Indonesia mencetak sejarah karena untuk pertama kali Piala Dunia U-17 dibuka dengan seremoni pembukaan. Perayaan pembukaan yang menampilkan aksi nyanyian dari Wika Salim dan Aurelie Moeremans dilengkapi dengan cahaya grafis lampu dan kembang api.
Presiden Joko Widodo bersama Presiden FIFA Gianni Infantino menyaksikan upacara pembukaan yang berdurasi delapan menit itu. Keduanya pun bertepuk tangan setelah menyaksikan kembang api yang menutup seremoni itu.