Dari Piala Dunia U-17, Tiga Pelatih Sukses Menembus Liga Inggris
Tiga pelatih, yang mengawali karier di Piala Dunia U-17, mampu menjadi manajer Liga Inggris. Mereka mencetak sejarah untuk negara masing-masing di ajang yunior itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·6 menit baca
Piala Dunia U-17 bukan sekadar kesempatan emas para pesepak bola masa depan untuk mengenyam pengalaman dan memamerkan kemampuan mereka di level dunia. Bagi pelatih, turnamen itu juga bisa menjadi lompatan untuk menuju kompetisi domestik terbaik di bumi, yakni Liga Inggris.
Sejak memasuki milenium baru atau tepatnya edisi 2001, sudah ada tiga manajer Liga Inggris yang mewarnai perjalanan karier kepelatihan mereka melalui Piala Dunia U-17. Hal itu dialami oleh tiga juru taktik yang berkiprah di Liga Inggris musim ini. Mereka adalah Ange Postecoglou yang kini menangani Tottenham Hotspur, lalu Thomas Frank dan Steve Cooper yang masing-masing mengasuh Brentford dan Nottingham Forest.
Dari tiga nama itu, Postecoglou merupakan pelatih yang paling ”kenyang” pengalaman berkiprah di Piala Dunia U-17. Ia membawa Australia U-17 berkiprah di Trinidad-Tobago 2001, Finlandia 2003, dan Peru 2005. Dari tiga kesempatan itu, juru taktik berkebangsaan Australia itu mencatatkan prestasi terbaik dengan membawa ”Young Socceroos” menembus babak perempat final di Trindad-Tobago 2001.
Secara total, Postecoglou menjalani 10 gim bersama Australia U-17 di tiga edisi Piala Dunia U-17. Ia sempat gagal membawa Australia tampil di Piala Dunia U-17 keempat setelah gagal di Kualifikasi Piala Asia U-17 2006 akibat kalah selisih gol dari Laos.
Selama tujuh tahun menangani tim ”Young Socceroos”, Postecoglou tidak hanya membantu tim remaja Australia menembus panggung dunia. Ia juga mempersembahkan sejumlah gelar juara di level regional. Tiga gelar Piala Oceania U-17 menjadi bukti potensi besar Postecoglou untuk menjadi juru taktik terbaik dalam sejarah sepak bola Australia.
Ia pun mengorbitkan sejumlah bakat muda Australia yang kemudian tampil reguler bersama tim Australia senior, seperti Brett Holman, Robbie Kruse, dan Nathan Burns.
Postecoglou mengungkapkan, resepnya meraih kesuksesan bersama tim Australia yunior adalah membentuk identitas permainan khas Australia. Postecoglou amat memahami gaya sepak bola Inggris adalah fondasi bagi pendekatan permainan terbaik ”Young Socceroos” sebagai negara persemakmuran.
Postecoglou mengungkapkan, resepnya meraih kesuksesan bersama tim Australia yunior adalah membentuk identitas permainan khas Australia.
”Dasar permainan kami sangat terinspirasi Inggris. Namun, ketika itu tidak berjalan, kami cenderung melihat pendekatan negara lain, seperti Belanda, Jerman, atau Brasil. Poin utamanya kebanyakan dari pelatih (Australia) lupa untuk menjadi diri sendiri. Anda tidak bisa meniru gaya negara lain karena Anda harus bermain dengan kekuatan sendiri,” ujar Postecoglou kepada ESPN beberapa waktu lalu.
Tidak hanya berjaya di level yunior, Postecoglou juga mempersembahkan satu-satunya—hingga kini—trofi Piala Asia bagi Australia pada edisi 2015. Ia membawa Australia dari posisi ke-102 di peringkat FIFA untuk menembus posisi 50 besar hanya dalam empat tahun.
Kesuksesan Postecoglou berlanjut ketika menangani Yokohama Marinos dengan gelar Liga Jepang 2019. Kemudian, ia berjaya di klub Eropa pertamanya, Celtic di Skotlandia, dengan raihan lima trofi dalam periode 2021-2023.
Mulai musim 2023-2024, Postecoglou hijrah ke Inggris untuk mengasuh Son Heung-min dan kawan-kawan. Postecoglou memberikan harapan bagi Spurs untuk bersaing di papan atas Liga Inggris lewat permainan menyerang dan progresif.
Sejarah Inggris
Steve Cooper mencetak sejarah dengan memberikan gelar Piala Dunia U-17 pertama bagi Inggris di India 2017. Pada dua pertandingan pamungkas di babak semifinal dan final, Inggris membenamkan Brasil, 3-1, lalu melibas Spanyol, 5-2, untuk mengangkat trofi juara.
Sebelum ditangani Cooper, ”Young Lions” bahkan belum pernah menembus babak semifinal Piala Dunia U-17. Prestasi terbaik mereka sebelumnya hanya menembus perempat final pada Korea Selatan 2007 dan Meksiko 2011.
Cooper mengorbitkan pemain muda potensial Inggris, seperti Phil Foden, Jadon Sancho, Conor Callagher, Emile Smith-Rowe, dan Callum Hudson-Odoi. Tidak hanya meraih kampiun, Inggris juga menguasai prestasi individu di India 2017. Foden dinobatkan sebagai peraih bola emas atau pemain terbaik, sedangkan Rhian Brewster menjadi pencetak gol terbanyak berkat delapan gol.
Selama menangani Inggris U-17, Cooper memberikan pendekatan yang berbeda dibandingkan pelatih yunior pada umumnya. Alih-alih bersifat menggurui dan memberikan perintah satu arah, Cooper selalu membuka diskusi kepada pemainnya untuk mengetahui cara pandang skuad ”Young Lions” terhadap taktik tim yang ideal untuk menghadapi lawan.
”Terkadang saya akan berbicara kepada pemain pikiran saya, tetapi mayoritas saya hanya memfasilitasi diskusi dengan mereka. Saya ingin pemain memberikan pemikirannya tentang evaluasi permainan mereka dan apa yang harusnya kami lakukan di pertandingan. Kami berbicara tentang taktik karena menurut saya pemain modern tidak lagi hanya diberikan instruksi,” ucap Cooper, dilansir FIFA.
Selesai bersama Inggris U-17 pada 2019, Cooper melanjutkan karier kepelatihannya bersama Swansea City di Divisi Championship Inggris. Swansea adalah tim profesional pertama yang diasuhnya. Meski dua kali menembus play off untuk promosi ke Liga Primer Inggris, Cooper gagal membawa tim asal Wales itu tampil di kompetisi kasta teratas.
Takdir lebih memihak kepada Cooper ketika menerima tawaran Nottingham Forest, September 2021. Ia mengangkat tim pemilik dua gelar Liga Champions itu dari posisi dasar klasemen Divisi Championship untuk meraih tiket promosi melalui jalur play off seusai mengalahkan Huddersfield Town, Mei 2022, di Stadion Wembley.
Cooper mengakhiri penantian 23 tahun bagi Forest untuk tampil di Liga Inggris. Kini, Forest memasuki musim kedua untuk bersaing dengan tim-tim terbaik Negeri Raja Charles.
Serupa dengan Cooper, Thomas Frank juga memulai karier untuk membina tim yunior Denmark. Dalam periode 2008 hingga 2012 melatih Denmark U-17, Frank membawa Denmark untuk pertama kali tampil di Piala Dunia U-17. Itu tercipta pada edisi Meksiko 2011.
Denmark tampil apik di Piala Eropa 2011 dengan mengalahkan tim kuat, seperti Serbia, Inggris, dan Perancis, lalu menyegel tiket ke Piala Dunia U-17 sebagai semifinalis. Sayangnya, mereka tak berdaya di Piala Dunia U-17. Kalah dari Brasil dan Pantai Gading, Denmark hanya membawa pulang satu poin ketika menahan Australia, 1-1.
Meskipun belum bisa berbicara banyak di Piala Dunia U-17, Frank tetap mencatatkan capaian luar biasa. Pasalnya, hingga kini, Denmark belum lagi menembus ajang Piala Dunia U-17.
Setelah dari Denmark U-17, Frank memulai petualangan menjadi manajer profesional dengan menangani tim Liga Denmark, Brondby IF, pada periode 2013 hingga 2016. Frank datang ke Inggris sebagai asisten pelatih Brentford pada Desember 2016.
Pengabdiannya hampir dua tahun dibalas kursi manajer, Oktober 2018. Frank membawa Brentfrod menyegel tiket promosi Liga Primer Inggris pada Divisi Championship musim 2020-2021. Itu menjadikan Frank sebagai juru taktik kedua Brentford yang membantu klub meraih promosi ke kasta kompetisi tertinggi Inggris sejak Harry Curtis di musim 1934-1935.
Memasuki musim ketiga di Liga Inggris, Frank perlahan mengangkat derajat Brentford. Awalnya, ”Si Lebah” hanya berpredikat tim yang berjuang untuk bertahan di kasta teratas, tetapi kini mereka mulai bersaing di papan tengah untuk menyegel zona kompetisi Eropa.
Siapa pelatih dari 24 kontestan di Piala Dunia U-17 2023 yang bisa mengikuti jejak Postecoglou, Cooper, dan Frank? Waktu yang akan menjawab….