Asa Remaja Jerman Mengembalikan Harkat ”Turniermannschaft”
Piala Dunia U-17 akan menjadi titik mula Jerman untuk mengembalikan kebanggaan mereka sebagai ”tim spesialis turnamen”. Dengan status ”raja” Eropa, mereka siap merebut gelar juara perdana di turnamen usia muda FIFA itu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Di negara dengan ekosistem pembinaan pemain terstruktur dan berjenjang seperti Jerman, turnamen kelompok umur bukan sekadar ajang untuk mencari pengalaman. Berdasarkan performa pemain dan keseluruhan tim, turnamen musiman bisa menjadi cerminan awal prestasi tim nasional mereka pada 5-10 tahun ke depan.
Piala Dunia U-17 2007 di Korea Selatan adalah saksi kebangkitan Jerman. Setelah 10 tahun tidak pernah lolos semifinal, mereka kembali di Korsel dan berujung sebagai tim peringkat ketiga. Terlepas dari prestasi Jerman, hal paling istimewa saat itu adalah menetasnya gelandang muda berbakat, Toni Kroos.
Kroos terpilih sebagai pemain terbaik turnamen walaupun timnya tidak lolos ke final. Potensi besarnya sudah terlihat untuk menjadi pemain kelas dunia dengan julukan ”Si Pelayan”. Julukan itu datang dari kepiawaiannya untuk mengatur serangan, membuat asis, dan memaksimalkan kemampuan rekan-rekannya.
Dua tahun berselang, giliran Jerman menjuarai Piala Eropa U-21 2009 di Swedia. Generasi itu diisi oleh banyak pemain muda berbakat yang kelak menjadi bintang dunia, antara lain gelandang Mesut Oezil, bek Mats Hummels, dan kiper Manuel Neuer. Terlihat, ketika itu, masa depan Jerman berada di tangan yang tepat.
Benar saja, para pemain dari dua turnamen itulah yang akhirnya mengantar Jerman juara dunia di Brasil pada 2014 setelah paceklik gelar selama 24 tahun. Saking berbakatnya Kroos dan rekan-rekan, banyak orang berkata ”Si Panser” tetap akan juara meskipun tanpa pelatih. Terbukti, asa terhadap mereka bukan fatamorgana belaka.
Jerman ingin mengulang kenangan manis tersebut di Indonesia, yaitu tepatnya dalam Piala Dunia U-17 2023 pada 10 November-2 Desember 2023. Mereka kembali menjadi favorit juara setelah terakhir kali di era Kroos. Keyakinan itu masuk akal karena tim muda asuhan pelatih Christian Wuck itu datang berstatus juara Piala Eropa U-17 2023.
”Mentalitas dan kemampuan individu kelompok pemain kelahiran sekitar tahun 2006 ini mengingatkan pada tim Jerman di dekade itu. Mereka dilatih dengan baik dan memiliki semangat yang luar biasa untuk menang. Akan sulit bagi lawan mana pun untuk mengalahkan kami,” kata Wuck pada FIFA.com.
Jerman sering diibaratkan bagai surga untuk para pemain muda. Klub-klub dari divisi atas sampai bawah tidak takut memberikan menit kepada para remaja. Lihat saja dua pemain muda paling menjanjikan di dunia saat ini, Jude Bellingham (20) dan Jamal Musiala (20). Mereka berkembang pesat berkat penampilan reguler di Liga Jerman.
Kesempatan itu pula yang membuat tim Jerman punya banyak pemain matang, salah satunya adalah gelandang berbakat Assan Ouedraogo (17). Dia mendapatkan kepercayaan untuk tampil reguler bersama Schalke 04 di divisi dua Liga Jerman pada musim ini. Dia sudah bermain dalam 11 dari 12 laga Schalke.
Pemegang rekor
Ouedraogo berstatus pemegang rekor klub sebagai pemain termuda yang berhasil mencetak gol (17 tahun dan 80 hari). Maka, wajar jika namanya mulai diburu tim-tim besar Eropa. ”Dia punya segalanya, intelegensi, kecepatan, ancaman di depan gawang, dan umpan matang,” puji pemain legendaris Schalke Olaf Thon dikutip situs resmi Bundesliga.
Sang bocah ajaib juga menjadi pahlawan Jerman pada Piala Eropa U-17 2023 di Hongaria. Dia menyumbang satu gol krusial dalam kemenangan 5-3 atas Polandia di semifinal dan mencetak gol kemenangan dalam adu penalti versus Perancis di final. Gelandang serba bisa setinggi 1,91 meter itu tampak jauh lebih dewasa dari usianya.
Piala Dunia remaja kali ini sangat vital untuk masa depan Jerman demi mengembalikan status sebagai tim berjuluk spesialis turnamen atau ”Turniermannschaft”. Adapun setelah juara di 2014, mereka seolah menghilang dari persaingan dengan gagal lolos fase penyisihan grup Piala Dunia dalam dua edisi beruntun.
Di tiga gim itu sangat penting bagi kami untuk tetap fokus dan memainkan kekuatan terbaik, termasuk menunjukkan kualitas individu di lapangan. Jika kami tidak bisa menampilkan standar itu dengan tepat, akan sangat sulit untuk bisa keluar dari babak grup.
Namun, asa Jerman untuk memulai kebangkitan generasi emas tidak akan mudah. Mereka sudah dinanti pesaing hebat di Grup F, yaitu Meksiko, Selandia Baru, dan Venezuela. Pertarungan dalam grup ini akan berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
Meksiko, juara Concacaf 2023, sudah siap menjegal Jerman. Seperti diketahui, tim dari Amerika Utara itu merupakan penampil reguler di Piala Dunia. Mereka juga sudah menjuarai turnamen sebanyak dua kali pada tahun 2005 dan 2011. Prestasi terbaik Jerman sebelumnya hanya sebagai finalis (1985).
Meksiko diperkuat gelandang kreatif Gael Alvarez (17) yang telah menunjukkan potensinya di Kejuaraan Concacaf U-17, Februari lalu. Dia mengantarkan Meksiko juara dengan sumbangan 2 gol dan 3 asis. Sepanjang turnamen, dia memperlihatkan insting tajam untuk mencium bau gol.
Selandia Baru dan Venezuela juga tidak bisa diremehkan. Selandia Baru akan mengikuti gelaran turnamen untuk ke-10 kali. Sementara Venezuela membawa ambisi besar karena baru bisa tampil lagi setelah debut mereka pada 2013. Meskipun begitu, kunci keberhasilan Jerman ada di tangan sendiri.
”Di tiga gim itu, sangat penting bagi kami untuk tetap fokus dan memainkan kekuatan terbaik, termasuk menunjukkan kualitas individu di lapangan. Jika kami tidak bisa menampilkan standar itu dengan tepat, akan sangat sulit untuk bisa keluar dari babak grup,” ujar Wuck dikutip FIFA.com.