Di Antara Inefisiensi Nunez dan Pesan Emosional Diaz
Inefisiensi Darwin Nunez dan pesan emosional Luis Diaz menjadi tajuk dalam hasil imbang laga David versus Goliath, antara Luton dan Liverpool.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LUTON, SENIN — Aksi heroik penyerang sayap Luis Diaz yang membawa pesan emosional dari bangku cadangan sedikit mengobati luka Liverpool yang kehilangan tiga poin di depan mata dari tim promosi Luton Town. Liverpool semestinya menang mudah seandainya penyerang Darwin Nunez melakukan tugasnya dengan baik.
”Kebebasan untuk ayah”, tiga kata itu diperlihatkan Diaz seusai mencetak gol penyeimbang di Stadion Kenilworth Road, Senin (6/11/2023) dini hari WIB. Dia masuk dari bangku cadangan pada menit ke-83, lalu menyumbang gol saat injury time sudah berlangsung empat menit. Laga pun berakhir imbang 1-1.
Itu merupakan penampilan pertama Diaz setelah absen sepekan terakhir. Semua bermula dari kabar penculikan sang ayah, Luis Manuel, di Kolombia. Sampai saat ini, pihak kepolisian Kolombia masih melakukan pencarian. Ayahnya belum ditemukan. Karena itu, Diaz memanfaatkan laga tadi untuk mengirim pesan pada dunia.
Ayahnya belum ditemukan. Karena itu, Diaz memanfaatkan laga tadi untuk mengirim pesan pada dunia.
”Itu cukup untuk memperlihatkan karakter dan kekuatan dalam dirinya. Saya tidak bisa membayangkan apa yang dilaluinya. Kami mendukung dia dan ikut merasakan rasa sakit itu. Sepak bola bisa memberikan kebahagiaan pada Luiz saat ini. Gol itu fantastis dan sangat penting untuk kami,” kata kiper Liverpool, Alisson Becker.
Diaz sendiri yang memutuskan untuk terlibat dalam laga ini meskipun hanya masuk dari bangku cadangan. Sebelumnya, Manajer Juergen Klopp memberikan kebebasan pada anak asuhnya itu untuk ikut serta atau tidak. Kondisi mental Diaz memang sudah lebih stabil, tetapi tidak bugar karena kurang tidur.
Terlepas dari momen emosional itu, Liverpool tetap hanya pulang dengan satu poin. Padahal, di atas kertas dan realitas selama pertandingan, ”Si Merah” semestinya bisa mencuri kemenangan dengan mudah. Luton yang tampil dengan nilai pasar skuad sepuluh kali lipat lebih kecil dari tim tamu, bukanlah lawan sebanding Liverpool.
Terlihat jelas dalam catatan statistik kualitas peluang atau expected goals (xG). Lewat penguasaan bola 73,6 persen dan 24 kali tembakan, menurut The Analyst, Liverpool unggul telak atas Luton dengan 3,04-0,81 xG. Jika dihitung secara matematis, tim tamu seharusnya bisa menang dua gol dengan nyaman.
Namun, bola masih bundar dan bukan matematika. Luton justru unggul lebih dulu pada menit ke-80 lewat skema serangan balik yang dieksekusi pemain cadangan Tahith Chong. Kedisiplinan mereka bertahan dengan garis sangat rendah berbuah manis. Tim peringkat ke-16 itu menghukum Liverpool saat lengah dalam situasi tendangan sudut.
Manajer Luton Rob Edwards berkata sebelum laga, tidak akan memberikan kemenangan cuma-cuma untuk tim tamu. Misi itu berhasil berkat daya juang para pemain dan bantuan sekitar 11.000 pendukung. ”Rasanya campur aduk. Kami bisa mendorong tim sangat besar untuk mengeluarkan segalanya. Ini membanggakan,” tuturnya.
Nunez antiklimaks
Kambing hitam dari sisi Liverpool adalah Nunez. Tuan rumah tidak kemasukan pada sepanjang waktu normal berkat inefisiensi Nunez dan penampilan gemilang kiper Thomas Kaminski yang membuat 5 kali penyelamatan. Nunez gagal melanjutkan tren mencetak gol dalam tiga laga terakhir.
Tidak ada pemain yang mendapat peluang lebih banyak dibandingkan Nunez. Pemain asal Uruguay itu menciptakan sembilan kali tembakan yang bernilai 1,44 xG. Jumlah tembakan tersebut adalah yang terbanyak untuk satu pemain di satu pertandingan liga musim ini. Namun, dia melewatkan peluang itu, termasuk satu tembakannya yang membentur mistar gawang.
Setelah sejam laga berlalu, Nunez mendapatkan peluang emas. Dia tidak dijaga siapa pun di depan gawang yang sudah kosong. Namun, tendangannya melayang di atas mistar gawang. Mohammed Salah yang memberikan umpan dan Klopp pun tampak terkejut dengan eksekusi tersebut.
Menurut Klopp, mereka seharusnya unggul lebih dulu jika lebih tenang di depan gawang. Tentang Nunez, dia tidak terlalu mempermasalahkan penyelesaian akhir sang pemain. ”(Hal terpenting) dia terlibat dalam semua hal. Semua akan baik-baik saja. Ini bukan hasil yang diimpikan, tetapi kami cukup dewasa untuk menerimanya,” ujarnya.
Nunez memang semakin berpengaruh di musim kedua bersama Si Merah. Terlihat dari peningkatan xG menurut Understat, dari 0,76 di musim lalu jadi 1,19 xG per 90 menit di musim ini. Masalahnya, penyelesaian akhir penyerang 24 tahun tersebut masih menjadi isu terbesar, seperti musim lalu.
Sejak musim debut, Nunez selalu dibandingkan dengan penyerang Manchester City, Erling Haaland. Namun, efisiensi selalu memisahkan kualitas kedua pemain itu. Haaland di Liga Inggris musim ini mampu mencetak 11 gol dari 11,5 xG. Angka itu sedikit di bawah harapan, tetapi masih terbilang efektif.
Bandingkan dengan Nunez yang baru mencetak 4 gol dari total 6,64 xG. Jumlah gol dengan kualitas peluang tersebut cukup jauh. Adapun dari 10 besar pencetak gol terbanyak sementara di liga, tidak satu pun pemain yang mencatatkan defisit gol dengan xG lebih dari 0,5.
Potensi Nunez sangat besar. Terlihat dalam keterlibatannya di serangan Liverpool. Semua peluang yang didapatkan bermula dari insting, penempatan posisi, dan keunggulan fisiknya. Namun, tugas penyerang adalah mencetak gol. Faktor itu yang diperlukan lebih konsisten agar tidak merugikan Liverpool lagi. (AP/REUTERS)