Stadion Manahan bakal menjadi saksi bagi kelahiran generasi baru Spanyol. Demi mengejar trofi Piala Dunia U-17 perdana, ”La Rojita” bergantung kepada didikan La Masia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Piala Dunia U-17 2023 merupakan kesempatan bagus bagi Spanyol untuk mengakhiri penantian gelar juara. Jalan ”La Rojita” menuju fase gugur tidak akan mengalami aral di Grup B. Kualitas Spanyol di atas tiga kontestan lain, Uzbekistan, Mali, dan Kanada.
Spanyol belum pernah dinaungi ”Dewi Fortuna” selama 10 kali keikutsertaan di Piala Dunia U-17. Jelang perhelatan edisi 2023, koleksi partisipasi Spanyol hanya kalah dari Brasil dan Meksiko yang masing-masing telah mengikuti 17 dan 11 edisi turnamen FIFA dunia paling yunior itu.
Namun, berbeda dengan Brasil dan Meksiko yang telah merasakan mengangkat trofi juara, Spanyol adalah tim yang paling tidak beruntung. Mereka merasakan empat kali predikat runner-up alias kalah di final pada 1991, 2003, 2007, dan 2017. Selain empat edisi hanya membawa pulang medali perak, catatan La Rojita ialah dua kali dikalungkan medali perunggu.
Meski kecewa di level yunior, Fabregas dan Silva menebusnya dengan mempersembahkan trofi Piala Dunia Afrika Selatan 2010 untuk Spanyol.
Meskipun belum mampu menjadi juara, Piala Dunia U-17 telah membantu Spanyol membentuk skuad generasi emas mereka. Itu tercipta pada edisi 2003 dan 2007. Cesc Fabregas dan David Silva menjadi motor tim ketika mereka tumbang, 0-1, dari Brasil di Finlandia 2003. Meski kecewa di level yunior, Fabregas dan Silva menebusnya dengan mempersembahkan trofi Piala Dunia Afrika Selatan 2010 untuk Spanyol.
Kemudian, pada 2007, David de Gea dan Nacho menjadikan kegagalan di final Piala Dunia U-17 2007 untuk meningkatkan diri di level senior. De Gea, misalnya, menggoreskan sejarah sebagai kiper Spanyol tersukses di Liga Inggris dan Manchester United. Lalu, Nacho telah memiliki lima cincin kampiun Liga Champions.
Dengan sejarah partisipasi dan kualitas yang dimiliki Spanyol, kontestan di Grup B lainnya, Kanada, Mali, dan Uzbekistan, memiliki standar yang ingin mereka capai di Piala Dunia U-17 2023. Mereka bertekad memberikan perlawanan pada duel menghadapi Spanyol.
Kanada akan menjadi tim pertama yang jumpa Spanyol di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (10/11/2023) mendatang. Demi bisa bersaing dengan La Rojita, Kanada melakukan pemusatan intensif di Brasil selama satu bulan.
Mereka pun menutup latihan sebelum terbang ke Indonesia dengan melawan Brasil, juara bertahan Piala Dunia U-17. Dalam dua duel kontra Brasil, Kanada mengalami kekalahan, 1-3, dan, 0-5.
Pelatih Kanada U-17 Andrew Olivieri mengatakan, timnya memerlukan pertandingan melawan Brasil untuk mengukur kemampuan dan memahami kekurangan mereka sebelum tampil di Piala Dunia U-17 2023. Brasil, kata Olivieri, membantu timnya berkembang.
”Kami beruntung Brasil memberikan kami kesempatan berlatih dan menjalani laga uji coba. Kami berusaha terus meningkatkan diri demi meraih target kami untuk menembus fase gugur Piala Dunia U-17 untuk kali pertama,” ujar Olivieri dilansir Canada Soccer.
Pelatih Mali Soumaila Coulibaly juga mempersiapkan khusus skuadnya, terutama mental, untuk bersaing di fase grup. Modal pengalaman menembus final pada edisi 2015 menjadi patokan yang ingin diulangi Mali. Setelah menjalani persiapan sekitar lima bulan, Coulibaly percaya diri skuadnya bisa tampil baik, minimal menembus babak 16 besar.
Wakil Asia, Uzbekistan, ingin melanjutkan performa baik di Asia Tenggara. Mereka mengunci tiket ke putaran final Piala Dunia U-17 2023 berkat menumbangkan raksasa Asia, Arab Saudi, pada perempat final Piala Asia U-17 2023 di Thailand, Juni lalu.
”Kami tidak mau sekadar berpartisipasi di Piala Dunia U-17. Kami ingin memberikan kebanggaan kepada 35 juta pendukung di negara kami,” ucap Pelatih Uzbekistan U-17 Jamoliddin Rakhmatullaey seperti dikutip laman AFC.
Bergantung La Masia
Bagi Spanyol, Piala Dunia U-17 2023 menjadi kesempatan emas untuk membentuk generasi baru pemain terbaik di masa depan. Marc Guiu, misalnya, menjadi permata paling berharga yang dimiliki Spanyol dan Barcelona saat ini.
Pemain didikan La Masia, akademi milik Barca, itu diharapkan mampu mengakhiri penantian Spanyol terhadap kehadiran penyerang tengah tajam setelah Alvaro Morata. Di usia yang baru menginjak 17 tahun, Guiu telah membuktikan ketajamannya dengan mencetak gol tunggal kemenangan Barca atas Athletic Bilbao di Liga Spanyol, 22 Oktober lalu.
Ia juga adalah produk ”unik” dari La Masia. Selama ini, akademi Barcelona itu masyhur berkat mengorbitkan pemain-pemain penyerang sayap berukuran mini untuk rata-rata orang Eropa. Sebab, hanya memiliki tinggi di kisaran 1,7 meter hingga 1,75 meter, di antaranya Lionel Messi dan Bojan Krkic.
Adapun Guiu memiliki tinggi 1,84 meter. Ia pun berposisi murni sebagai pemain nomor sembilan klasik. Dalam 20 tahun terakhir, La Masia belum pernah menghasilkan penyerang tengah terbaik yang bisa dipercaya tampil di tim utama Barca.
Selain Guiu, Barca melalui La Masia juga mengirimkan tujuh pemain lain ke Indonesia 2023. Mereka adalah tim yang paling mendominasi dari 21 skuad Spanyol U-17. Real Madrid memberikan empat pemain dan Valencia diwakili oleh dua pemain. Lalu, tujuh tim lain memberikan satu pemain.
Satu pemain Barca lain yang dianggap memiliki masa depan cerah adalah gelandang Pau Prim. Ia disebut-sebut memiliki kemampuan untuk menjadi gelandang bertahan kelas dunia serupa legenda Barca, Sergio Busquets. Koleksi 10 cap Spanyol U-17 selama tahun ini menunjukkan pentingnya Prim bagi La Rojita.
Pelatih Barca Xavi Hernandez berharap pemain-pemain Barca bisa memberikan kontribusi terbaik bagi Spanyol di Indonesia 2023.
”Generasi Marc (Guiu) memiliki perbedaan dibandingkan pemain generasi saya di usia remaja. Mereka tidak memiliki rasa takut. Mereka memancarkan percikan yang selalu ingin membuktikan kemampuan ketika diberi kesempatan bermain,” ucap Xavi, yang tampil di Piala Dunia U-17 Mesir 1997, dilansir Sport.
Jadi, Grup B adalah tentang Spanyol dan tiga pesaing yang mengintip peluang untuk menghadirkan kejutan. (AFP)