Anti-romansa Pochettino di Derbi London
Spurs mulai bisa tertawa tanpa sosok Pochettino. Di sisi lain, Pochettino mencari kebahagiaan bersama tim barunya, Chelsea, saat kembali ke markas Spurs.
LONDON, MINGGU — Manajer Mauricio Pochettino sudah seperti mantan terindah bagi Tottenham Hotspur. Namun, setelah empat tahun penuh derita, Spurs akhirnya melangkah maju musim ini dengan sosok Ange Postecoglou. Pertama kali seusai pergi, Pochettino akan kembali ke markas Spurs, tetapi sebagai musuh dalam derbi London.
Selama lima tahun di Spurs (2014-2019), Pochettino sukses mempersembahkan era terbaik dalam sejarah klub. ”Si Lili Putih” naik kelas dari tim medioker menjadi papan atas. Dalam periode itu pula Spurs bisa merealisasikan pembangunan sekaligus pindah ke markas baru yang lebih megah, yaitu Stadion Tottenham Hotspur.
Namun, kisah Pochettino dan Spurs berakhir getir. Dia dipecat pemilik Spurs, Daniel Levy, setelah rentetan hasil buruk. Saking buruk hubungan dengan klub, dia sampai tidak bisa mengucapkan selamat tinggal kepada para pemain, hanya meninggalkan pesan di papan tulis tempat latihan. Kata Pochettino, situasi ketika itu sangat rumit.
Pochettino akan mengunjungi mantan klubnya itu di Stadion Tottenham Hotspur, Selasa (7/11/2023) dini hari WIB. Kali ini dia datang sebagai manajer Chelsea. Kembalinya manajer 51 tahun itu menjadi tajuk utama dalam duel terbaru derbi London. Menurut Pochettino, hanya kisah indah yang diingat tentang Spurs.
”Itu akan menjadi momen yang seru. Perasaan saya terhadap klub ini tidak berubah setelah melewati perjalanan yang istimewa. Jika Anda ingat, saya pernah berkata, tidak akan pernah melatih Arsenal karena saya mempertimbangkan mereka sebagai musuh terbesar Tottenham,” kata Pochettino.
Pochettino kembali saat publik Spurs sudah tidak merindukannya. Setelah empat tahun terakhir menyesali kepergian sang manajer, Si Lili Putih sudah berpindah ke lain hati dengan kedatangan Postecoglou. Manajer asal Australia itu, dalam musim debutnya, membuat Spurs menjadi satu-satunya tim yang belum terkalahkan di Liga Inggris saat ini.
Dengan tren positif Spurs saat ini, Pochettino melihat Si Lili Putih akan menjadi penantang gelar di akhir musim.
Postecoglou seperti mengulang kisah sukses Pochettino. Mulai dari filosofi menyerang, permainan terbuka, sampai memaksimalkan skuad muda. Tidak seperti beberapa manajer sebelumnya yang cenderung pragmatis terhadap hasil. Bedanya dari Pochettino, Postecoglou langsung meroket di musim pertama.
Baca juga: Di Era Pochettino, Chelsea Masih Saja Berkomedi
Dengan tren positif Spurs saat ini, Pochettino melihat Si Lili Putih akan menjadi penantang gelar di akhir musim. ”Ange dan tim pelatih bekerja dengan sangat baik. Mereka punya pemain dan kesatuan yang sangat bagus. Mungkin masih terlalu awal, tetapi mereka telah memperlihatkan itu (berpotensi juara),” ujarnya.
Menolak romansa
Meskipun berbau nostalgia, Pochettino tidak punya banyak waktu untuk terjebak romansa. Dia harus segera mengembalikan Chelsea ke habitat asli, yaitu papan atas. ”Si Biru” masih terjebak di peringkat ke-12 klasemen sementara. Adapun pekan lalu mereka baru saja dikalahkan Brentford 0-2 di kandang sendiri.
Ambisi Chelsea mencuri poin akan berbenturan dengan kualitas teratas lini serang Spurs. Pochettino sudah dinanti salah satu pembelian pemain terbaiknya saat di Spurs, yaitu penyerang Son Heung-min. Son, diplot menjadi penyerang tengah di era Postecoglou, telah mencetak 8 gol dari 10 pertandingan liga.
Tidak hanya individu, serangan Spurs juga berbahaya dari sisi kolektif. Mereka merupakan tim dengan catatan rerata tembakan terbanyak, 17,8 kali, dan penguasaan bola kedua terbanyak, 59,1 persen. Serangan mengalir itu dimotori oleh gelandang kreatif James Maddison yang sudah menyumbang 3 gol dan 5 asis.
Baca juga: Setelah Belanja Satu Miliar Euro, Mengapa Chelsea Tetap Ambyar?
Postecoglou menyanjung tinggi Pochettino. Namun, dia juga berkomitmen untuk menepikan romansa dari reuni tersebut. Spurs butuh kemenangan demi mengembalikan posisi puncak klasemen yang direbut oleh Manchester City. Jika menang Selasa nanti, Spurs akan kembali menempati peringkat teratas selama tiga pekan beruntun.
”Dari orang yang bekerja di klub ini, mereka selalu berbicara setinggi mungkin untuk dia (Pochettino) sebagai seorang manusia dan manajer. Pastinya akan ada rasa hormat untuknya. Namun, bukan berarti kami akan memberikan guard of honour kepadanya karena kami ingin menang,” kata Postecoglou.
Chelsea, meskipun datang dengan skuad termuda di liga, sama sekali tidak bisa diremehkan. Kualitas pemain dalam skuad mereka terbilang istimewa. Lihat saja di lini tengah, ada Moises Caicedo dan Enzo Fernandez yang berstatus duet gelandang termahal di dunia. Belum lagi kapten tim Reece James sudah kembali dari cedera.
Si Biru memang belum kompak seperti yang diharapkan. Wajar saja banyak di antara pemain mereka baru bermain bersama musim ini. Walaupun begitu, Chelsea selalu bisa tampil mengejutkan ketika laga besar. Misalnya, saat menahan imbang Liverpool dan Arsenal yang sedang dalam kondisi terbaik musim ini.
Baca juga: Teater Mimpi Ange Postecoglou
Pertarungan paling penting akan terjadi di lini tengah. Spurs juga memiliki duet gelandang yang unggul dari sisi teknik ataupun fisik, yaitu Yves Bissouma dan Pape Sarr. Adapun kedua tim asal London itu masuk dalam empat besar dalam catatan penguasaan bola terbanyak. Prinsip mereka sama, mendominasi laga untuk menang. (AP/REUTERS)