Nasib Erik ten Hag sebagai Manajer Manchester United akan dipengaruhi performa klub itu selama November ini. Pergantian manajer bisa saja terjadi di MU demi menghindari ”hujan” yang memburuk menjadi ”badai”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Manchester United memulai bulan November dengan buruk. Kekalahan 0-3 dari Newcastle pada babak 16 besar Piala Liga Inggris di Stadion Old Trafford, Kamis (2/11/2023) dini hari WIB, menggagalkan ambisi ”Setan Merah” mempertahankan gelar juara kompetisi itu. Jika tidak segera bangkit, MU bakal kian terpuruk. Nasib manajernya, Erik ten Hag, pun bakal di ujung tanduk seperti yang dialami sejumlah pendahulunya pada bulan November.
Untuk pertama kalinya sejak Oktober 1962, MU tumbang dengan kemasukan tiga gol dalam dua laga beruntun di kandangnya, Old Trafford. Sebelumnya, mereka dihancurkan rival sekota, Manchester City, 0-3, Minggu (29/10/2023), di Liga Inggris. Lalu, kekalahan telak dari Newcastle, tim yang secara tradisi menjadi musuh bebuyutannya di Inggris, Kamis, menegaskan performa buruk MU pada musim ini.
Stadion Old Trafford, yang terakhir kali dilakukan pembaruan fasilitas pada 2006, tidak lagi mengerikan bagi para lawan. Sudah lima tim membawa pulang tiga poin dari Old Trafford pada musim ini.
Kekalahan dari City dan Newcastle mungkin bisa dimaklumi karena kualitas permainan mereka berada di atas MU pada awal musim 2023-2024 ini. Namun, di sisi lain, Galatasaray, Brighton & Hove Albion, dan Crystal Palace telah membuktikan MU bukan lagi tim superior di Inggris maupun Eropa. Mereka secara bergantian menjungkalkan MU di kandangnya tersebut.
Secara total, MU telah menelan delapan hasil negatif dari 15 laga. Tren itu adalah permulaan musim terburuk bagi MU yang silih berganti ditangani lima manajer tetap yang berbeda setelah berakhirnya era Sir Alex Ferguson pada akhir musim 2012-2013 silam. Apabila gagal mengangkat performa timnya pada bulan ini, kepercayaan manajemen MU kepada Ten Hag bisa menguap. November adalah bulan yang krusial bagi petinggi klub itu untuk menentukan nasib manajer Setan Merah.
Kondisi itu pernah dialami Jose Mourinho pada masa-masa terakhirnya di Old Trafford. Setelah tumbang dari City, lalu imbang melawan Palace, November 2018, manajemen akhirnya menghentikan kerja sama dengan Mourinho per 18 Desember 2018. Kala itu, juru taktik flamboyan asal Portugal itu mencatatkan enam kekalahan dari 17 pertandingan paruh pertama musim 2018-2019.
Dua musim berselang, suksesor Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer, juga menerima surat pemecatan menyusul rangkaian hasil buruk selama November 2021. Sebelum berpisah dengan MU pada 21 November 2021, Solskjaer hanya mengemas sekali menang, satu imbang, dan dua kalah sepanjang bulan tersebut.
Saya paham, saat hasil buruk, orang-orang mempertanyakan (kemampuan) saya. Namun, saya percaya diri bisa mengeluarkan klub dari posisi buruk. (Erik ten Hag)
Ten Hag mengatakan, dirinya bertanggung jawab atas penampilan buruk skuad MU pada musim ini. Ia mengakui, MU tampil di bawah standar. Namun, ia menolak menyerah. ”Saya seorang pejuang. Kami mengalami kemunduran musim ini, tetapi kami harus mengatasi ini. Kami harus melakukan hal dengan benar di sejumlah level untuk memenangi laga,” ujar Ten Hag seusai laga melawan Newcastle, seperti dilansir The Athletic.
Ten Hag memiliki lima laga selama November yang bisa menentukan masa depannya di Old Trafford. MU akan menjalani pertandingan sulit di markas Fulham, Everton, Kopenhagen, dan Galatasaray. Mereka hanya sekali bakal mentas di Old Trafford pada sisa bulan ini, yaitu ketika menjamu Luton Town.
Insting buruk
Hasil buruk MU akhir-akhir ini tidak sekadar disebabkan penurunan performa para pemain utamanya, di antaranya Casemiro, Bruno Fernandes, Marcus Rashford, dan Raphael Varane. Faktor lainnya adalah memburuknya insting Ten Hag untuk menentukan taktik terbaik bagi timnya tersebut.
Hal itu dibuktikan dengan kecenderungannya melakukan pergantian pemain setelah jeda babak pertama dalam delapan dari 10 laga kandang MU pada musim ini. Ten Hag bahkan selalu melakukan pergantian pemain sebelum sepak mula babak kedua dilakukan pada lima laga kandang terakhir.
Juru taktik asal Belanda itu mengganti Casemiro dan Diogo Dalot untuk memasukkan Sofyan Amrabat dan Aaron Wan-Bissaka pada laga melawan Newcastle demi mengejar ketertinggalan 0-2. MU saat itu tertinggal lewat gol dari Miguel Almiron (28’) dan Lewis Hall (36’). Akan tetapi, pergantian pemain itu gagal membantu MU membongkar pertahanan Newcastle.
Bahkan, di babak kedua, MU gagal mencatatkan satu pun tembakan tepat sasaran. Pada paruh pertama, Casemiro dan Mason Mount menghasilkan, masing-masing, satu tembakan yang memaksa kiper Newcastle, Martin Dubravka, membuat penyelamatan. Sebaliknya, ”The Magpies” bisa menambah gol pada babak kedua lewat Joe Willock (60’).
Pada duel melawan City, Amrabat digantikan Mount ketika tim hendak memulai babak kedua. Pergantian itu justru tidak mampu menghindari MU dari kemasukan dua gol tambahan City. ”Saya paham, saat hasil buruk, orang-orang mempertanyakan (kemampuan) saya. Namun, saya percaya diri bisa mengeluarkan klub dari posisi buruk,” kata Ten Hag.
Kepada Sky Sports, Andy Cole, mantan penyerang MU, mengatakan, kini, lawan-lawan MU datang ke Old Trafford dengan pikiran mereka bisa menang. Maka, Cole mengingatkan, Ten Hag harus segera membawa MU meraih rentetan kemenangan. Jika tidak, tambahnya, bukan hanya manajemen yang bakal kecewa. Kepercayaan fans pun akan hilang dengan cepat.
Dalam dua laga kandang menghadapi City dan Newcastle, suporter MU mulai meninggalkan tribune penonton di Old Trafford ketika laga menginjak menit ke-70. Mereka tidak tega menunggu peluit akhir berbunyi.
Renggang
Legenda Newcastle, Shay Given, menganggap hubungan antara pemain MU dan Ten Hag sudah renggang. ”Pemain memang harus bertanggung jawab dengan kekalahan, tetapi sepertinya hubungan dengan manajer telah terputus. Saya pikir manajemen harus memikirkan (masalah internal) itu,” kata Given dilansir BBC.
Berkaca dari penampilan saat ini, Setan Merah, yang terdampar di peringkat kedelapan Liga Inggris, mustahil bisa bersaing di liga. Mereka juga kemungkinan kandas di penyisihan grup Liga Champions Eropa. Harapan mereka menjaga tradisi meraih trofi kini hanya di Piala FA yang baru akan memasuki babak ketiga pada awal Januari 2024.
Di tengah situasi masygul, pendukung MU bisa menyanyikan penggalan lirik dari lagu ”November Rain” milik Guns N’ Roses untuk menjaga asa kebangkitan pada sisa musim ini. ”So never mind the darkness, we still can find a way/ Cause nothing lasts forever, even cold November rain//”.