Juara di Perancis Terbuka, Jonatan Christie Wujudkan Penantian Lama
Untuk pertama kalinya, Jonatan Christie menjuarai turnamen BWF World Tour level Super 750, di ajang Perancis Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
RENNES, MINGGU — Untuk pertama kalinya sejak mencapai final turnamen BWF World Tour pada 2018, Jonatan Christie menjuarai turnamen berlevel di atas 500. Gelar juara dari turnamen Perancis Terbuka Super 750 itu diraih setelah Jonatan tampil buruk pada dua ajang sebelumnya.
Jonatan menjuarai Perancis Terbuka setelah mengalahkan Li Shi Feng (China) dalam final yang berlangsung di Glaz Arena, Rennes, Perancis, pada Minggu (29/10/2023). Kemenangan dengan skor 16-21, 21-15, 21-14 memperpanjang statistik kemenangan Jonatan atas Li menjadi 4-0.
Tunggal putra peringkat keenam dunia itu menjadi juara di Perancis Terbuka setelah melalui momen kurang optimal dalam sebulan terakhir. Ketika membela “Merah Putih” di ajang Asian Games Hangzhou 2022, tiga pekan lalu, Jonatan selalu kalah dalam dua pertandingan, yaitu pada perempat final beregu putra dan babak kedua kategori perseorangan tunggal putra.
Pekan lalu, hasil buruknya berlanjut ketika tersingkir pada babak pertama Denmark Terbuka. Kekalahan pada tunggal putra Asian Games dan Denmark Terbuka dialami dari Chou Tien Chen (Taiwan).
Sebelum berhadapan dengan Li di final, Jonatan bercerita bahwa kekalahan dari Chou secara beruntun membuatnya tertekan. Ujian baginya berlanjut dengan laga melawan Kenta Nishimoto pada babak pertama di Perancis. Tak pelak, Jonatan pun lega ketika bisa mencapai final dengan mengalahkan pemain-pemain lain yang sulit dikalahkan, yaitu Kodai Naraoka (Jepang) dan Loh Kean Yew (Singapura).
Dengan gelar tersebut, Jonatan mewujudkan target yang telah lama ingin dicapainya, yaitu menjuarai turnamen dengan level di atas Super 500. Sejak pertama kali mencapai final BWF World Tour, yaitu Selandia Baru Terbuka Super 300 pada 2018, pemain berusia 26 tahun itu telah menjuarai lima turnamen yang berasal dari Super 300 dan 500.
Dari level di atas itu, Jonatan kalah pada tiga final Super 750, yaitu di Jepang Terbuka 2019 dan 2023 serta Perancis Terbuka 2019. Baru berselang lima tahun setelah kalah dari Lin Dan di final Selandia Baru Terbuka 2018, Jonatan mendapat gelar dari ajang yang lebih tinggi.
Puji Tuhan karena ini adalah titel pertama saya di level Super 750 yang sudah lama saya nantikan.
“Puji Tuhan karena ini adalah titel pertama saya di level Super 750 yang sudah lama saya nantikan. Tidak mudah untuk memenanginya, apalagi, saya merasa tegang pada awal laga hingga banyak melakukan kesalahan,” komentar Jonatan.
Bagi Jonatan, kemenangan tersebut menjadi bukti buat mereka yang meragukan kemampuannya karena dia tak bisa tampil baik pada dua ajang sebelumnya. Jonatan pun berharap gelar juara tersebut menambah motivasinya untuk bermain baik pada setiap turnamen.
Jonatan menjadi salah satu dari dua wakil Indonesia yang bermain dalam final Perancis Terbuka. Namun, Indonesia tak bisa menambah gelar juara dari melalui ganda putra Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang tampil dalam partai terakhir melawan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark).
Kecepatan dalam serangan dan ketangguhan dalam bertahan dari Bagas/Fikri pada empat babak sebelumnya bisa diredam oleh Astrup/Rasmussen yang performanya meningkat pada tahun ini. Bagas/Fikri pun kalah dengan skor 14-21, 21-10, 18-21 karena kesulitan menembus pertahanan lawan. Selain itu, Astrup/Rasmussen, juga, bermain dengan kesalahan yang minim.
Ini menjadi final keempat Bagas/Fikri pada 2023. Akan tetapi, mereka pun selalu kalah dalam laga puncak di tiga final sebelumnya, yaitu Orleans Masters, Thailand Terbuka, dan Denmark Terbuka.
China Borong Tiga Gelar
Gelar juara dari nomor lain, yaitu tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran didapat oleh atlet-atlet China. Pada tunggal putri, Chen Yu Fei berhasil memanfaatkan absennya dua pesaing berat, yaitu An Se-young (Korea Selatan) dan Akane Yamaguchi (Jepang), dengan menjadi juara. Di final, Chen menang atas Tai Tzu Ying (Taiwan) 21-17, 22-20.
Ini menjadi gelar kedua beruntun bagi Chen di Eropa setelah menjuarai Denmark Terbuka, pekan lalu, dengan mengalahkan Carolina Marin (Spanyol) di final. Tanpa kehadiran An dan Akane, yang absen di Perancis dan Denmark karena cedera, lawan terberat Chen adalah sesama pemain China.
Dari lima babak yang dimenangi untuk juara di Perancis, dia mengalahkan pemain China pada babak kedua hingga semifinal. Dua dari tiga rekannya memaksa Chen bermain tiga gim, yaitu Han Yue dan He Bing Jiao.
China juga mendapat gelar juara dari ganda campuran, Jiang Zhen Bang/Wei Ya Xin, yang menang atas Tang Chun Man/Tse Ying Suet (Hong Kong) 21-17, 15-21, 21-12. Jiang/Wei meraih gelar juara itu ketika dua pasangan China lainnya, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping, tersingkir pada perempat final dan babak pertama. Ketiga pasangan China tersebut berada pada jajaran peringkat sepuluh besar dunia.
Bintang muda China, Liu Sheng Shu/Tan Ning, mengakhiri kejutan selama sepekan di Perancis dengan kemenangan pada laga puncak. Berstatus sebagai pemain non unggulan, mereka menjadi juara setelah mengalahkan Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai 26-24, 21-19. Dalam perjalanan menuju final, pasangan China berusia 19 dan 20 tahun itu menyingkirkan pemain top, seperti Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (ranking pertama), Nami Matsuyama/Chiharu Shida (5), dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (8).