Cara Janggal Manuel Locatelli Mengais Percaya Diri
Manuel Locatelli mencintai Juventus sejak kecil. Namun, ia ternyata tetap membutuhkan AC Milan untuk menambah rasa percaya dirinya.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
Menjadi pahlawan kemenangan tim, mengakhiri puasa gol, dan mencetak ”rekor” merupakan pencapaian yang cukup untuk menambah kepercayaan diri seorang pemain. Namun, gelandang Juventus Manuel Locatelli melakukannya dengan cara yang janggal. Locatelli mengais dan menemukan kepercayaan diri itu dari klub tempatnya pertama menimba ilmu sekaligus klub yang ia kalahkan: AC Milan.
Selepas wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya laga AC Milan versus Juventus, Senin (23/10/2023) dini hari WIB, Manuel Locatelli menangis. Pemandangan itu berbeda dibanding setengah jam sebelumnya ketika Locatelli berlari sambil membentuk huruf ”T” dengan jarinya. Pemain 25 tahun ini lantas berteriak sebelum disambut rekan setim.
Itu adalah selebrasi Locatelli untuk bola yang bersarang di gawang mantan klubnya, gol yang mengantarkan Juventus meraih kemenangan 1-0. Locatelli menciptakan gol itu pada menit ke-63 lewat sepakan dari jarak 27 meter. Bola membentur gelandang AC Milan, Rade Krunic, dan tak bisa diantisipasi kiper Antonio Mirante.
Berselebrasi untuk gol yang dicetak ke mantan klub, yang bermain dengan 10 orang sejak menit ke-39, bukan hal yang biasa dilakukan pemain. Namun, pertandingan pekan kesembilan Liga Italia 2023-2024 di Stadion San Siro itu terasa begitu emosional bagi Locatelli.
Gelandang Juventus, Adrien Rabiot, mengatakan bahwa timnya menyadari Locatelli pernah menjadi sosok penting dalam laga ”Si Nyonya Besar” melawan AC Milan. Tepat tujuh tahun lalu atau 22 Oktober 2016, Locatelli menjadi aktor kemenangan 1-0 Milan atas Juventus. Mereka lantas meminta Locatelli kembali mencetak gol, tetapi kali ini untuk Juventus.
”Gol itu sudah terlintas dalam pikiran saya bahkan sebelum pertandingan. Ini benar-benar takdir, sungguh luar biasa bisa mencetak gol di hari yang sama, tujuh tahun kemudian dengan seragam berbeda,” kata Locatelli kepada DAZN.
Tenggelam di Milan
Gol Locatelli ke gawang Juventus tujuh tahun lalu itu membuatnya mendapat banyak sorotan. Locatelli diyakini akan semakin bersinar di Milan. Pelatih AC Milan saat itu, Vicenzo Montella, bahkan menyebut pemain jebolan akademi Milan itu sebagai predestinato atau orang yang ditakdirkan untuk menciptakan hal luar biasa.
Namun, itu menjadi gol terakhir Locatelli untuk ”Rossoneri”, klub senior pertamanya. Locatelli seolah tenggelam di Milan setelah gol tersebut. Kepada Gazzetta dello Sport, Locatelli pernah mengatakan, gol ke gawang Juventus mengubah hidupnya dan merupakan salah satu momen terbaiknya.
Pelatih AC Milan saat itu, Vicenzo Montella, bahkan menyebut pemain jebolan akademi Milan itu sebagai predestinato atau orang yang ditakdirkan untuk menciptakan hal luar biasa.
Meski begitu, gol itu pun mempunyai dampak negatif. Beban yang ada di pundak Locatelli yang kala itu baru berusia 18 tahun kian berat. Sebab, orang-orang mulai berekspektasi banyak kepadanya.
”Ketika segala sesuatunya tidak berjalan baik, saya menderita. Saya bukanlah sebuah fenomena sebelumnya dan saya tidak menjadi tidak berguna setelahnya. Saya selalu sama dengan keinginan untuk meningkatkan diri dan merasa semakin penting,” tutur Locatelli.
Locatelli lantas dipinjamkan ke Sassuolo pada 2018 dan dipermanenkan setahun setelahnya. Di klub barunya, pemain berpaspor Italia ini merasa mendapatkan sentuhan lagi dengan mencetak 7 gol dalam 99 pertandingan. Penampilannya itu membawanya ke Juventus, klub impiannya sejak kecil.
Mencintai Juventus
Locatelli menimba ilmu di akademi Milan dan memulai karier profesionalnya di klub tersebut. Namun, Locatelli mencintai Juventus. Tak lama setelah dikontrak Juventus, Locatelli mengklaim bahwa semua orang yang mengenalnya akan berkata bahwa ia penggemar Juventus sejak lahir. Keluarganya pun merupakan penggemar klub yang berbasis di Turin itu.
Di dinding kamar masa kecil Locatelli, tertempel poster-poster pemain lama Juventus. Ia menggemari Alessandro Del Piero dan Pavel Nedved. ”Saya ingat pernah mengatakan kepada agen saya bahwa suatu hari nanti saya harus bergabung dengan ’Bianconeri’,” kata Locatelli kepada surat kabar La Provincia.
Maka, wajar ketika akhirnya bergabung dengan Juventus, Locatelli menyebutnya sebagai mimpi yang menjadi kenyataan. Wajar pula Locatelli dengan bahagia meluapkan kegembiraan atas gol yang dicetak untuk klub yang dicintainya, meskipun itu berarti menyakiti klub yang mendidiknya.
Lesakan ke gawang Milan itu mengakhiri ”puasa” gol di Juventus. Sejak didatangkan Si Nyonya Besar pada September 2021 hingga laga kontra Milan, Locatelli baru mencetak 3 gol. Ketiganya merupakan gol-gol penting. Gol pertama merupakan penentu kemenangan 3-2 atas Sampdoria. Begitu juga gol kedua yang jadi penentu kemenangan 1-0 atas Torino dalam laga derbi pertamanya sebagai pemain Juventus.
Adapun gol ketiga mengawali kebangkitan Juventus dari ketertinggalan 1-3 atas AS Roma menjadi kemenangan 4-3. Namun, sejak laga 9 Januari 2022 itu, Locatelli absen mencetak gol hingga akhir musim. Kepercayaan diri Locatelli bertambah setelah gol ke gawang Milan.
”Saya sudah lama merindukan momen ini. Salah satu tekad saya adalah lebih sering mencetak gol. Saya tentu telah memperoleh pengalaman dibandingkan musim lalu dan saya terus berkembang,” ujar Locatelli.
Pelatih Juventus Massimiliano Allegri menuturkan, Locatelli adalah pemain yang bagus secara teknik. Dengan posisinya saat ini, Allegri percaya Locatelli akan bisa lebih berkembang dan bermain lebih baik.
Meski cintanya untuk Juventus, Locatelli mengakui tampil di San Siro selalu terasa spesial baginya. Apalagi, kata Locatelli, Milan merupakan tempatnya tumbuh. Kini, kendati tampak janggal, Locatelli mengais dan menemukan kepercayaan diri lagi melalui Milan.