Hendra/Ahsan Kalah, Tak Ada Indonesia di Final Arctic Terbuka
Indonesia tak punya wakil pada final turnamen bulu tangkis Arctic Terbuka setelah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan kalah di semifinal. Setelah ini, mereka dan pemain top dunia akan bersaing di Denmark dan Perancis Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
VANTAA, SABTU — Ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan kalah pada semifinal turnamen bulu tangkis Arctic Terbuka di Finlandia hingga Indonesia pun kehabisan wakil. Meski demikian, pasangan berjulukan ”The Daddies” itu mencapai target dengan tampil di semifinal.
Langkah mereka di Vantaa Energia Arena pada pekan ini dihentikan pasangan Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen. Pada pertandingan yang berlangsung pada Sabtu (14/10/2023) malam waktu setempat atau Minggu dini hari waktu Indonesia, Hendra/Ahsan kalah dengan skor 19-21, 12-21.
Pertandingan berlangsung ketat pada gim pertama. Astrup/Rasmussen memaksa bermain dalam ritme cepat, ritme yang sebenarnya dihindari Hendra/Ahsan terkait menurunnya kondisi fisik masing-masing usia 39 dan 36 tahun. Meski demikian, pasangan Indonesia yang telah mengumpulkan 18 gelar juara dari berbagai level ini mampu menahan serangan cepat Astrup/Rasmussen dengan pertahanan yang rapat. Tak jarang, pengembalian smes mereka berbalik menyulitkan lawan karena diarahkan ke bagian lapangan yang kosong.
Setelah tertinggal 17-19, Hendra/Ahsan membuka peluang merebut gim pertama ketika menyamakan skor menjadi 19-19. Akan tetapi, mereka kehilangan dua poin terakhir pada pukulan-pukulan awal. Pada gim kedua, pasangan berperingkat kesepuluh dunia itu makin kesulitan mengimbang kecepatan Astrup/Rasmussen.
Indonesia pun tak punya wakil lagi pada final yang akan berlangsung Minggu. Di laga puncak, Astrup/Rasmussen akan berhadapan dengan pasangan Malaysia, Man Wei Chong/Tee Kai Wun. Man/Tee adalah pasangan yang menyingkirkan rekan senegaranya berperingkat keempat dunia, Aaron Chia/Soh Woi Yik, pada babak pertama dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan (Indonesia) di perempat final.
Tiga kali juara dunia itu membutuhkan turnamen di luar agenda karena peringkat dunia mereka turun dari posisi kedua di awal tahun menjadi kesepuluh pada saat ini.
Pada nomor lain, gelar juara ganda campuran dan tunggal putri dipastikan menjadi milik pemain China karena terjadi persaingan antara sesama pemain negara itu. Sementara gelar tunggal putra akan diperoleh pemain Malaysia dengan pertemuan Lee Zii Jia dan Ng Tze Yong.
Bagi Hendra/Ahsan, Arctic Terbuka adalah turnamen tambahan yang semula tak ada dalam agenda mereka. Tiga kali juara dunia itu membutuhkan turnamen di luar agenda karena peringkat dunia mereka turun dari posisi kedua di awal tahun menjadi kesepuluh pada saat ini. Sementara dengan target bisa lolos ke Olimpiade Perancis 2024, mereka harus mengamankan posisi di ranking delapan besar.
Denmark Terbuka
Setelah Finlandia Terbuka, Hendra/Ahsan akan bergabung dengan rekan-rekannya dari Indonesia di ajang Denmark Terbuka Super 750 pada 17-22 Oktober. Namun, berdasarkan undian, mereka akan langsung bertemu sesama pemain Indonesia, yaitu Pramudya/Yeremia, pada babak pertama.
Skuad Indonesia berangkat ke Odense, Denmark, pada Sabtu malam dengan hampir seluruh kekuatan utama, kecuali Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Mereka batal tampil karena cedera betis kanan Apriyani yang dialami saat bermain di Asian Games Hangzhou 2022, pekan lalu.
Di antara mereka yang akan tampil di Denmark, dilanjutkan dengan Perancis Terbuka pada pekan berikutnya, adalah Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska Tunjung, dan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Anthony, yang menjadi unggulan kedua, akan bertemu Christo Popov (Perancis) pada babak pertama, Gregoria akan melawan Nozomi Okuhara (Jepang), sedangkan Fajar/Rian melawan Lu Ching Yao/Yang Po Han.
Akan tetapi, perubahan undian pada beberapa nomor tampaknya akan terjadi dengan pengunduran atlet yang cedera. Selain Apriyani/Fadia, tunggal putri nomor satu dan dua dunia, An Se-young (Korea Selatan) dan Akane Yamaguchi, kemungkinan besar absen dalam persaingan di Eropa.
Bagi skuad Indonesia, tur di Eropa menjadi momen untuk bangkit setelah gagal meraih medali di Hangzhou. Ini menjadi kegagalan pertama tim bulu tangkis ”Merah Putih” mendapat medali Asian Games sejak cabang itu dipertandingkan di Jakarta 1962.
”Meskipun jeda Asian Games dan Denmark cukup mepet, kondisi saya cukup baik. Semoga kekalahan di Asian Games bisa menjadi motivasi untuk tur di Eropa ini. Saya ingin melupakan kekalahan yang sangat berat itu,” kata Gregoria, yang kalah di perempat final tunggal putri Asian Games. Padahal, jika bisa mengalahkan Aya Ohori (Jepang) pada perempat final, Gregoria bisa mewujudkan targetnya mendapat medali, yaitu minimal perunggu.
Sementara Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky mengatakan, atlet sudah terbiasa dengan jadwal padat. ”Maka, setelah Asian Games, mereka langsung fokus berlatih, memperbaiki kekurangan,” katanya.