Deru Penyelamatan Olivier Giroud
Dari striker menjadi kiper, tak masalah bagi Olivier Giroud. Deru Giroud, si serbabisa, terus menggebu dan mengantar AC Milan jadi ”capolista”.
Bagi pemain yang sudah meraih nyaris segalanya seperti Olivier Giroud, pembuktian diri seperti bukan tujuan utama lagi. Namun, lapangan bak arena hening dan Giroud ingin terus membuat riuh dengan deru keserbabisaannya. Kali ini, Giroud ”berisik” dengan sarung tangan dan penyelamatan pencegah gawang kebobolan.
Lebih dari dua dekade lalu, saat Liga Italia musim 1999-2000 bergulir, bek tengah Venezia, Fabio Bilica, menggantikan posisi kiper Fabrizio Casazza di bawah mistar gawang ketika menghadapi AC Milan. Bilica lantas menyelamatkan gawang dari tendangan penalti striker Milan pemenang Ballon d’Or, Andriy Shevchenko.
Momen epik itu kembali tersaji di Liga Italia 2023-2024 dengan situasi berbeda dan striker Olivier Giroud sebagai aktornya. Tujuh menit terakhir pertandingan Genoa versus AC Milan, Minggu (8/10/2023) malam WIB, menjadi panggung besar Giroud.
Dalam laga pekan kedelapan di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Giroud berdiri di bawah mistar gawang dengan jersei hijau milik kiper sesungguhnya AC Milan, Mike Maignan. Hingga laga berdurasi hingga 104 menit itu rampung, gawang AC Milan tetap nirbobol.
Baca juga: Jungkir Balik Dunia Giroud
Dengan pergantian posisi itu, komentator internal Milan sampai mengubah nyanyian suporter yang biasanya dilantunkan untuk Giroud. Nyanyian itu diubah dari Siam venuti quassu per vedere segnare Giroud yang berarti ”kami datang ke sini untuk melihat Giroud mencetak gol” menjadi versi untuk merayakan dia melakukan penyelamatan.
”Rasanya nyaris sama seperti mencetak gol,” kata Giroud kepada DAZN, setelah menambahkan catatan satu nirbobol ke dalam statistiknya yang telah diwarnai empat gol dan tiga asis untuk Milan musim ini.
Untuk catatan nirbobol itu, Giroud pertama-tama harus siaga ketika Genoa melalui Albert Gudmundsson mengeksekusi tendangan bebas dari tepi kotak penalti. Gudmundsson tengah dalam performa terbaiknya dengan tiga gol dalam dua laga terakhir. Namun, dewi fortuna lebih memilih Giroud. Tendangan Gudmundsson mengenai Fikayo Tomori, mengarah ke sudut kanan gawang, sebelum akhirnya membentur mistar.
Giroud menghela napas lega, tetapi tantangan selanjutnya sudah menanti lewat penyerang Genoa, George Puscas. Selepas mendapatkan umpan terobosan dari rekannya, Caleb Ekuban, Puscas hanya tinggal memberi sentuhan kedua untuk membuat bola meluncur ke gawang. Giroud bergegas keluar dari ”sarang”-nya, menutup mata sambil menepis bola yang sudah dekat di kaki Puscas.
Baca juga: Tendangan Salto Giroud Membalikkan Nasib Chelsea
Rasanya nyaris sama seperti mencetak gol.
Saat Giroud membuka mata, bola mendarat di belakangnya. Pemain 37 tahun ini lantas melompat untuk memeluk bola sekaligus melakukan penyelamatan kedua. Tak lama berselang, giliran teman setimnya yang melompat dan memeluknya. Laga berakhir dan Milan menang 1-0 berkat gol Christian Pulisic pada menit ke-87.
”Saya pikir, saya harus bertindak dan mencoba menggapai bola itu. Jadi, saya berusaha berani dan saya melakukannya. Saya tidak pernah membayangkan emosi seperti ini akan terjadi,” tutur Giroud.
Paling tinggi
Perubahan posisi Giroud dari striker menjadi kiper itu bermula ketika Maignan diganjar kartu merah pada masa tambahan waktu. Maignan menghantam dada Ekuban dengan lututnya saat perebutan bola di luar kotak penalti. Aksi itu membuat Maignan akan melewatkan pertandingan pertama setelah jeda internasional melawan Juventus.
Lebih dari itu, kondisi tersebut memberikan dilema bagi Pelatih AC Milan Stefano Pioli. ”Rossoneri” telah menggunakan semua kesempatan pergantian pemain ketika Maignan diusir. Artinya, Pioli tidak bisa mengandalkan kiper cadangan Marco Sportiello sehingga pemain outfield harus mengenakan sarung tangan Maignan.
”Pulisic sebenarnya mengajukan diri untuk menjadi kiper karena dia mungkin pernah melakukannya. Namun, kami menghadapi tendangan bebas dan saya mengatakan kepadanya bahwa dia terlalu pendek (173 cm),” ujar Pioli, dikutip dari The Guardian.
Sebagai penyerang tertinggi Milan dengan 193 cm, Giroud akhirnya mengenakan jersei Maignan. Piolo menambahkan, apa yang dilakukan Giroud adalah bagian dari mentalitas tim. Mentalitas berupa keinginan memberikan yang terbaik, terlepas dari apa pun kondisinya.
Giroud mengonfirmasi pernyataan Pioli tentang bagaimana keputusan penting itu dibuat. Pemain berpaspor Perancis ini sadar diri tentang postur tubuhnya. Selain itu, dia punya pengalaman, setidaknya saat masih kecil, mengisi posisi penjaga gawang.
”Saya sangat bangga dengan tim. Kami berjuang sampai akhir. Saya melakukan penyelamatan dengan baik! Saya juga beruntung dengan mistar gawang. Kami bertarung seperti singa,” ucap Giroud dalam sesi wawancara dengan Sky Sport Italia.
Giroud memang patut berbangga karena kemenangan atas Genoa, yang terjadi setelah Inter Milan bermain imbang dengan Bologna, membuat Milan berhak merebut capolista. Milan kini menjadi pemuncak klasemen menjelang jeda internasional dengan 21 poin.
Baca juga: Jalan Keluar Keterpurukan AC Milan
Hal positif lainnya, Milan kian kuat dalam pertahanan. Sejak kekalahan telak 1-5 dalam derbi Della Madonnina bulan lalu, Milan hanya kebobolan satu kali dalam enam pertandingan di semua ajang.
Kini, pertahanan Milan akan diuji dengan absennya Maignan. Setidaknya Giroud, jika harus mengisi posisi itu lagi, sudah menyiapkan seragamnya. Milan langsung mengeluarkan pernyataan bahwa aksi berani Giroud merupakan bagian sejarah tim. ”Klub telah memutuskan untuk menghormati penampilannya di lini pertahanan terakhirnya dengan memasukkannya ke dalam daftar penjaga gawang.”
Milan juga memanfaatkan momentum dengan menjual jersei kiper Giroud. Tak sampai 24 jam sejak pengumuman, semua ukuran telah terjual habis.
Sementara itu, Serie A turut meramaikan perbincangan tentang Giroud. Serie A memilih Giroud ke dalam jajaran 11 pemain terbaik pekan kedelapan. Bukan sebagai striker, melainkan sebagai kiper.
Baca juga: Permulaan Ambisi Besar AC Milan
Melepas kutukan
Apa yang dilakukan Giroud sebenarnya hanya satu dari beragam tantangan yang berhasil ditaklukkannya. Pada awal kedatangannya di Milan, dua tahun lalu, mantan pemain Chelsea ini mampu melepas kutukan nomor punggung 9.
Nomor punggung keramat itu identik dengan redupnya sinar sang pemakai. Setelah Filippo Inzaghi, tidak ada pemain Milan bernomor punggung tersebut yang tampil impresif. Contohnya, Gonzalo Higuain, Alexandre Pato, dan Krzysztof Piatek.
Namun, Giroud sukses membukukan total 7 gol dalam 15 pertandingan dan menambahnya menjadi 14 gol dalam total 38 laga. Sementara itu, jumlah gol gabungan Higuain, Pato, dan Piatek ketika memakai nomor 9 hanya 11 gol.
Dalam kariernya, Giroud sudah hampir meraih segalanya. Bersama Milan, pemain yang memulai karier profesionalnya pada 2005 itu merengkuh gelar Liga Italia setelah klub puasa selama 11 tahun. Sebelum itu, dia sudah mengangkat satu trofi Piala Dunia, satu gelar Liga Champions, satu gelar Liga Europa, dan empat titel Piala FA.
Torehan itu dilengkapi dengan deretan prestasi personal, di antaranya pencetak gol terbanyak Liga Europa 2018-2019 (11 gol) dan Liga Perancis 2011-2012 (21 gol).
Penampilan melawan Genoa hanya satu dari banyak kegemilangan Giroud. Meski usia tak lagi muda, Giroud tetap bisa ”berisik”. Sebagai pemain nomor 9 yang kemudian bertugas menjadi nomor 1, dia kini menjadi 10 alias sempurna.