Bonus Peraih Medali Emas Asian Games, dari Uang hingga Bebas Wajib Militer
Medali di Asian Games, utamanya emas, biasanya akan diikuti dengan rezeki ”nomplok” yang dapat mengubah kehidupan para atlet dan keluarganya.
Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
·4 menit baca
Negara-negara yang sangat membutuhkan kesuksesan di Asian Games 2022 menjanjikan rumah, uang, mobil, dan bahkan pekerjaan di pemerintahan sebagai insentif bagi para atlet untuk membawa pulang medali dari Asian Games Hangzhou 2022, China. Banyak kompetitor di pesta olahraga bangsa Asia itu, yang akan berakhir Minggu (8/10/2023), mengatakan, mereka lebih tertarik dengan kejayaan dari pada keuntungan finansial.
Namun, medali, utamanya emas, biasanya akan diikuti dengan rezeki nomplok yang dapat mengubah kehidupan para atlet dan keluarganya, terutama mereka yang merupakan atlet amatir dan bukan profesional di bidang olahraganya masing-masing. Pemerintah India, misalnya, memberikan bonus sebesar 36.000 dollar AS (Rp 562,3 juta) untuk satu medali emas di Asian Games.
Jumlah itu terhitung besar di negara dengan banyak penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan tahunan rata-rata sebesar 2.380 dollar AS (Rp 37,1 juta). Namun, bagi sebagian atlet asal India, hadiah yang lebih bernilai adalah kehidupan yang stabil. Pasalnya, para peraih medali Olimpiade dan Asian Games bisa mendapatkan pekerjaan di pemerintahan jika mereka memang menginginkannya.
Pegulat Vinesh Phogat, misalnya, dipromosikan menjadi pejabat senior perkeretaapian setelah meraih medali emas di Asian Games di Indonesia pada 2018, demikian juga dengan pegulat Bajrang Punia dan Sakshi Malik.
Sementara Komite Olimpiade Nasional Singapura menghadiahkan jumlah yang lebih besar bagi peraih medali emas. Mereka memberikan 146.000 dollar AS (Rp 2,28 miliar) untuk setiap keping emas yang didapat atlet Singapura. Jumlah itu kelihatan besar, tetapi itu hanya cukup untuk membeli tempat tinggal yang sempit di negara kaya itu.
Negara kaya lain, Kuwait, juga menghargai emas atlet mereka dengan hadiah barang mewah. Jika peraih medali emas Kuwait, Abdullah al-Rashidi dan Yaqoub al-Youha, belum bisa mengemudi, sekaranglah saatnya bagi mereka untuk belajar.
Pasalnya, seorang pengusaha Kuwait menawarkan untuk membelikan mobil bagi mereka yang mendapatkan medali emas, dan petembak berusia 60 tahun, Al-Rashidi, akan diberi hadiah sebuah mobil Volvo.
Bonus prestasi juga dipastikan akan didapat oleh atlet-atlet Indonesia yang mendapatkan medali. Saat melepas kontingen Indonesia ke Hangzhou, Selasa (19/9/2023), Presiden Joko Widodo menyebut, atlet yang merebut medali akan mendapatkan bonus rumah.
Dalam keterangan pers di Halaman Istana Merdeka, Ketua Kontingen Indonesia untuk Asian Games 2022 Basuki Hadimuljono dan Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menegaskan bahwa semua peraih medali akan memperoleh bonus rumah. ”Dapat medali, dapat rumah,” ujar Muhadjir.
Sesuai dengan amanat dari Presiden, Basuki menambahkan bahwa peraih medali yang punya tanah akan dibuatkan rumah di kampung halamannya atau di mana pun. ”Itu soal teknis, gampang nanti. Yang penting sudah ada komitmen dari Ketua Kontingen atas arahan Presiden,” kata Muhadjir.
Di banyak negara, penghargaan bagi peraih medali biasanya adalah uang atau barang, tetapi di sejumlah negara penghargaan bisa berbentuk lain. Seperti di Korea Selatan . Bagi negara yang menerapkan wajib militer bagi warga negaranya, atlet putra Korea Selatan yang memenangi emas di Asian Games bisa mendapatkan pengecualian untuk tidak mengikuti setidaknya 18 bulan wajib militer. Persoalan ini cukup kontroversial di negara itu, dan atlet Korsel menolak untuk berbicara kepada wartawan saat ditanya menganai hal itu.
Semua atlet asal Korea Selatan bisa tidak ikut wajib militer penuh jika berhasil meraih emas di Asian Games. Bintang sepak bola Tottenham Hotspur, Son Heung-min, pernah mendapat pengecualian lima tahun lalu. Alih-alih wajib militer setidaknya 18 bulan, ia hanya menjalani pelatihan dasar militer selama tiga minggu.
Korea Selatan secara teknis masih berperang dengan Korea Utara, sehingga semua pria Korea Selatan usia 18-28 tahun yang berbadan sehat harus menjalani wajib militer. Pengecualian ini merupakan hal yang kontroversial, terlebih bagi e-sports yang memulai debutnya sebagai perebutan medali di Asian Games, tetapi masih dianggap oleh sebagian orang sebagai hal yang tidak pantas di ajang multicabang internasional yang besar.
Pengecualian biasanya diberikan kepada atlet elite atau musisi klasik atas dasar menaikkan kebanggaan nasional. Orang yang mendapat pengecualian ini juga sangat jarang, kurang dari 100 diberikan untuk ”seni dan olahraga” tahun lalu.
Adapun bagi atlet sendiri, saat ditanya apa yang lebih bermakna bagi mereka, para atlet Olimpiade atau Asian Games mengatakan bahwa mereka lebih termotivasi oleh tujuan yang lebih tinggi dari pada sekadar imbalan materi. Kebanggaan nasional adalah ungkapan yang paling sering diucapkan, sementara petinju andalan Filipina, Felix Marcial, berjuang untuk membuat keluarganya bangga.
”Ini untuk diri saya sendiri, untuk istri saya, untuk negara saya, dan untuk ayah saya karena saya tidak berada di sini sekarang jika bukan karena ayah saya,” katanya kepada AFP.
Meski demikian, tidak bisa dimungkiri bahwa mendapatkan bonus uang atau barang dapat mengubah hidup sebagian atlet, terutama mereka yang berlatar belakang keluarga miskin.
Atlet lempar lembing asal India, Neeraj Chopra, adalah contohnya. Dia adalah juara dunia, Olimpiade, dan Asian Games, tetapi kehidupan Neeraj tidak selalu menyenangkan. Setelah sukses di tahun 2017, dan sebelum menjadi ikon di India saat ini, Chopra menjadi seorang perwira muda di angkatan darat India.
”Ayah saya adalah seorang petani, ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga… tidak ada seorang pun di keluarga saya yang memiliki pekerjaan di pemerintahan, jadi semua orang bahagia,” kata Chopra setelah bergabung dengan angkatan darat India.
”Bagi saya, ini merupakan suatu kelegaan karena sekarang saya dapat membantu keluarga saya secara finansial selain melanjutkan pelatihan saya.” (AFP)