Rahmat Erwin Abdullah, Si ”Rambo” Ketiga Bergaya ala Binaraga
Di atas arena Asian Games Hangzhou 2022, Rahmat dan Erwin Abdullah tak hanya memamerkan otot-otot tubuhnya. Mereka juga memamerkan kesuksesan ayah-anak yang menggapai mimpi bersama.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Lifter muda Indonesia, Rahmat Erwin Abdullah (22), memperagakan otot lengannya ala binaragawan selepas mengetahui dirinya merebut medali emas Asian Games Hangzhou 2022. Pose ”Rambo” itu bermakna bagi Rahmat, terutama karena berkaitan dengan sang ayah, Erwin Abdullah.
Selepas mengeksekusi percobaan terakhir angkatan clean and jerk yang memecahkan rekor dunia dengan angkatan 201 kg, Rahmat tersenyum lega. Selain rekor dunia, medali emas Asian Games Hangzhou 2022 dari kelas 73 kg berhasil diraihnya. Sang ayah lantas mendatangi Rahmat, lalu keduanya bergaya ala binaragawan.
Rahmat dan Erwin memperagakan otot lengannya kepada penonton dalam dua pose. Pertama, mengangkat kedua lengan dan menekuknya sehingga menunjukkan otot bisep. Kedua, memperlihatkan otot dari samping dengan salah satu tangan memegang pergelangan tangan lainnya.
Kalau Sylvester Stallone bisa disebut sebagai Rambo pertama karena dia memerankan karakter itu, maka Erwin Abdullah adalah Rambo kedua. Dan Rahmat Erwin Abdullah, bisa dijuluki Rambo ketiga.
Pose serupa pernah ditunjukkan Erwin, yang juga pelatih Rahmat, lebih dari dua dekade lalu. Erwin berpose setelah mengetahui dirinya merebut medali perak Asian Games Busan, Korea Selatan, pada 2002. Erwin meraih perak dengan angkatan clean and jerk seberat 190 kg pada kelas 69 kg. Seperti yang kemudian dilakukan Rahmat, Erwin juga kala itu tidak memforsir diri di angkatan snatch. Dia ”hanya” mengangkat 142,5 kg.
Momen 21 tahun lalu itu diabadikan fotografer Kompas, Kartono Ryadi, dan wartawan Kompas, Irving Noor, yang meliput langsung. Keduanya menjuluki Erwin sebagai Rambo, karakter film yang diperankan Sylvester Stallone dengan tubuh kekar.
Kalau Sylvester Stallone bisa disebut sebagai Rambo pertama karena dia memerankan karakter itu, maka Erwin Abdullah adalah Rambo kedua. Dan Rahmat Erwin Abdullah, bisa dijuluki Rambo ketiga. Bukan karena menjadi aktor untuk film tersebut, tetapi lantaran Erwin dan Rahmat sama-sama memamerkan gaya ibarat Rambo setelah aksi mereka.
”Sebelumnya, hanya saya lifter yang memperagakan pose seperti itu. Sekarang, Rahmat juga melakukan hal yang sama. Jadi, di dunia ini hanya ada saya dan Rahmat yang punya pose begitu, he-he-he,” kata Erwin, yang masih memajang potongan koran Kompas edisi 5 Oktober 2002 itu di rumahnya di Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari itu, kata Erwin, pose tersebut sebenarnya juga jadi salah satu aspek yang menambah kepercayaan diri Rahmat. Secara tidak langsung hal itu memberi sugesti bahwa seseorang memiliki kekuatan dan kekuatan itu berhasil dipakai untuk mengangkat beban yang berat.
Adapun Erwin selalu menggendong sang anak setelah selesai mengeksekusi angkatan terakhir. Menurut lifter nasional 1990-2000-an ini, hal itu merupakan bentuk apresiasi untuk Rahmat karena mau berusaha dan memberikan yang terbaik.
Pengaruh sang ayah
Pada konferensi pers selepas pertandingan, Rahmat mengatakan, pose itu memang sengaja ditunjukkannya bersama sang ayah. Rahmat ingin mengulangi apa yang dilakukan sang ayah di Asian Games. Menariknya, pencapaian Rahmat lebih tinggi dari Erwin.
Sebenarnya bukan kali ini saja Rahmat berpose setelah mengeksekusi angkatan terakhir. Rahmat melakukannya dalam beberapa kejuaraan, termasuk saat memecahkan rekor dunia clean and jerk untuk angkatan 209 kg pada kelas 81 kg di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2023, di Riyadh, Arab Saudi, tiga pekan lalu.
”Bapak ternyata pernah menunjukkan banyak pose, makanya aku coba saja tampilkan. Buat variasi,” kata Rahmat sepulang dari Riyadh.
Rahmat pun tak memungkiri pose itu menunjukkan pengaruh kuat sang ayah dalam kehidupannya. Setelah pertama dilatih sang ibu yang juga mantan lifter nasional, Ami Asun Budiono, Rahmat kemudian dilatih sang ayah ketika memutuskan akan serius menekuni angkat besi.
Menurut Rahmat, sang ayah melatih dengan hati sehingga penuh perasaan. Itu tidak hanya diterapkan Erwin ketika melatih Rahmat, tetapi juga saat melatih lifter lain di pelatnas, yaitu Eko Yuli Irawan dan Siti Nafisatul Hariroh.
”Bapak juga sering memberi wejangan-wejangan, dalam angkat besi ataupun dalam hidup. Aku pun mencoba menurut karena selain pelatih, bapak juga orangtua, jadi kalau tidak menurut malah jadi kualat,” tutur Rahmat.
Peraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020 ini melanjutkan, peran ayah dan ibunya sama besar dalam perkembangannya sebagai lifter. Meski berada di Makassar, kata Rahmat, ibunya selalu memberikan dukungan moral. Ami selalu setia menenangkan Rahmat ketika gundah dan menyemangati sang anak ketika merasa ingin menyerah.
Menurunkan berat badan
Prestasi Rahmat terus melesat dalam dua tahun. Medali emas Asian Games hanya satu dari sekian prestasinya sejak bersaing di level senior. Tiga pekan sebelum Asian Games, Rahmat meraih emas Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2023 untuk angkatan clean and jerk seberat 209 kg di kelas 81 kg. Angkatan itu sekaligus memecahkan rekor dunia 208 kg milik lifter Bulgaria, Karlos Nasar, pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2021 di Tashkent, Uzbekistan. Rahmat juga meraih medali perak untuk angkatan total 354 kg.
Di Hangzhou, Rahmat turun di kelas yang berbeda, yakni 73 kg. Saat berlaga di Riyadh, berat badan Rahmat 76 kg. Artinya dalam tiga pekan, Rahmat harus menurunkan berat badannya. Bagi lifter seperti Rahmat, menurunkan atau menaikkan berat badan adalah perkara biasa. Namun, seiring dengan perubahan bobot tubuh, mereka juga harus mengimbangi kekuatan yang dimiliki.
Maka, wajar ketika Rahmat mengatakan bahwa dalam tiga pekan, latihannya berat. Adapun Erwin menuturkan, latihan dalam waktu singkat dimanfaatkan sedemikian rupa untuk mengelola kekuatan Rahmat. Tujuannya, agar tidak ikut turun bersamaan dengan penurunan berat badannya.
Dengan medali emas yang berhasil ada dalam genggaman, upaya Rahmat dan Erwin berhasil. Di atas arena Asian Games, mereka tak hanya memamerkan otot-otot tubuhnya, tetapi juga memamerkan kesuksesan ayah-anak yang menggapai mimpi bersama.