Riska Andriyani/Nur Meni gagal mempertahankan perunggu kano ganda 500 meter putri di Asian Games 2022. Itu karena perkembangan kano putri Asia yang semakin pesat, terutama bermunculannya banyak atlet muda di negara lain.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI HANGZHOU, CHINA
·5 menit baca
FUYANG, KOMPAS - Tim kano ganda 500 meter putri Riska Andriyani/Nur Meni gagal mempertahankan medali perunggu di Asian Games Hangzhou, China 2022. Keduanya takluk dari tim negara lain yang berisikan atlet-atlet muda. Maka itu, dengan berbesar hati, Riska/Nur berniat membuka jalan regenerasi agar kano Indonesia tidak semakin tertinggal di level elite Asia.
”Sejak dari Kejuaraan Dunia 2023 di Jerman kemarin (akhir Agustus), catatan waktu kami sudah berada di level bawah Asia. Jadi, sudah agak berat untuk bersaing di sini. Sekarang, kita harus memberikan kesempatan kepada para yunior. Tidak bisa main-main lagi karena negara lain sudah berkembang pesat dengan atlet-atlet muda yang sebagian besar pendatang baru,” ujar Riska.
Dalam perlombaan yang berlangsung di Fuyang Water Sports Centre, Provinsi Zhejiang, Senin (2/10/2023), Riska/Nur diharapkan bisa mempertahankan medali perunggu ganda 500 meter putri yang mereka raih pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Namun, Riska yang telah berusia 27 tahun dan Nur yang berusia 31 tahun tidak kuasa menghadapi tim lain yang rata-rata diperkuat atlet lebih muda.
Riska/Nur pun harus puas finis keenam dari total sembilan peserta dengan catatan waktu 2 menit 11,699 detik. Mereka tertinggal jauh dari ganda China Sun Mengya (22 tahun) dan Xu Shixiao (31 tahun) yang meraih emas dengan 2 menit 1,409 detik.
Di susul kemudian, ganda Kazakhstan Mariya Brovkova (18 tahun) dan Rufina Iskakova (19 tahun) yang merebut perak dengan 2 menit 8,125 detik. Ganda Thailand Orasa Thiangkathok (25 tahun) dan Aphinya Sroichit (19 tahun) yang mendapatkan perunggu dengan 2 menit 8,257 detik.
Sulit bersaing
Riska mengatakan, secara teknis, kendala utama mereka adalah menghadapi arah angin yang bertiup melawan arah pergerakan mereka. Namun, hal itu dialami pula oleh peserta-peserta lain sehingga bisa dikatakan memang mereka yang sulit untuk bersaing.
Jauh sebelum Asian Games 2022, Riska/Nur ditargetkan untuk menyumbangkan medali dari ganda 500 meter. Akan tetapi, sejak mendapatkan hasil tidak memuaskan dalam Kejuaraan Dunia 2023, Riska/Nur mulai sadar bahwa target itu berat untuk direalisasikan.
Kecuali China yang berada jauh di atas rata-rata level Asia, Riska/Nur menilai perkembangan kano putri Asia berkembang sangat pesat dan semakin ketat. Negara yang dahulu masih berada di bawah Indonesia pun mulai mengimbangi, bahkan ada yang sudah melewati.
”Yang paling mengagetkan itu perkembangan Kazakhstan dan Thailand. Dulu, mereka masih berada di bawah kami. Sekarang, mereka sudah berada di atas kami. Ke depan, Iran yang masih berada di bawah kita juga harus diwaspadai,” kata Riska.
Semua itu terjadi karena regenerasi atlet-atlet negara tersebut berjalan dengan baik. Contoh paling nyata tentunya Kazakhstan, kedua pedayungnya masih berusia di bawah 20 tahun. Dengan usia lebih muda, atlet-atlet itu memiliki keunggulan fisik ataupun stamina untuk menjaga kecepatan di nomor-nomor jarak jauh.
Melihat fenomena itu, Indonesia dianggap tidak boleh tinggal diam. Regenerasi tim ”Merah-Putih” mesti segera dilakukan agar bisa bangkit ataupun tidak semakin tertinggal dari peta persaingan elite Asia.
Sekarang, eranya atlet-atlet yang lebih muda seperti yang lebih dahulu dilakukan oleh negara-negara lain.
”Harapan kami, sudah waktunya Indonesia untuk mengedepankan para yunior kami. Para yunior harus mulai diberi kesempatan lebih banyak untuk mengasah mental dan pengalaman dengan mengikuti kejuaraan-kejuaraan internasional. Sekarang, eranya atlet-atlet yang lebih muda seperti yang lebih dahulu dilakukan oleh negara-negara lain,” tutur Riska.
Dilema Riska
Usai perlombaan itu, Riska masih akan turun di nomor perseorangan 200 meter pada Selasa (3/10/2023). Selang dua jam kemudian, Riska bersama Nur turun di nomor ganda 200 meter. Berstatus sebagai peraih perak perseorang 200 meter yang direbut di Asian Games 2018, Riska tidak serta merta bisa mempertahankan perak ataupun mencuri medali lainnya pada Asian Games edisi ke-19 ini.
Bahkan, Riska justru lebih memprioritaskan nomor ganda 200 meter. Kendati demikian, hal itu pun tidak mudah untuk dilakukan karena perlombaan nomor perseorangan 200 meter dan ganda 200 meter yang cukup berdekatan.
”Kemarin, kami sempat mau mundur dari nomor perseorangan 200 meter. Tapi, kata panitia, kalau saya mundur dari nomor perseorangan maka saya tidak bisa main untuk nomor ganda. Akhirnya, mau tidak mau, saya tetap main di nomor perseorangan. Paling strateginya, saya ikuti sampai finis dan buru-buru naik untuk istirahat agar tetap optimal di nomor ganda,” ujar Riska.
Pelatih kano Indonesia asal Ukraina, Andrii Kraitor, tetap berharap Riska dan Nur bertarung habis-habisan untuk sisa perlombaan mereka. ”Tidak ada strategi khusus untuk nomor sprint atau jarak pendek. Yang penting adalah bertarung dengan maksimal. Mental akan memainkan peran besar di perlombaan tersebut,” terangnya.
Hasil perlombaan lain
Dari perlombaan lain, Senin (2/1/2023), atlet Indonesia Rudiansyah finis ketujuh dari total total sembilan peserta dengan waktu 4 menit 58,328 detik di kano perseorangan 1.000 meter. Rudiansyah yang masih berusia 20 tahun tertinggal jauh dari atlet Taiwan Lai Kuan-Chieh (26) yang meraih emas dengan 4 menit 15,942 detik, wakil Uzbekistan Vladlen Denisov (23) yang merebut perak dengan 4 menit 15,994 detik, dan wakil Kazakhstan Timofey Yemelyanov (30) yang mendapatkan perunggu dengan 4 menit 18,810 detik.
Rudiansyah bersama Anwar Tarra yang berusia 36 tahun juga tidak bisa berbuat banyak di kano ganda 500 meter. Mereka finis urutan kesembilan atau buncit dengan waktu 1 menit 55,408 detik. Mereka tertinggal jauh dari ganda Kazakhstan Timur Khaidarov (27) dan Sergey Yemelyanov (28) yang meraih emas dengan 1 menit 49,010 detik.
Disusul selanjutnya, ganda Jepang Masato Hashimoto (28) dan Ryo Naganuma (29) yang merebut perak dengan 1 menit 49,237 detik. Ganda Iran Seyedkia Eskandanihosseini (30) dan Adel Mojallalimoghadam (30) yang mendapat perunggu dengan 1 menit 50,486 detik.
Kraitor menuturkan, para atlet Indonesia harus mendapatkan kesempatan ikut kejuaraan internasional lebih banyak atau melakukan pemusatan latihan di luar negeri yang lebih lama. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan banyak pengalaman baru dari melihat ataupun bertemu para atlet dari negara lain yang lebih tinggi jam terbangnya.
”Yang pasti, olahraga ini adalah olahraga jangka panjang. Anda tidak bisa memangkas waktu lima detik hanya dalam setahun. Untuk memotong waktu lima detik, Anda butuh waktu dua hingga tiga tahun,” ucap Kraitor.