Asa Tim Rowing Putra Tambah Medali Pupus di 1.000 Meter Terakhir
Usai meraih tiga perunggu di hari keempat rowing Asian Games 2022, Indonesia gagal menambah medali di hari terakhir disiplin cabang dayung tersebut. Itu dinilai karena perkembangan rowing Asia yang begitu pesat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI HANGZHOU, CHINA
·4 menit baca
HANGZHOU, KOMPAS - Setelah meraih tiga medali perunggu dalam Asian Games Hangzhou, China 2022, Minggu (24/9/2023), tim rowing Indonesia gagal menambah perolehan medali pada hari terakhir displin olahraga dayung itu, Senin (25/9/2023). Dari tiga final yang diikuti Indonesia, kegagalan tim quadruple sculls paling disesalkan karena nyaris meraih perunggu sebelum disalip India di sisa jarak 1.000 meter terakhir.
”Saya rasa para atlet tim rowing sudah berjuang dengan baik. Tadi, mereka hanya kalah tipis sekitar dua detik saja (dari peraih medali perunggu). Secara keseluruhan, saya cukup puas dengan raihan tiga perunggu dari tim rowing. Untuk ke depan, kita harus meningkatkan pembinaan dengan mengoptimalkan infrastruktur yang ada di sejumlah daerah untuk melakukan regenerasi atlet,” ujar Basuki Hadimuljono, Ketua Kontingen Indonesia di Asian Games 2022 sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia ditemui usai final tersebut.
Motivasi tim rowing Indonesia sempat membumbung tinggi usai meraih tiga medali perunggu pada hari keempat perlombaan rowing Asian Games 2022 di Fuyang Water Sports Centre, Hangzhou, Minggu. Tiga perunggu itu disumbangkan tim putri nomor perlombaan light-weight double sculls, tim putra double sculls, dan tim putra delapan.
Maka itu, pada hari kelima atau hari pamungkas rowing Asian Games edisi ke-19, Senin, tim rowing Indonesia cukup optimistis bisa menambah perolehan medali dari tiga final yang mereka ikuti. Tiga final itu adalah tim putra empat, tim putri quadruple sculls, dan tim putra quadruple sculls.
Namun, kepercayaan diri itu surut secara bertahap saat tim putra empat yang terdiri dari Ferdiasyah, Asuhan Pattiha, Denri Maulidzar Alghiffari, dan Ardi Isadi hanya finis kelima dari enam peserta dengan waktu 6 menit 17,55 detik dalam perlombaan berjarak 2.000 meter tersebut. Tak berselang lama, tim putri quadruple sculls (Julianti, Nurtang, Chelsea Corputty, dan Mutiara Rahma Putri) harus puas finis keempat dari lima peserta dengan waktu 6 menit 56,50 detik dalam lomba berjarak 2.000 meter.
Indonesia akhirnya tinggal menaruh asa kepada tim putra quadruple sculls yang terdiri dari Ihram, Rendi Setia Maulana, Memo, dan Sulpianto. Hingga 500 meter awal perlombaan berjarak 2.000 meter itu, harapan Indonesia masih terjaga karena tim quadruple sculls itu masih bisa mempertahankan posisi di urutan ketiga dari enam peserta.
Akan tetapi, memasuki jarak 1.000 meter, Indonesia tersalip oleh India walau dengan posisi yang sangat ketat atau tidak berjauhan. Indonesia terus menjaga jarak dengan selisih sekitar 1 detik dari India hingga jarak 1.500 meter.
Kita harus meningkatkan pembinaan dengan mengoptimalkan infrastruktur yang ada di sejumlah daerah untuk melakukan regenerasi atlet.
Dalam pertarungan terakhir atau 500 meter menuju finis, tim ”Merah-Putih” coba menambah kecepatan. Tak mau kalah, India pun berusaha sekuat tenaga mempertahankan posisinya dengan turut menambah kecepatan.
Akhirnya, hingga memasuki garis finis, Indonesia mesti puas finis keempat dengan waktu 6 menit 9,75 detik. Mereka tak kuasa untuk menyalip India yang sukses memboyong perunggu dengan waktu 6 menit 8,61 detik.
Faktor komunikasi
Ihram tak kuasa menahan kecewanya. Menurut atlet asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara itu, seharusnya, mereka bisa memboyong perunggu. Sekitar 600 meter sebelum finis, mereka sudah mendapatkan momentum untuk menyalip India.
Sayangnya, komunikasi mereka kurang baik. Saat Ihram memberi aba-aba agar tiga rekannya meningkatkan kecepatan, ternyata instruksi itu tidak berjalan. Ihram sempat mencoba memberikan aba-aba serupa memasuki 300 meter sebelum finis tetapi tetap tidak berjalan.
”Kalau masalah stamina, sebenarnya tidak juga. Saya rasa, kami masih bisa tambah kecepatan maksimal di 600 meter terakhir itu. Mungkin tadi, instruksi saya kurang terdengar. Ke depan, kita harus lebih jeli dalam mengatur strategi kapan harus menjaga tempo dan kapan harus meningkatkan kecepatan. Intinya, komunikasi dan kekompakan mesti lebih baik,” ungkap atlet kelahiran 27 Agustus 1988 tersebut.
Dengan kegagalan tim putra quadruple sculls menyumbangkan medali, tim rowing dipastikan hanya menyumbangkan tiga perunggu dalam Asian Games 2022. Prestasi itu jauh menurun dibandingkan Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Ketika itu, rowing sukses menyumbangkan satu emas, dua perak, dan dua perunggu.
Pelatih pelatnas rowing Indonesia Dede Rohmat Nurjaya tidak menafikan bahwa target mereka meleset dalam Asian Games 2022. Setidaknya, mereka berharap bisa menambah medali dari tiga final di hari terakhir rowing pesta olahraga Asia kali ini.
Hal itu dinilai karena peta persaingan Asia yang semakin meningkat. Di luar China yang kemampuannya jauh di atas rata-rata Asia, ada sejumlah negara yang perkembangannya sangat pesat, seperti Uzbekistan. Sebagai gambaran, dalam Kejuaraan Asia Rowing 2022 di Ban Chang, Thailand, akhir tahun lalu, Indonesia mampu meraih satu emas dan tiga perunggu, sedangkan Uzbekistan berada di bawah dengan empat perak dan satu perunggu.
Dalam Asian Games 2022, situasi berbalik, Uzbekistan bisa meraih dua emas, empat perak, dan satu perunggu. Sebaliknya, Indonesia berada di bawah dengan tiga perunggu. ”Agar anak-anak bisa lebih kompetitif, saya harap mereka bisa terus menjalani program pelatihan tanpa putus. Apalagi sebentar lagi ada kualifikasi Olimpiade Paris 2024. Kita berharap bisa meloloskan lebih dari satu wakil di Olimpiade nanti,” terang Dede.