Kondisi Manchester United yang porak-poranda saat ini mengingatkan publik pada awal kejayaan Sir Alex Ferguson.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MANCHESTER, MINGGU — Manchester United dipaksa menelan kekalahan memalukan 0-1 dari tim tamu, Crystal Palace, di Stadion Old Trafford, Manchester, Sabtu (30/9/2023) malam WIB. Kekalahan tersebut menjadi yang keempat bagi MU dari tujuh pertandingan awal Liga Inggris. Statistik ini, secara kebetulan, menyerupai kondisi MU pada musim 1989-1990 saat masih dibesut manajer legendaris Sir Alex Ferguson.
Gol semata wayang Palace dicetak bek Joachim Andersen yang memanfaatkan skema bola liar hasil sepakan tendangan bebas. Kekalahan ini pun langsung mengecewakan para pendukung MU. Mereka mencemooh Manajer Erik Ten Hag yang berjalan menuju ruang ganti dengan ekspresi serius.
Para pendukung kecewa dengan start buruk MU di liga musim ini. Kekalahan dari Palace membuat MU tercecer di peringkat ke-12 klasemen sementara. Berkat perolehan sembilan poin dan selisih gol yang mencapai minus empat, musim ini menjadi awal terburuk MU di liga setelah tujuh pertandingan. Sejumlah media Inggris pun mulai menerka-nerka masa depan Erik Ten Hag.
Akan tetapi, membicarakan pemecatan Ten Hag terlampau prematur mengingat ini baru musim keduanya menangani MU. Kondisi MU saat ini pun mirip dengan masa-masa awal Ferguson membangun tim. Pada musim 1989-1990, nasib Ferguson di MU juga berada di ujung tanduk dengan rentetan hasil kurang memuaskan di liga.
Kala itu, Ferguson tengah mengalami masa sulit dengan menelan empat kekalahan dari tujuh laga di awal musim. Namun, setelah melewati awal yang buruk itu, Ferguson ternyata mampu menggapai kesuksesan bersama MU selama dua dekade. Kesuksesan manajer asal Skotlandia itu diawali dengan meraih Piala FA di musim tersebut. Setelah Piala FA, Ferguson mempersembahkan trofi bergengsi, di antaranya dua kali menjuarai Liga Champions Eropa dan 13 gelar Liga Inggris.
Teka-teki pun menyeruak perihal kemiripan kondisi MU di awal era kejayaan Ferguson dengan dipimpin Manajer Erik Ten Hag saat ini. Kekalahan dari Palace menyibak inkonsistensi permainan tim ”Setan Merah”. MU sempat terpuruk seusai menelan tiga kekalahan beruntun di semua kompetisi. Mereka takluk dengan skor identik, 1-3, dari Arsenal dan Brighton and Hove Albion di Liga Inggris. Setelah itu, MU kembali kalah 3-4 dari Bayern Muenchen di Liga Champions Eropa.
Perlahan, tetapi pasti, mereka seperti sudah kembali ke jalur kemenangan seusai mengalahkan Palace di Piala Liga dan Burnley di Liga Inggris. Akan tetapi, Palace yang kali ini kembali menurunkan enam pemain utamanya bermain lebih klinis, sedangkan MU cenderung kurang efektif di sepertiga akhir area pertahanan lawan. Situasi ini membuat para pemain MU gagal mencetak satu pun gol untuk membalas gol Joachim Andersen.
Kami sering berada di bagian akhir (pertahanan lawan), tetapi kami tidak membuat keputusan yang tepat saat menguasai dan tidak menguasai bola. Kami harus lebih klinis dan lebih bertekad jika ingin mencetak gol.
”Kami sering berada di bagian akhir (pertahanan lawan), tetapi kami tidak membuat keputusan yang tepat saat menguasai dan tidak menguasai bola. Kami harus lebih klinis dan lebih bertekad jika ingin mencetak gol. Anda harus menunjukkan kemauan yang lebih besar untuk memberikan dampak yang lebih besar,” kata Erik setelah pertandingan, dikutip dari The Athletic.
Tampil di hadapan pendukung sendiri, MU mendominasi laga sejak awal. Statistik laga memperlihatkan MU mencatatkan angka expected goal (xG) sebesar 1,30. Itu berarti setidaknya ada satu gol yang bisa dilesakkan pemain MU. Sedikitnya ada dua kesempatan besar MU mencetak gol, tetapi gagal dioptimalkan karena penyelesaian akhir yang kurang baik.
Erik tidak mempermasalahkan ejekan dan cemooh dari pendukung MU. Manajer berpaspor Belanda itu menganggap wajar kekecewaan mereka. Apalagi, dengan kenyataaan MU telah mendatangkan sejumlah rekrutan besar di awal musim ini, seperti Rasmus Hojlund, Andre Onana, Sofyan Amrabat, dan Mason Mount. Para pendukung, kata Erik, tentunya menginginkan tim tampil lebih konsisten ke depannya.
”Saya mengerti (ejekan itu). Ketika kami bermain di kandang atau tandang dan kami bermain melawan Crystal Palace, kami harus menang. Dengan segala hormat, saya tahu setiap pertandingan sangat sulit. Anda harus bermain sebaik mungkin dan saya memahami para penggemar mengharapkan kemenangan dan kami tidak menang. Kami kalah,” ujar Ten Hag.
Sementara itu, kemenangan di kandang MU membuat Manajer Palace Roy Hodgson mempertahankan pencapaian sebagai manajer pertama yang mencetak rekor tidak terkalahkan dalam liga laga tandang di Stadion Old Trafford secara beruntun. Ia mengaku senang dengan semangat juang para pemainnya seusai memperoleh hasil kurang mengenakkan pada pertengahan pekan lalu saat dikalahkan 0-3 oleh MU di Piala Liga.
”Tidak mudah datang ke sini untuk kedua kalinya dalam beberapa hari. Namun, memberikan performa tersebut dan bekerja keras serta bertahan sebaik yang kami lakukan sepanjang 90 menit, itulah yang paling memberikan kepuasan bagi saya,” ucap Roy.
Di pertandingan lainnya, rival sekota MU, Manchester City, juga dipaksa menelan kekalahan pahit 1-2 saat bertandang ke markas Wolverhampton Wanderers. Gol kemenangan Wolves dicetak Ruben Dias dan Hwang Hee-chan. Adapun gol hiburan City dilesakkan Julian Alvarez. (AP)