Momentum Tim Basket Putri Indonesia Berguru ke Nomor Satu
Pertemuan dengan China, yang merupakan tim peringkat satu Asia sekaligus tim tersukses di Asian Games, menjadi kesempatan timnas basket putri Indonesia untuk belajar. Laga kedua tim akan digelar hari Jumat (29/9/2023).
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
HANGZHOU, KOMPAS — Tim nasional bola basket putri Indonesia memang tidak bisa memasang target tinggi saat bertemu China, tim terkuat di Asia, pada laga babak penyisihan grup, Jumat (29/9). Namun, Indonesia bisa memanfaatkan laga itu guna ”berguru” langsung kepada tim kelas dunia.
Dalam laga penyisihan Grup A bola basket putri di Shaoxing Olympic Sport Centre Gymnasium, Hangzhou, itu, China berstatus unggulan dan tersukses di Asian Games. China menempati peringkat kedua dunia dan pertama di Asia. Adapun Indonesia berada di peringkat ke-51 dunia dan ke-9 Asia.
Sejak basket putri dipertandingkan pertama kali di Asian Games pada edisi Teheran, Iran, tahun 1974, China telah mengumpulkan total 12 medali. Enam di antaranya merupakan medali emas, termasuk di Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Saat itu, Xan Hu dan kawan-kawan menyapu bersih tujuh pertandingan dengan kemenangan, termasuk atas Korea di final. Ketika itu, China menggilas Indonesia, 141-37, pada babak perempat final. China juara, sedangkan Indonesia finis ketujuh setelah menang dua kali.
Sebelum ke Hangzhou, China juga menjuarai Piala Asia Putri FIBA 2023 seusai menaklukkan Jepang, 73-71, pada laga final, Juli lalu. Tim putri China juga merupakan runner-up Piala Dunia Putri FIBA 2022. Mereka menantang Amerika Serikat di final pada saat itu.
”Secara peringkat, China jauh di atas Indonesia. Ini kesempatan berharga untuk belajar. Meski begitu, kami akan mencoba berjuang semaksimal yang kami bisa dan bermain lebih baik dari penampilan pada pertandingan pertama,” kata Marlina Herawan, pelatih timnas basket putri Indonesia, saat dihubungi, Kamis (28/9/2023).
Indonesia memang perlu bangkit terlebih dahulu seusai kekalahan dari India pada partai perdana. Kekalahan itu tentu tak mudah diterima. Padahal, Indonesia lebih diunggulkan ketimbang India (peringkat ke-13 Asia).
Laga itu menyingkap beberapa kelemahan Indonesia yang bisa diperbaiki pada laga selanjutnya. Kelemahan itu, salah satunya, soal transisi dari menyerang ke bertahan. Menghadapi China pun, timnas putri akan kembali menghadapi transisi cepat lawan. China telah menunjukkan hal itu ketika menaklukkan Mongolia, 101-46, pada laga pertama. Sebanyak 29 poin mereka, di antaranya, berawal dari serangan balik atau fast break.
Tim asuhan pelatih Zheng Wei itu juga mampu memanfaatkan hingga 20 poin dari 19 kali kehilangan penguasaan bola atau turnover Mongolia. Aspek ini juga perlu menjadi perhatian karena Indonesia juga banyak kehilangan bola (18 kali). Aspek itu perlu menjadi perhatian Indonesia karena mereka juga banyak kehilangan bola (18 kali).
Indonesia juga bisa belajar soal akurasi tembakan. Mereka hanya mencatatkan akurasi tembakan 28 persen saat melawan India. Hanya 14 tembakan yang berhasil masuk dari 50 percobaan. Sementara efisiensi tembakan dua angka China saat melawan Mongolia mencapai 70 persen. Dari 47 percobaan tembakan mereka, 33 di antaranya berbuah poin.
Pemain WNBA
Tak hanya itu, Indonesia juga bisa ”berguru” kepada pemain-pemain China yang berkarier di luar negeri. China diperkuat beberapa pemain yang tampil di Liga Basket Putri Amerika Serikat (WNBA). Mereka pun menunjukkan performa gemilang saat melawan Mongolia.
Center klub New York Liberly, Han Xu (2,08 meter), misalnya, mengandalkan keunggulan tinggi badannya dan menyumbang 15 poin serta dua rebound. Li Meng, yang baru saja kembali seusai memperkuat Washington Mystics di WNBA, juga tampil impresif. Shooting guard ini mencetak 10 poin, termasuk dua lemparan tiga angka dan dua asis dalam waktu kurang dari 14 menit.
Jadi, kami perlu menjadikan pertandingan grup sebagai pertandingan utama kami.
Menghadapi China, timnas putri mencoba kembali menyamakan langkah dan tujuan. Beberapa penyesuaian juga akan diterapkan untuk mengantisipasi permainan China.
”Kesiapan mental dan energi positif sepanjang pertandingan harus dijaga selalu oleh setiap pemain. Ini yang harus dijalankan melawan China, mulai dari proses persiapan, pemanasan, pertandingan hingga selesai,” tutur Marlina.
Di sisi lain, meskipun unggul segalanya, China tampaknya tak mau menganggap enteng laga-laga penyisihan grup, termasuk versus Indonesia.
”Kami sebenarnya tidak memiliki waktu yang lama untuk mengumpulkan semua pemain dan berlatih bersama. Jadi, kami perlu menjadikan pertandingan grup sebagai pertandingan utama kami. Tujuan kami adalah serius dalam setiap pertandingan,” ujar Zheng Wei, dikutip dari Xin Hua.