Waktunya Rowing Berbenah agar Tidak Semakin Tertinggal
Prestasi tim rowing Indonesia jauh menurun dibandingkan saat Asian Games 2018 ke Asian Games 2022. Itu karena perkembangan pesat para pesaing. Rowing Indonesia harus segera berbenah agar tidak semakin tertinggal.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH DARI HANGZHOU, CHINA
·5 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Tim dayung Indonesia disiplin rowing bertanding dalam final nomor empat pedayung putra tanpa juru mudi (M4-) Asian Games Hangzhou 2022 di Fuyang Water Sports Centre, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Senin (25/9/2023). Tim Indonesia yang terdiri dari Ferdiansyah, Denri Maulidzar Alghifari, Ardi Isadi, dan Asuhan Pattiha gagal menambah sumbangan medali.
Kebangkitan para pesaing yang tidak terprediksi dianggap salah satu faktor yang membuat tim rowing Indonesia gagal mempertahankan satu emas yang diraih dari Asian Games Jakarta-Palembang 2018 pada Asian Games Hangzhou, China, 2022. Maka itu, tim rowing mesti segera berbenah agar tidak semakin tertinggal dalam peta persaingan di level Asia.
Ihram tidak bisa menyembunyikan kekecewaan gagal meraih medali dari nomor quadruple sculls pada hari pamungkas perlombaan rowing di Fuyang Water Sports Centre, Provinsi Zhejiang, Senin (25/9/2023). Padahal, Indonesia memiliki kesempatan untuk merebut perunggu dari nomor tersebut.
Indonesia takluk kepada India yang sempat tertinggal di 500 meter awal dari total 2.000 meter jarak perlombaan nomor quadruple sculls. Indonesia finis keempat dengan waktu 6 menit 9,75 detik, kalah tipis dari India yang finis ketiga dengan waktu 6 menit 8,61 detik.
Hasil itu membuat Indonesia gagal mempertahankan medali perak quadruple sculls yang diraih dalam Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Mereka pun gagal mempertahankan prestasi merebut perunggu pada Kejuaraan Asia Rowing 2022 di Thailand akhir tahun lalu.
”Dari 600 hingga 300 meter terakhir sebelum finis, kami memiliki momentum untuk menyalip India. Tapi, tadi instruksi saya untuk menambah kecepatan kurang terdengar oleh yang lain (Rendi Setia Maulana, Memo, dan Sulpianto). Jadi, kegagalan itu bukan karena masalah stamina, tapi lebih karena komunikasi atau kekompakan yang mesti lebih baik,” ujar Ihram.
Perkembangan pesaing
Secara keseluruhan, Indonesia dikejutkan oleh performa sejumlah pesaing yang berkembang pesat, terutama Uzbekistan, Hong Kong, dan India. Sebagai gambaran, Indonesia unggul atas mereka dengan perolehan satu emas, dua perak, dan dua perunggu dalam Asian Games 2018.
Sebaliknya, lima tahun lalu, Uzbekistan meraih satu emas, dua perak, dan satu perunggu. India merebut satu emas dan dua perunggu, sedangkan Hong Kong hanya membawa pulang satu perak dan dua perunggu.
Pada Kejuaraan Asia 2022, Indonesia mulai tersaingi. Setidaknya, tim ”Merah Putih” harus puas dengan raihan satu emas dan tiga perunggu. Adapun Hong Kong melesat dengan tiga emas, dua perak, dan satu perunggu. India meraih satu emas, dua perak, dan satu perunggu. Namun, Indonesia masih di atas Uzbekistan yang merebut empat perak dan satu perunggu.
Tim dayung Indonesia (kiri) disiplin rowing bertanding dalam final nomor empat pedayung putra sculls (M4X) Asian Games Hangzhou 2022 di Fuyang Water Sports Centre, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Senin (25/9/2023).
Indonesia berharap bisa bangkit di Asian Games 2022. Nyatanya, mereka harus puas dengan perolehan tiga perunggu. Mereka tertinggal dari tiga pesaing tersebut. Kali ini, Uzbekistan melesat dengan dua emas, empat perak, dan satu perunggu. Hong Kong meraih satu emas, satu perak, dan satu perunggu. Adapun India merebut dua perak dan tiga perunggu.
Jepang dan Iran yang berada di bawah Indonesia dalam Asian Games 2018 pun bisa menyalip pada Asian Games 2022. Jepang meraih tiga perak dan satu perunggu, sedangkan Iran membawa pulang dua perak.
Terlepas dari faktor tuan rumah Asian Games 2018, hasil itu menunjukkan ada perlambatan dalam prestasi Indonesia. Fenomena itu tidak bisa dianggap remeh mengingat rowing adalah olahraga terukur yang artinya prestasi dari disiplin cabang dayung ini tidak timbul karena kebetulan ataupun keberuntungan.
Minim kejuaraan
Ihram mengatakan, salah satu hambatan dalam pembinaan rowing Indonesia adalah minim kejuaraan di tingkat nasional. Hanya ada satu ajang rutin setiap tahun, yakni kejuaraan nasional (kejurnas). Selebihnya, ajang setingkat kejurnas cuma ada empat tahun sekali di Pekan Olahraga Nasional.
Tim dayung Indonesia disiplin rowing bertanding dalam final nomor empat pedayung putri sculls (W4X) Asian Games Hangzhou 2022 di Fuyang Water Sports Centre, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Senin (25/9/2023). Tim Indonesia yang terdiri dari Mutiara Rahma Putri, Nurtang, Chelsea Corputty, dan Julianti gagal menambah sumbangan medali. Indonesia berada di urutan keempat.
Hal itu semakin membuat rowing kurang populer di Indonesia sehingga sepi peminat dari anak-anak muda untuk melanjutkan tongkat estafet regenerasi prestasi. Ihram, misalnya, terus menjadi andalan Indonesia sejak Asian Games Incheon, Korea Selatan, 2014.
Bahkan, Ihram yang kini berusia 35 tahun diandalkan di berbagai nomor perlombaan. Seusai ikut meraih perunggu dari nomor lightweight quadruple sculls di Asian Games 2014, atlet asal Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu berganti nomor saat ikut meraih emas lightweight coxed eight dan perak lightweight coxless four pada Asian Games 2018.
Dalam Asian Games 2022, Ihram berlomba untuk nomor double sculls dan quadruple sculls. Terlepas dari strategi pelatih, hal itu menunjukkan bahwa Indonesia cukup kesulitan untuk menemukan atlet baru yang setara atau lebih baik dari Ihram.
Saya rasa, kita harus membuat kejuaraan lebih banyak di tingkat nasional agar rowing semakin dikenal.
”Saya rasa, kita harus membuat kejuaraan lebih banyak di tingkat nasional agar rowing semakin dikenal. Harapannya, banyak anak-anak yang mau mengenal dan berlatih rowing sehingga kita memiliki banyak pilihan untuk mencari bibit atlet baru,” kata Ihram.
Tim dayung Indonesia disiplin rowing nomor empat pedayung putra tanpa juru mudi (M4-) Asian Games Hangzhou 2022 (kiri, duduk) beristirahat dalam laga final di Fuyang Water Sports Centre, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Senin (25/9/2023).
Faktor postur
Anggota nomor men eight yang meraih perunggu, Minggu (24/9/2023), Rifqi Harits Taufiqurahman, menuturkan, belajar dari Asian Games 2022, salah satu faktor keunggulan negara pesaing adalah memiliki atlet berpostur rata-rata 190 sentimeter (cm) atau di atas rata-rata Indonesia yang sekitar 180 cm. Tinggi badan sangat memengaruhi performa dalam olahraga rowing karena memungkinkan atlet punya jangkauan dayung lebih lebar dan dorongan kaki lebih kuat.
Contohnya, China yang memiliki kemampuan rowing jauh di atas rata-rata negara Asia. Hampir semua atlet mereka punya tinggi badan di atas 190 cm, bahkan ada yang sekitar 200 cm. ”Tinggi badan ini, kan, dipengaruhi keturunan sehingga kita yang harus mencari bibit atlet yang tinggi. Kalau sudah punya modal tinggi, tinggal nanti mereka dibina teknik dan fisiknya,” kata Rifqi.
Pelatih pelatnas rowing Indonesia, Dede Rohmat Nurjaya, tidak menafikan bahwa target tim rowing tidak tercapai dalam Asian Games 2022. Setidaknya, mereka ingin menambah tiga medali pada hari pamungkas rowing di Asian Games edisi ke-19 tersebut.
Agar prestasi bisa bangkit, Dede berharap pelatnas rowing bisa dilanjutkan tanpa putus. Lagi pula, rowing masih berjuang untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade Paris 2024. ”Kami menargetkan bisa meloloskan lebih dari satu wakil di Olimpiade nanti,” ujarnya.
Ketua Kontingen Indonesia di Asian Games 2022 Basuki Hadimuljono berpose seusai hari terakhir perlombaan rowing Asian Games 2022 di Fuyang Water Sports Center, Hangzhou, Zhejiang, China, Senin (25/9/2023). Basuki mengapresiasi capaian tim rowing Indonesia yang meraih tiga perunggu.
Sementara itu, Ketua Kontingen Indonesia di Asian Games 2022 sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PB PODSI) Basuki Hadimuljono yang didampingi oleh Wakil Ketua Umum PB PODSI Budiman Setiawan berkomitmen meningkatkan prestasi rowing dengan membenahi pembinaan. Mereka akan mengoptimalkan semua infrastruktur pelatihan dayung yang ada, terutama bekas Pekan Olahraga Nasional, untuk mengembangkan pembinaan di daerah.
Terlepas dari kekecewaannya, Ihram sedikit lega masih mampu menyumbangkan medali perunggu dari nomor double sculls pada hari keempat perlombaan rowing, Minggu (24/9/2023). Pengorbanannya meninggalkan istri dan dua anak yang masih kecil-kecil di kampung halaman terbayarkan.
”Saya terakhir kali jumpa istri dan anak-anak Juli tahun lalu. Itu, sih, yang paling membebani selama mengikuti pelatnas. Tapi, saya berpesan kepada mereka bahwa saya sedang berjuang untuk negara. Saya bersyukur perjuangan saya tidak sia-sia. Perunggu kemarin saya persembahkan untuk keluarga, terutama untuk istri sebagai kado peringatan pernikahan kami tanggal 23 September kemarin,” pungkas Ihram yang berencana pensiun sebagai atlet sehabis SEA Games Thailand 2025.