Beda Dilema Manchester United dan Arsenal di Posisi Kiper
Memiliki dua kiper andal saja, seperti Arsenal, bisa menjadi dilema. Jadi, apalagi Manchester United yang hanya mengandalkan satu kiper, Onana, dan sedang kehilangan kepercayaan diri.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, JUMAT - Dua klub Liga Inggris mengalami dilema berbeda di bawah mistar gawang. Kualitas kiper utama Manchester United, Andre Onana, kian diragukan setelah melakukan blunder versus Bayern Muenchen. Sebaliknya, Arsenal memiliki dua kiper kelas dunia yang butuh menit bermain.
Manajer Arsenal Mikel Arteta kembali membuat kejutan saat mengalahkan PSV Eindhoven, 4-0, pada penyisihan grup Liga Champions Eropa di Stadion Emirates, Inggris, Kamis (21/9/2023) dini hari WIB. Kiper baru, David Raya (28), ditunjuk sebagai pemain mula untuk dua kali beruntun, menggantikan Aaron Ramsdale (25).
Ramsdale menjadi kiper utama Arsenal sejak musim lalu hingga empat laga awal musim ini. Lalu, tanpa membuat kesalahan fatal, posisinya ditempati orang lain seusai jeda internasional. Adapun Raya baru datang ke Arsenal dari Brentford dengan status pemain pinjaman yang bisa dibeli.
Peter Schmeichel, kiper legendaris Liga Inggris, menilai persaingan dua kiper itu merupakan ide buruk, terlepas Raya menjaga gawangnya tak kebobolan dan Arsenal menang dalam dua laga terakhir. ”Arteta mungkin akan menciptakan masalah di masa depan,” ujarnya pada CBS Sports.
“Mengapa Anda mau membuat situasi kompetisi di posisi kiper. Yang Anda perlukan adalah stabilitas. Dengan kompetisi, ada saatnya mereka merasa harus membuktikan diri lebih baik. Mereka akan mencoba hal baru yang sangat mungkin berujung salah,” ujar Schmeichel, peraih gelar Liga Champions 1998-1999, menambahkan.
Sebelumnya, Arteta berkata, semua pemain di klubnya harus memperebutkan posisinya, termasuk kiper. Dia akan memilih kiper sesuai kebutuhan dan situasi alias tergantung lawan. Arteta bahkan membuka peluang untuk mengganti kiper di tengah pertandingan, hal yang tidak lazim di sepak bola.
Tantangan terbesar Arteta saat ini adalah menjaga kedua kiper tetap bahagia dengan kesempatan bermain, tetapi tidak mengganggu stabilitas tim. Padahal, kedua kiper, Ramsdale dan Raya, sama-sama berstatus pemain tim nasional dan berkelas dunia.
Wajah Ramsdale terlihat tidak nyaman di bangku cadangan saat disorot kamera dalam dua laga terakhir. Wajar saja, dia bermain sangat konsisten musim lalu dan mengantarkan Arsenal lolos ke Liga Champions. Dia bahkan baru saja masuk daftar 10 nominasi kandidat peraih Trofi Yashin 2023, penghargaan kiper terbaik dunia.
Raya, dari dua laga berseragam “Si Meriam”, memang tampak lebih dewasa ketimbang Ramsdale. Dia unggul dalam ketenangan, penempatan posisi, dan distribusi bola.
Thierry Henry, legenda hidup Arsenal, memberikan perspektif berbeda. Menurut dia, kompetisi merupakan keniscayaan di tim besar. Para pemain harus rela kehilangan posisi ketika sosok yang lebih besar datang dan tampil lebih baik. ”Benar atau salah, Arteta adalah pelatihnya. Dia melihat Raya sebagai sosok yang bisa membawa Arsenal juara. Kompetisi pasti akan terjadi di tim besar. Hadapilah itu,” ujar Henry.
Raya, dari dua laga berseragam “Si Meriam”, memang tampak lebih dewasa ketimbang Ramsdale. Dia unggul dalam ketenangan, penempatan posisi, dan distribusi bola. Kemampuan distribusi adalah alasan utama Arteta mendatangkannya. Dia sangat membantu Arsenal yang sering membangun serangan dari belakang.
Masalah MU
Dilema berbeda dihadapi MU. Onana sedang diragukan setelah kembali menjadi sasaran lumbung gol saat takluk dari Bayern, 3-4, di Stadion Allianz Arena. Gol pembuka Bayern bahkan dihasilkan dari blunder sang kiper yang menepis bola masuk ke gawangnya sendiri.
Menurut Onana, gol pertama lawannya itu mengubah segalanya. ”Kami memulai dengan baik, tetapi kehilangan kontrol setelah kesalahan saya. Situasi ini sangat sulit, terutama bagi saya yang telah membuat tim ini menderita. Karena saya tim ini tidak menang. Inilah hidup untuk seorang kiper,” katanya.
Iker Casillas, mantan kiper kawakan asal Spanyol, pernah berkata, penjaga gawang bisa menghadang 10 tembakan dalam satu laga. Akan tetapi, hal yang diingat banyak orang adalah saat membuat kesalahan. Hal itulah yang sedang dirasakan Onana saat ini. Dia dijadikan “kambing hitam” keterpurukan MU pada awal musim ini.
Onana memang sudah kemasukan 14 gol dari 6 laga sejak awal musim ini. Namun, mayoritas gol itu disebabkan oleh koordinasi pertahanan buruk tim “Setan Merah”, mulai dari para penyerang dan gelandang yang sering terlambat dalam transisi hingga para bek yang kurang sigap di dalam kotak penalti.
Padahal, Onana adalah kiper yang sempat tampil cemerlang dan mengantarkan Inter ke final Liga Champions musim lalu. Manajer MU Erik ten Hag juga sudah sangat mengenalnya selama bekerja sama di Ajax Amsterdam. Itulah alasan MU membelinya dengan harga 52 juta euro (Rp 850 miliar) untuk menggantikan David De Gea pada musim ini.
Onana mulai merasakan tekanan karena keraguan atasnya. Maka, penting bagi Ten Hag mengembalikan kepercayaan diri Onana. (AP/REUTERS)