Novak Djokovic menjuarai tunggal putra turnamen tenis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2023. Gelar ini membuatnya menjadi petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 24, sama seperti Margaret Court.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, MINGGU — Novak Djokovic kembali ke New York dan meraih yang tak bisa dilakukannya pada 2022, yaitu menjuarai Grand Slam Amerika Serikat Terbuka. Djokovic menyejajarkan namanya dengan Margaret Court sebagai petenis dengan gelar Grand Slam terbanyak, yaitu 24.
Gelar ke-24 itu, yang juga menjadi gelar keempat Djokovic di AS Terbuka, didapat setelah mengalahkan Daniil Medvedev pada hari terakhir turnamen, Minggu (10/9/2023) sore waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia. Di Stadion Arthur Ashe, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, dia menang dengan skor 6-3, 7-6 (5), 6-3.
Sehari sebelumnya, nomor tunggal putri dijuarai petenis tuan rumah, Cori ”Coco” Gauff. Petenis berusia 19 tahun itu mendapat gelar pertama dari arena Grand Slam setelah mengalahkan Aryna Sabalenka, 2-6, 6-3, 6-2.
Setelah memenangi final, Djokovic bersujud di lapangan dan menangis. Djokovic telah membayar utang yang tak bisa dilakukan pada 2022 ketika tak bisa tampil di AS Terbuka.
Pada tahun lalu, dia tak bisa memasuki wilayah Amerika karena tidak memenuhi syarat pernah divaksinasi Covid-19. Bukan hanya absen di AS Terbuka, petenis Serbia itu juga tak bisa tampil pada empat turnamen ATP Masters 1000, yaitu di Indian Wells, Miami, Kanada, dan Cincinnati.
Pada tahun lalu, dia tak bisa memasuki wilayah Amerika karena tidak memenuhi syarat pernah divaksinasi Covid-19.
Pantang surut dengan situasi sulit itu, Djokovic bangkit. Dia menjalani musim kompetisi 2023 dengan performa di atas hampir semua petenis yang lebih muda darinya. Petenis Serbia itu lolos ke final semua Grand Slam, seperti pada 2015 dan 2021. Gelar dari Australia Terbuka, Perancis Terbuka, dan AS Terbuka mempertegas dominasinya di panggung persaingan tertinggi turnamen tenis profesional.
”Saat kecil, yang terpikirkan oleh saya adalah juara Wimbledon. Saya tak menduga bisa berdiri di sini, saat ini, dengan 24 gelar Grand Slam,” kata Djokovic yang menerima trofi dari juara AS Terbuka 2003, Andy Roddick.
”Pencapaian ini sangat berarti bagi saya setelah melalui masa sulit. Saya berterima kasih kepada orangtua yang mendukung saya bermain tenis sejak kecil karena tenis adalah olahraga mahal. Trofi ini adalah trofi keluarga dan tim saya,” lanjutnya. Sebagai pelengkap gelar, Djokovic akan kembali berada di puncak peringkat dunia, menggeser Carlos Alcaraz yang kalah dari Medvedev di semifinal.
Medvedev pun memuji pencapaian Djokovic. ”Dua puluh empat gelar adalah hasil luar biasa. Saya kira kamu akan melambat, tetapi ternyata tidak,” kata Medvedev yang diiringi tawa Djokovic dan seisi stadion.
Seperti semua kekalahan, hasil itu menyesakkan bagi Medvedev. Semula, dia ingin mengulang yang dilakukan pada final AS Terbuka 2021, yang membuatnya meraih gelar pertama Grand Slam, dengan mengalahkan Djokovic. Apalagi, final AS Terbuka terjadi pada momen hari jadi pernikahan dengan istrinya, Daria Chernyshkova.
Medvedev bermain sangat baik pada final 2021 hingga menang dengan straight set, 6-4, 6-4, 6-4. Namun, apa yang terjadi di Stadion Arthur Ashe tahun ini tak sesuai keinginan petenis peringkat ketiga dunia tersebut.
Medvedev kesulitan mengontrol permainan, termasuk pada posisi memegang servis. Djokovic memiliki kemampuan berbeda dengan petenis lain dalam mengembalikan servis. Pengembaliannya bisa berbalik menekan lawan.
Pada satu momen di set kedua, dia mengembalikan servis Medvedev dengan pukulan down the line. Bola jatuh di garis pinggir lapangan pada sisi backhand Medvedev hingga dia pun tak bisa mengembalikannya. Djokovic juga bisa mengantisipasi permainan serve and volley Medvedev.
Set kedua berjalan lebih ketat. Gim keenam, saat Medvedev servis dan ketika Djokovic melakukan servis pada gim berikutnya, masing-masing berlangsung 7 dan 12 menit. Gerakan Djokovic pun melambat pada dua gim tersebut karena kelelahan, tetapi dia bertahan.
Kontrol Djokovic atas jalannya laga final membuat Medvedev baru bisa mematahkan servis Djokovic pada set ketiga. Namun, upaya itu tak cukup untuk membalikkan keadaan.
”Mamba Mentality”
Djokovic merayakan kemenangan dengan memakai kaus biru berfotokan dirinya bersama Kobe Bryant dengan angka 24, juga dengan tulisan ”Mamba Mentality”. Angka itu adalah simbol jumlah gelar Grand Slam Djokovic dan nomor yang dikenakan Bryant (meninggal pada Januari 2020) di klub basket NBA yang membesarkan namanya, Los Angeles Lakers.
Setelah menahan tangis sesaat ketika ditanya tentang kaus itu, Djokovic bercerita bahwa dia membuatnya sekitar sepekan lalu tanpa memberi tahu siapa pun. ”Mamba Mentality” adalah prinsip hidup Bryant, yang memiliki nama julukan ”Black Mamba”.
Mentalitas itu menjadi inspirasi banyak orang, termasuk Djokovic yang berdiskusi dengan Bryant pada masa-masa sulit. ”Kami pernah bicara tentang mental juara saat saya kesulitan. Kobe selalu memberi dukungan,” kata Djokovic.
Setelah memenangi semifinal atas petenis tuan rumah, Ben Shelton, Djokovic juga bercerita bahwa setiap final Grand Slam adalah kesempatan baginya untuk mencatat rekor. Namun, kali ini, dia tak ingin terpaku pada angka.
”Saya tak lagi banyak berpikir tentang sejarah. Dalam usia seperti ini, setiap final, apalagi di level Grand Slam, mungkin menjadi kesempatan terakhir bagi saya. Jadi, saya hanya fokus pada apa yang bisa saya lakukan,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)