Kekalahan 1-4 dari Jepang menjadi kulminasi keterpurukan Jerman. Pelatih Hansi Flick pun dipecat. Mengapa tim yang empat kali menjuarai Piala Dunia bisa terjun hingga ke tempat terdalam?
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Hanya dalam sehari, dunia disuguhkan wajah kontras timnas Jerman. Ketika timnas bola basket Jerman terbang ke langit kesuksesan dengan menjuarai Piala Dunia FIBA 2023, timnas sepak bolanya justru terjun ke palung keterpurukan seusai mengalami kekalahan keempat beruntun. Hasil itu membawa pada sebuah keputusan yang menentang ”tradisi”: memecat pelatih.
Timnas sepak bola Jerman lebih dulu menelan kekalahan memalukan dari Jepang, 1-4, dalam laga uji coba di Volkswagen Arena, Minggu (10/9/2023) dini hari WIB. Belum genap 24 jam, timnas bola basket lantas memberi penawar kekecewaan dengan trofi Piala Dunia FIBA 2023 seusai menaklukkan Serbia, 83-77. Namun, nyaris bersamaan dengan itu, Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) mengumumkan pemecatan Pelatih Hansi Flick.
Secara historis, Jerman tidak pernah melakukan perubahan drastis pada posisi kepelatihan. Sejak posisi pelatih kepala ada di DFB pada 1926, pemecatan tidak pernah menjadi opsi. Pelatih pendahulu Flick, mulai dari Otto Nerz sampai Joachim Loew, meninggalkan jabatannya atas kemauan sendiri.
Joachim Loew bahkan mendapatkan waktu tiga tahun setelah Jerman tersingkir di Piala Dunia 2018. Padahal, Jerman menelan serangkaian hasil buruk setelahnya, termasuk kekalahan 0-6 dari Spanyol tujuh bulan menjelang Euro 2020.
Akan tetapi, Presiden DFB Bernd Neuendorf mengatakan, pemecatan Hansi Flick dan dua asisten pelatih, Marcus Sorg dan Danny Roehl, itu tak terhindarkan. Terutama setelah Jerman meraih hasil mengecewakan baru-baru ini. Meski sulit, kata Neuendorf, keputusan perlu diambil menjelang Euro 2024 yang akan digelar di Jerman.
Kekalahan 1-4 dari Jepang hanya satu dari rentetan hasil negatif Jerman di bawah asuhan Hansi Flick.
”Menjelang Euro 2024 di negeri sendiri, kami membutuhkan semangat optimisme dan kepercayaan diri. Bagi saya pribadi, itu adalah salah satu keputusan tersulit dalam masa jabatan saya sejauh ini karena saya mengapresiasi Hansi Flick dan asisten pelatihnya sebagai pakar sepak bola. Namun, kesuksesan olahraga adalah prioritas utama DFB,” kata Neuendorf dalam keterangan resminya di laman DFB.
Kekalahan 1-4 dari Jepang hanya satu dari rentetan hasil negatif Jerman di bawah asuhan Hansi Flick. Sejak tersingkir dari babak penyisihan grup Piala Dunia Qatar 2022, juga oleh Jepang, tim ”Panser” hanya memenangi satu dari lima pertandingan. Mereka bahkan kebobolan hingga 12 gol.
Pendekatan eksperimental
Flick mengawali karier kepelatihannya di Jerman dengan baik. Sejak ditunjuk pada 2021, Flick memenangi delapan pertandingan pertamanya. Namun, setelah itu, kemenangan sulit digapai. Mereka hanya mencicipinya sebanyak empat kali dari total 17 laga.
Sesungguhnya, pelatih berusia 58 tahun ini menjanjikan laga melawan Jepang pada Minggu dini hari sebagai titik balik Jerman. Kepada laman majalah olahraga Jerman, Kicker, Flick mengatakan akan memainkan tim inti dan mengesampingkan pendekatan eksperimental. Namun, sejak sepak mula, apa yang dijanjikan Flick seolah bertolak belakang.
Pelatih yang membawa Bayern Muenchen meraih 7 trofi hanya dalam 18 bulan bertugas ini menurunkan Nico Schlotterbeck sebagai pemain mula dengan posisi bek kiri. Padahal, posisi itu hanya dimainkan dua kali oleh bek tengah Borussia Dortmund dalam karier seniornya. Keduanya sebagai pemain pengganti.
Di sisi lain, Jepang memanfaatkan kurangnya pengalaman Schlotterbeck dalam posisi tersebut. Laga baru berjalan 11 menit, pemain sayap Jepang Yukinari Sugawara mampu lepas dari pengawalan Schlotterbeck. Sugawara pun dengan mudah memberikan umpan silang kepada Junya Ito untuk mencetak gol pembuka Jepang.
Saat pertahanan sering kali keropos, lini tengah dan serangan pun secara konsisten gagal menciptakan peluang dalam volume yang ideal. Belum lagi, Jerman krisis ujung tombak, terutama penyerang murni yang bisa menembus blok rendah lawan.
Penyerang Borussia Dortmund Niclas Fuellkrug bisa menjadi salah satu solusi alternatif. Fuellkrug tampil brilian, termasuk ketika mencetak dwigol untuk kemenangan 2-0 atas Peru, Maret lalu. Kegemilangannya itu membuatnya digadang-gadang sebagai penerus penyerang klasik legendaris Jerman, Miroslav Klose.
Namun, Fuellkrug cedera sehingga Flick memanggil kembali Thomas Mueller sebagai penggantinya. Mueller baru dimainkan 20 menit terakhir laga untuk menggantikan Kai Havertz, yang tidak lagi produktif bersama Jerman sejak pindah ke Chelsea dari Bayer Leverkusen. Meskipun tampil bagus sebagai false nine untuk Leverkusen, Havertz gagal mendapatkan kembali performa terbaiknya.
Pemain yang kini memperkuat Arsenal itu terlihat tidak cukup kuat secara fisik untuk memimpin lini depan negaranya. Dia tidak mampu memberikan ancaman terus-menerus di kotak penalti dan lebih sering menempati ruang yang sama dengan gelandang lainnya. Alhasil, tidak ada seorang pun yang dapat menerima umpan silang atau umpan terobosan. Sementara itu, Serge Gnabry dan Ilkay Guendogan terlalu cepat melakukan tembakan ketika rekan satu timnya berada di posisi yang lebih baik.
Minim kepercayaan diri
Guendogan menuturkan, para pemain sedang berjuang secara mental dengan diri masing-masing. Laga melawan Jepang menjadi sangat sulit, apalagi Jerman melakukan terlalu banyak kesalahan individu. Dia pun mengakui Jepang lebih pantas memenangi pertandingan.
”Anda bisa merasakan bahwa banyak pemain kami sedang berjuang secara mental dengan diri mereka sendiri. Tidak ada rasa percaya diri atau pemahaman untuk mengambil keputusan yang tepat di lapangan. Permainan dan hasil seperti ini tidak membantu sama sekali. Hal ini membuat lebih sulit untuk menciptakan ikatan dan suasana yang baik,” tutur Guendogan.
Adapun Flick mengatakan, permasalahan Jerman mempunyai akar yang dalam. Keinginannya pun kuat untuk memperbaikinya dan terus memperjuangkan posisinya. Namun, dia pun tampaknya kesulitan mencari solusi atas kebuntuan itu.
Pemecatan Flick menegaskan apa yang sudah menjadi titik terendah dalam sejarah sepak bola Jerman. Mereka, yang empat kali menjadi juara Piala Dunia, belum pernah mencapai perempat final di tiga turnamen besar terakhir.
Direktur Olahraga Timnas Jerman Rudi Voeller, yang menukangi Jerman pada final Piala Dunia 2002 melawan Brasil, ditunjuk mengambil alih jabatan pelatih untuk sementara. Voeller juga akan terlibat dalam pencarian pengganti Flick. Dia berkata, pelatih baru akan ditugaskan untuk segera menyelaraskan kembali tim menjelang Euro yang dimulai pada Juni 2024.
Namun, tugas berat pun menanti Voeller karena Jerman akan menghadapi Perancis pada Rabu (13/9/2023) dini hari. Perancis meraup lima pertandingan kualifikasi Euro 2024 tanpa kebobolan satu gol pun sejak kalah di final Piala Dunia melalui adu penalti dari Argentina tahun lalu. Setelah pertandingan melawan Perancis, Jerman selanjutnya akan beraksi pada 14 Oktober melawan Amerika Serikat dan Meksiko empat hari kemudian.
Setelah Flick dipecat, akankah Jerman merangkak keluar dari palung keterpurukan? (AFP/REUTERS)