Tenis Amerika Serikat memiliki bintang baru, yaitu petenis berusia 20 tahun, Ben Shelton. Dia melampaui para seniornya di AS Terbuka dengan lolos ke semifinal.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Ben Shelton baru mengenal dunia tenis profesional setahun terakhir. Namun, petenis Amerika Serikat berusia 20 tahun itu akan menjalani momen yang belum pernah dialami sebagian besar seniornya, yakni bertanding dalam semifinal Grand Slam.
Shelton mencapai prestasi itu di hadapan publiknya sendiri pada turnamen Amerika Serikat Terbuka. Di Stadion Arthur Ashe, Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, New York, Jumat (8/9/2023), dia akan menantang pemilik 23 gelar juara Grand Slam, Novak Djokovic.
Pengalaman itu didapatnya setelah mengalahkan rekan senegara, Frances Tiafoe, 6-2, 3-6, 7-6 (9/7), 6-2 pada perempat final, Selasa malam atau Rabu siang WIB. Pada sesi siang, Djokovic menang atas petenis tuan rumah lainnya, Taylor Fritz, 6-1, 6-4, 6-4.
”Tak akan ada pengalaman yang lebih baik dari itu,” komentar Shelton yang untuk pertama kalinya akan berhadapan dengan Djokovic.
Saat Shelton untuk pertama kalinya tampil pada babak utama AS Terbuka 2022, Djokovic absen karena tak bisa masuk AS. Dia tak memenuhi syarat bagi pendatang internasional karena tak pernah divaksin Covid-19.
Adapun saat Djokovic terakhir kali juara di New York pada 2018, Shelton baru mempertimbangkan untuk mengikuti rangkaian turnamen yunior ITF. Namun, ayahnya, Bryan Shelton, melarangnya.
Bryan berpendapat, putranya itu belum punya bekal cukup untuk mengikuti rangkaian turnamen internasional yang berpindah-pindah negara. Apalagi, Shelton baru bermain tenis secara reguler pada usia 12 tahun. Semula, dia memilih bermain sepak bola Amerika daripada tenis meski orangtuanya adalah mantan petenis. Setelah itu, Bryan menjadi pelatih tenis di universitas.
Setelah melarang Shelton mengikuti turnamen yunior ITF, Bryan mengasah kemampuan anaknya agar dia menjadi salah satu petenis terbaik AS. Shelton pun berkembang hingga menjadi petenis peringkat ketiga AS pada kelompok usia 18 tahun pada 2020. Salah satu prestasinya adalah menjadi juara nasional yunior pada 2019.
Pada 2020, Shelton akhirnya memutuskan bermain tenis di tingkat universitas. Dia menjadi anggota klub tenis Florida Gators milik Universitas Florida selama dua tahun. Ayahnya tetap melatihnya.
Dia turut mengantarkan Gators menjadi juara nasional untuk pertama kalinya sambil menjalani pendidikan di bidang keuangan. Pada 2022, dia menjuarai nomor tunggal Kejuaraan NCAA. Menjelang akhir tahun itu pula, dia mulai bersaing di arena profesional dengan bertanding di turnamen ITF Future dan ATP Challenger.
Tak akan ada pengalaman yang lebih baik dari itu.
Kesempatan pertama tampil di babak utama ajang besar didapat saat digelar ATP Masters Cincinnati 2022 karena mendapat wild card. Shelton tak menyia-nyiakan kesempatan itu dan bertahan hingga babak ketiga. Dia mengalahkan unggulan kelima, Casper Ruud, pada babak kedua. Momen itu memantapkan Shelton berkarier sebagai petenis profesional dan menyelesaikan kuliah dengan cara daring.
Petenis yang kini berperingkat ke-47 dunia itu mulai menjadi pusat perhatian saat mencapai perempat final Australia Terbuka 2023 dan akan tampil di semifinal AS Terbuka. Para seniornya, sesama petenis AS dengan peringkat lebih tinggi darinya, belum banyak yang bisa merasakan pengalaman itu. Hanya Tiafoe dan Tommy Paul yang pernah mencapai semifinal Grand Slam, masing-masing, pada AS Terbuka 2022 dan Australia Terbuka 2023.
Servis keras
Shelton memiliki keistimewaan servis keras, seperti lazimnya petenis muda, apalagi yang berpostur tinggi. Dengan tinggi 193 sentimeter, dia membuat 14 servis as dengan kecepatan tertinggi 222 kilometer per jam.
Ketika mengalahkan Paul pada babak keempat, Shelton dua kali melakukan servis dengan kecepatan 239 km/jam. Ini mendekati rekor servis tercepat di AS Terbuka yang dibuat Andy Roddick pada 2004 (244 km/jam).
”Servisnya sangat eksplosif, seperti roket yang ditembakkan. Dengan kedua kaki berada di udara saat memukul bola, hasilnya luar biasa,” ujar Scott Perelman dalam laman resmi ATP. Perelman adalah asisten pelatih tenis di Universitas Florida.
Sementara itu, Shelton berkomentar bahwa servis keras itu bisa tercipta karena dorongan adrenalin pada momen tertentu. ”Atmosfer pertandingan juga sangat mendukung. Kalau saya sengaja terus-menerus melakukan servis dengan kecepatan itu, mungkin lengan saya akan copot,” candanya.
Dengan kelebihan itu, kemampuan Shelton akan diuji Djokovic, petenis senior yang selalu bisa menemukan solusi untuk setiap tantangan. Pada babak ketiga, misalnya, Djokovic mengalahkan Laslo Djere setelah kehilangan dua set awal. (AP/AFP)