"Garuda Muda" Dibekap Korsel, Tugas Bima Sakti Masih Menumpuk
Tim sepak bola U-17 Indonesia menelan kekalahan ketiga dalam uji coba internasional. Pelatih Bima Sakti mengakui timna punya banyak kekurangan yang mesti dibenahi, tiga bulan menjelang Piala Dunia U-17 2023.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS - Performa tim sepak bola U-17 Indonesia belum meningkat jauh, meskipun sudah menjalani pemusatan latihan sejak 9 Juli 2023. Tim asuhan Bima Sakti itu kalah 0-1 dari Korea Selatan pada laga uji coba di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/8/2023) malam. Bima pun dihadapkan pada setumpuk pekerjaan untuk membenahi performa para pemainnya jelang Piala Dunia U-17.
”Kami masih butuh latihan lagi. Masih ada waktu untuk uji coba selama di Jerman. Saya bersama Frank (Wormuth) dan coach Indra akan mendesain uji coba di sana melawan tim-tim untuk perbaiki kesalahan-kesalahan,” kata Bima.
Menghadapi Korsel yang juga kontestan Piala Dunia U-17, Bima ingin agar para pemainnya memandang laga uji coba tersebut layaknya turnamen sesungguhnya. Untuk itu, Bima menguji kemampuan lini serangnya dengan menginstruksikan mereka untuk tampil dengan garis pertahanan tinggi sejak awal laga.
Muhammad Aulia Rahman, penyerang tengah tim “Garuda Muda” yang berpostur tinggi dan besar, beberapa kali mampu mengancam gawang Korsel berkat kemampuannya dalam menahan bola dan melepaskan tembakan dari ruang sempit. Namun, lini pertahanan Korea sudah bisa membaca pergerakan Aulia sehingga upayanya dengan mudah bisa digagalkan.
Serangan Indonesia lebih hidup di babak kedua, terutama dalam skema transisi dari bertahan ke menyerang. Penyerang sayap Indonesia, M Riski Afrisal, tampil bagus dengan tusukan-tusukannya dan juga keberanian dalam berduel satu lawan satu dengan bek Korea.
Para pemain Indonesia pun bermain lebih percaya diri dengan berani melakukan serangan lewat skema operan-operan pendek, tidak melepaskan umpan jauh langsung ke jantung pertahanan Korea seperti di babak pertama. Aktif menekan Korea di babak kedua, barisan belakang “Garuda Muda” lengah ketika mengantisipasi transisi cepat Korea dari sisi sayap.
Tekanan tinggi yang diterapkan para pemain Korea membuat pemain Indonesia kesulitan dalam membangun serangan dari belakang secara rapi dan terorganisir. Kualitas operan para pemain Indonesia sangat buruk dan serangan pun mudah dipatahkan.
Kesalahan antisipasi umpan silang membuat pemain pengganti Korea, Baek Gaon, memanfaatkan situasi itu dengan mencetak gol di menit ke-66. Korea bahkan berpeluang menggandakan keunggulan melalui penalti yang dieksekusi Lee Jae-hwan, tetapi bola sepakannya masih mengenai mistar gawang dan bisa dihalau bek Indonesia.
“Indonesia bermain dengan passion tinggi, tapi punya masalah di stamina. Saya sebenarnya berekspektasi bisa mencetak tiga gol,” kata Pelatih Korea Selatan Byun Sung-hwan.
Masalah pertahanan
Kelemahan dalam bertahan memang menjadi salah satu hal yang paling disorot Bima jelang menghadapi Korsel. Menurut Bima, para pemainnya terkendala dalam mengantisipasi umpan silang dan juga eksekusi bola-bola mati. Kelemahan itu terungkap saat Garuda Muda menjalani pertandingan uji coba di Bali pada awal Agustus.
Di Bali, Indonesia berkesempatan menjajal klub-klub kelas dunia, seperti Barcelona Juvenil A dan Kashima Antlers U-18. Dua laga uji coba itu berakhir dengan kekalahan 0-3 Indonesia dari Barcelona Juvenil A dan 2-3 dari Kashima Antlers. Indonesia kerap kebobolan dari situasi-situasi bola mati ketika menghadapi dua klub tersebut.
Direktur Teknik PSSI Frank Wormuth kemudian memberi Bima masukan soal latihan untuk memperkuat pertahanan. Setelah itu selama dua pekan, tim Garuda Muda menjalani latihan pertahanan. Kemudian, dua pekan berikutnya digunakan untuk mengasah lini serang.
Dalam sesi pemusatan latihan di Surakarta, Jawa Tengah, Bima turut menekankan soal strategi lepas dari tekanan (pressing) tinggi lawan. “Jadi, memang saat (pemusatan) latihan kemarin di Solo dan Jakarta, defend menjadi hal yang sangat penting. Kalau defend kita bagus, gawang kita juga akan aman,” ucap Bima.
Akan tetapi, para pemain Indonesia tampaknya masih perlu waktu lebih banyak untuk meningkatkan kemampuan dalam bertahan. Korea Selatan yang tampil ofensif mampu meruntuhkan tembok pertahanan Indonesia yang digalang Muhammad Iqbal Gwijangge dan Sulthan Zaky Pramana.
Tekanan tinggi yang diterapkan para pemain Korea membuat pemain Indonesia kesulitan dalam membangun serangan dari belakang secara rapi dan terorganisir. Kualitas operan para pemain Indonesia sangat buruk dan serangan pun mudah dipatahkan gelandang Korea. Dalam situasi ini, tidak banyak pemain Indonesia yang punya kemampuan merebut bola usai kehilangan.
Sebaliknya, upaya serangan Korea sangat terencana dan tidak monoton. Ketika pemain Indonesia menumpuk di salah satu sisi, pemain Korea dengan cepat mengubah arah serangan ke sisi sebaliknya. Cara ini merepotkan para pemain bertahan Indonesia dalam menutup ruang yang mereka tinggalkan.
Setelah ini, Bima akan segera mengerucutkan jumlah pemain tim U-16 Indonesia. Hanya 21 pemain yang boleh didaftarkan untuk Piala Dunia U-17. Sedangkan “Garuda Muda” saat ini berkekuatan 32 pemain.
Bima berencana mengurangi jumlah pemain menjadi 28 orang sebelum berangkat ke Jerman untuk menjalani pemusatan latihan. Nantinya, ia dan tim kepelatihan akan kembali mengevaluasi performa mereka sebelum memutuskan skuad definitif yang akan berlaga di Piala Dunia U-17 2023.