”Guard” Brasil, Yago Santos, mungkin tidak setinggi pebasket lain, tetapi dia mampu menjadikan kekurangan itu sebagai kelebihan terbesarnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA, REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Permainan bola basket selalu dikatakan milik orang-orang bertubuh tinggi. Di Stadion Indonesia Arena, Jakarta, pada Rabu (30/8/2023), teori itu dihancurkan guard Brasil, Yago Santos (24). Pemain dengan tinggi hanya 1,78 meter itu menjadi pahlawan Brasil dalam laga hidup atau mati melawan Pantai Gading.
Brasil, tim peringkat ke-13 dunia, sukses meraih tiket terakhir ke babak kedua setelah menang atas Pantai Gading, 89-77. Dengan rekor dua kali menang dan sekali kalah, mereka mendampingi pemuncak klasemen, Spanyol, sebagai wakil dari Grup G. Pantai Gading harus puas di peringkat ketiga dengan rekor satu kali menang dan dua kali kalah.
Terima kasih pada Santos. Dia membuat perjuangan Brasil jauh lebih mudah dengan dobel-dobel 24 poin dan 12 asis. Pebasket mungil itu menari-nari di pertahanan lawan sepanjang 28 menit 50 detik bermain. Dia terlalu ”licin” untuk dihentikan para pemain Pantai Gading yang atletis dan punya tinggi rerata di atas 1,9 meter.
Pelatih kepala Pantai Gading, Dejan Prokic, sampai menarik kesimpulan, masalah tinggi badan tidak relevan di ”dunia” Santos. ”Yago adalah pemain hebat. Bagi pemain hebat seperti itu, tidak ada bedanya jika tinggi Anda 160 atau 230 sentimeter. Kami ingin menyulitkannya dengan unggul tinggi badan, tetapi dia ternyata sangat kuat,” ujarnya.
Santos mengambil semua tanggung jawab terbesar di lapangan, mulai dari kreator hingga eksekutor. Pemain asal klub Jerman, Ratiopharm Ulm, itu sedang sangat ”wangi”. Di paruh pertama saja, dia sudah mencetak 19 poin. Padahal, dia dijaga guard Bazoumana Kone (29) yang setinggi 1,9 meter dan sudah malang melintang di sejumlah liga Eropa.
Dengan tinggi tubuh dan lengan panjang, Kone bisa menutup penuh arah pandang tembakan Santos. Namun, Santos selalu punya jalan keluar. Dia memang kalah tinggi, tetapi tidak dalam hal kecepatan, kelincahan, dan kecerdikan. Kekuatannya juga tidak bisa diremehkan. Kondisi itu yang membuat ”si mungil” bisa menjajah area dalam ataupun luar.
Santos, pemain termuda kedua di tim Brasil, justru menjadi sosok paling berani. Dia tidak takut mengambil tembakan-tembakan berisiko. Berkat keberanian itu, hujan tembakan perimeter tercipta di pertahanan lawan. Dia memasukkan enam dari tujuh tembakan tiga angka, nyaris menyamai cacatan total semua pemain Pantai Gading (tujuh kali).
Keunggulan pemain mungil adalah mendribel bola. Santos sangat menguasai itu. Ketika pebasket yang pernah tampil di NBA Summer League itu mendribel, gravitasi seolah tidak berlaku di Indonesia Arena. Bola seperti mengikuti gerakannya. Saat dikepung, dia bisa dengan sangat mudah mengumpan ke rekan yang kosong.
Forward Brasil, Tim Soares, berperan signifikan dengan sumbangan 15 poin. Dia berkata, semua berkat Santos.
”Pekerjaan saya lebih mudah berkatnya. Dia bisa segalanya, penetrasi, menciptakan tembakan, dan membagi bola. Kami beruntung punya dia,” kata Soares, yang sering menciptakan skema serangan dua pemain bersama Santos.
Yago adalah pemain hebat. Bagi pemain hebat seperti itu, tidak ada bedanya jika tinggi Anda 160 atau 230 sentimeter.
Momen paling kritis Brasil terjadi di lima menit tersisa, saat unggul tipis 79-74. Mereka kehilangan dua pemain utama, Soares dan Leonardo Meindl, dalam waktu berdekatan karena sudah terkena lima pelanggaran. Di tengah situasi genting itu, Santos menciptakan tembakan tiga angka yang sukses meruntuhkan nyali lawan.
Pertunjukan Santos di Indonesia Arena sudah berlangsung sejak hari pertama Piala Dunia. Dia juga bersinar saat menghadapi tim juara bertahan Spanyol dan Iran. Pemain yang juga tampil di Piala Dunia China 2019 itu memproduksi rerata 17,3 poin dan 7,3 asis selama babak grup. Catatan di dua aspek itu merupakan yang tertinggi untuk Brasil.
Akumulasi
Di babak kedua, Brasil akan bertarung lagi dalam sistem grup bersama Spanyol serta wakil dari Grup H, yaitu Kanada dan Latvia. Setiap tim hanya bertanding dua kali melawan tim dari grup sebelah.
Rekor di babak kedua akan diakumulasikan dengan hasil di babak grup. Dua tim dengan akumulasi rekor terbaik lolos ke delapan besar.
”Kelolosan ini sangat berarti untuk kami. Kami bisa meneruskan perjuangan di babak selanjutnya. Kami di sini untuk mengincar tempat di Olimpiade (Paris 2024). Karena itu, setiap kemenangan akan sangat berarti untuk tim ini. Kami akan berjuang bersama-sama lagi untuk mengincar kemenangan (di babak kedua),” kata Meindl.
Piala Dunia dijadikan ajang semua tim untuk memperebutkan tiket lolos langsung ke Olimpiade. Terdapat tujuh tiket yang dibagikan ke lima benua. Benua Amerika dan Eropa mendapatkan jatah terbanyak, dua tiket. Syarat mendapatkan tiket itu adalah menjadi tim dengan prestasi terbaik dari benuanya di Piala Dunia.
Adapun Spanyol menyudahi babak grup dengan rekor sempurna, 3-0, setelah menang atas Iran, 85-65, Rabu malam. Kakak beradik Willy (16 poin, 9 rebound) dan Juancho Hernangomez (21 poin, 5 rebound) menjadi penampil terbaik dari tim juara bertahan. Rekor itu merupakan modal berharga untuk Spanyol di babak kedua. Hanya dua tim yang belum terkalahkan di Jakarta, yaitu Spanyol dan Kanada.
Iran hanya bisa mengimbangi Spanyol pada paruh pertama, bahkan unggul di akhir kuarter pertama, 17-16. Setelah itu, perbedaan timpang kualitas kedua tim mulai terlihat. Forward remaja Mohammad Amini (18) menunjukkan potensinya dengan sumbangan 19 poin.
Iran sebagai juru kunci Grup G akan bergabung dengan Pantai Gading, Perancis, dan Lebanon untuk memperebutkan peringkat ke-17 sampai ke-32. Meskipun tidak bisa juara lagi, pertandingan itu tetap penting bagi mereka. Iran, Lebanon, dan Pantai Gading mengincar rekor terbaik untuk lolos langsung ke Olimpiade.