Kisah manis Indonesia ketika menjejak final Piala AFF U-23 tak berlanjut. Vietnam dengan persiapan yang lebih matang menghentikan keajaiban Indonesia di malam final.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Vietnam U-23 mengajarkan Indonesia betapa proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Berbekal persiapan yang lebih matang, Vietnam merengkuh gelar Piala AFF U-23 kedua usai menundukkan Indonesia 6-5 melalui adu tendangan penalti di Stadion Provinsi Rayong, Thailand, Sabtu (26/8/2023) malam. Kerja keras Vietnam menghentikan keajaiban yang dibuat Indonesia sejak fase grup hingga semifinal.
Laga antara Indonesia dengan Vietnam harus diselesaikan dengan adu tendangan penalti setelah kedua tim bermain imbang 0-0 di waktu normal. Dalam adu tendangan penalti, lima pemain Indonesia sukses menjalankan tugasnya. Namun, penendang keenam Indonesia, kiper Ernando Ari Sutaryadi, gagal menyarangkan bola. Para pemain Indonesia tertunduk lesu ketika penendang keenam Vietnam, Thai Ba Dat sukses memperdaya Ernando.
Hasil ini sangat mengecewakan pemain Indonesia yang mampu bermain dengan sangat tenang di babak pertama. Indonesia tidak terburu-buru dalam melancarkan serangan. Para pemain “Garuda Muda” mencoba menguasai bola selama mungkin sembari mencari celah di pertahanan Vietnam. Pressing tinggi juga kerap diperagakan para pemain Indonesia untuk mengganggu kenyamanan pemain Vietnam dalam bertransisi dari bertahan ke menyerang.
Kendati terus mendikte permainan Vietnam, Indonesia nyaris kebobolan lebih dulu di pertengahan babak pertama. Barisan pertahanan Indonesia sempat lengah dengan melakukan pelanggaran yang berakibat hadiah penalti untuk Vietnam. Namun, kiper Ernando Ari Sutaryadi sukses menggagalkan eksekusi Nguyen Quoc Viet.
Vietnam meningkatkan tempo permainan dan berbalik menekan di babak kedua. Sejumlah peluang emas mereka raih akibat keseimbangan lini tengah Indonesia terganggu. Rifky Dwi dan Arkhan Fikri yang aktif membantu serangan kerap terlambat menutup lubang di lini tengah saat bertransisi dari menyerang ke bertahan. Dalam situasi ini, Ernando kembali memperlihatkan kemampuannya dalam menggagalkan sepakan-sepakan berbahaya Vietnam.
Saya mengapresiasi pemain kedua tim yang telah menampilkan performa terbaiknya. Tetapi seperti yang saya bilang, di Piala AFF ini perangkat pertandingan bisa berubah menjadi game changer.
“Saya mengapresiasi pemain kedua tim yang telah menampilkan performa terbaiknya. Tetapi seperti yang saya bilang, di Piala AFF ini perangkat pertandingan bisa berubah menjadi game changer,” kata Shin seusai laga.
Dengan kemenangan ini, Vietnam mengukir sejarah sebagai negara pertama yang mampu dua kali menjadi juara Piala AFF U-23. Sejak Piala AFF U-23 bergulir pada 2005 atau 18 tahun lalu, hanya ada tiga negara yang pernah menjadi juara. Thailand menjuarai edisi perdana kejuaraan ini pada 2005. Setelah itu, Piala AFF U-23 sempat vakum beberapa tahun hingga 2011.
Piala AFF U-23 edisi 2011 yang seharusnya berlangsung di Indonesia kemudian dibatalkan karena Stadion Jakabaring, Palembang, yang seharusnya menjadi arena pertandingan sedang dalam masa renovasi. Setelah kegagalan edisi 2011, Piala AFF U-23 kembali vakum dan dihelat kembali pada 2019 di Phnom Penh, Kamboja. Kala itu, Indonesia yang diarsiteki Indra Sjafri keluar sebagai juara. Setahun berselang, Kamboja kembali terpilih sebagai tuan rumah dan Vietnam sukses merebut gelar juara dari tangan Indonesia.
Persiapan matang
Keberhasilan Vietnam U-23 keluar sebagai juara untuk kedua kalinya tergolong pencapaian yang luar biasa. Tim “Bintang Emas” kali ini mayoritas diperkuat para pemain U-19. Namun, menjalani persiapan yang jauh lebih matang dibandingkan Indonesia.
Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) memutuskan membentuk dua tim U-23. Satu tim untuk persiapan mengikuti kualifikasi Piala Asia dan Asian Games 2023. Sedangkan satu tim lagi, yang dilatih Hoang Anh Tuan dengan mayoritas diisi pemain-pemain U-19, ditugaskan bertarung di Piala AFF U-23.
Langkah ini adalah strategi Vietnam untuk mempersiapkan fondasi masa depan timnas sepak bola yang kuat. Para pemain U-19 Vietnam diberikan kesempatan menambah pengalaman dan juga menit bermain dengan menghadapi lawan-lawan yang secara usia lebih senior dibandingkan mereka.
Hoang menggembleng para pemainnya sejak 29 Juli 2023. Setelah itu, mereka berangkat menuju Thailand dan menggelar laga uji coba melawan Bahrain U-23 pada 15 Agustus, dua hari sebelum laga pertama Vietnam di Piala AFF U-23.
Situasi Vietnam itu berbanding terbalik dengan Indonesia yang hanya menjalani pemusatan latihan pada 10 Agustus atau selama sepekan jelang keberangkatan ke Thailand pada 17 Agustus. Persiapan Indonesia pun sempat diwarnai keributan dengan adanya perseteruan antara PSSI dengan Persija Jakarta dan PSM Makassar yang enggan melepas pemain karena tenaganya dibutuhkan untuk mengarungi Liga 1.
Meski dihuni mayoritas para pemain U-19, Vietnam tampil menjanjikan dengan menyapu bersih kemenangan di dua laga grup. Mereka membantai Laos 4-1 dan membekap Filipina 1-0. Di semifinal, Vietnam kembali tampil solid untuk mengalahkan Malaysia 4-1.
Dengan hasil ini, Shin memperpanjang catatan buruknya ketika bersua Vietnam. Bersama timnas Indonesia, Shin sudah empat kali bertemu dengan Vietnam. Dari empat pertemuan itu, Shin dua kali kalah dan dua imbang. Ketika menangani tim sepak bola U-23, Shin bertemu Vietnam dua kali yang berakhir dengan satu kekalahan dan satu hasil imbang.
Catatan kurang memuaskan Shin terhadap Vietnam berlanjut di tim U-19. Dari sekali pertemuan, Shin meraih satu hasil imbang. Satu-satunya kemenangan Shin atas Vietnam terjadi pada September 2022 di ajang kualifikasi Piala Asia U-20. Ketika itu, Garuda Muda asuhan Shin membekap Vietnam, 3-2, di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur.
Sementara itu di laga lainnya, tuan rumah Thailand merebut peringkat ketiga Piala AFF U-23 usai menundukkan Malaysia lewat drama adu penalti dengan skor 4-3. Kedua tim bermain imbang 0-0 hingga waktu normal usai.