Kekalahan beruntun dialami skuad Indonesia pada babak ketiga Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis di Denmark. Mereka kesulitan bersaing dengan pemain-pemain top dunia.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KOPENHAGEN, KAMIS — Babak ketiga Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis, yang mulai mempertemukan sesama unggulan, menjadi gambaran umum kekuatan Indonesia sepanjang 2023 dan bisa menjadi cermin untuk persaingan Olimpiade Paris 2024. Masih banyak di antara mereka yang tertinggal dalam menjaga fokus dan kualitas permainan.
Lima kekalahan dari enam wakil Indonesia yang tampil pada sesi awal hingga pertengahan di Royal Arena, Kopenhagen, Denmark, Kamis (24/8/2023), menjadi gambaran kelemahan itu. Kualitas ganda campuran berada jauh di bawah pasangan top dunia, sedangkan ganda putra dan putri pelapis kalah dalam perang mental dari lawan yang berperingkat lebih baik.
Kekalahan beruntun skuad Indonesia diawali oleh tersingkirnya Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari saat berhadapan dengan ganda campuran peringkat keempat dunia, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand). Rinov/Pitha tersisih, 12-21, 19-21, yang menjadikan mereka selalu kalah dalam lima pertemuan dengan juara dunia 2021 tersebut.
Ganda campuran lain, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, tak mampu menyaingi pasangan nomor satu dunia yang juga juara bertahan, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong (China). Dejan/Gloria kalah 14-21, 9-21 hanya dalam waktu 30 menit. Adapun Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati disingkirkan unggulan kedua, Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang), 14-21, 17-21.
Di ganda putri, pasangan nomor dua Indonesia, Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi, gagal memanfaatkan kesempatan besar untuk mengalahkan unggulan kedelapan, Rawinda Prajongjai/Jongkolphan Kititharakul (Thailand). Mereka kalah 14-21, 21-17, 19-21 setelah unggul 18-13 pada gim ketiga. Adapun ganda putra, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, tak bisa mengimbangi Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) pada gim ketiga hingga kalah dari pasangan nomor dua dunia itu, 15-21, 21-19, 9-21.
Satu-satunya kemenangan dari enam wakil itu didapat Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti yang mengalahkan unggulan kedua ganda putri, Baek Ha-na/Lee So-hee (Korea Selatan) 21-12, 21-14. Adapun wakil lain yang bertanding pada Kamis tengah malam waktu Indonesia adalah Gregoria Mariska Tunjung, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
Kesulitan
Pemain-pemain putri Indonesia pada sektor ganda campuran kesulitan beradu cepat dan cerdik dengan pemain putri di tim lawan. Tak hanya mengatur permainan, pemain putri lawan, terutama Huang, bisa menyerang dengan perannya sebagai pemain depan. Ini membuat pasangan Indonesia kesulitan keluar dari tekanan.
Laga Dejan/Gloria melawan Zheng/Huang bahkan jarang diwarnai reli karena poin sering didapat dengan cepat oleh pasangan China. ”Lawan memang lebih baik, mulai dari servis dan penerimaan servis. Kami selalu dalam posisi terserang. Setelah ini, harus terus berlatih mencari solusi untuk mengalahkan mereka,” tutur Gloria.
Sementara itu, Rinov/Pitha gagal memanfaatkan peluang untuk memperpanjang pertandingan menjadi tiga gim. Pada skor 19-19 di gim kedua, mereka justru membuat kesalahan hingga lawan memperoleh match point.
”Belajar dari pertemuan sebelumnya, kami sebenarnya terus mencari celah. Tadi kami terus mencoba untuk bisa keluar dari tekanan, tetapi lawan lebih pintar dan berani mengubah pola. Mereka juga bisa menyusun strategi dengan baik,” tutur Rinov.
Lawan memang lebih baik, mulai dari servis dan penerimaan servis. Kami selalu dalam posisi terserang.
Selain membutuhkan kemampuan teknis dan fisik yang mumpuni, Rinov mengatakan, tampil dalam Kejuaraan Dunia memerlukan mental yang kuat karena atmosfernya berbeda dengan turnamen lain. Hal itu pula yang dirasakan ganda putra nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, saat menjalani laga awal di Kopenhagen, yaitu pada babak kedua, Kamis dini hari waktu Indonesia.
Meski mencapai semifinal pada Kejuaraan Dunia 2018 dan 2019, mereka tak dapat mengatasi tekanan pada Kejuaraan Dunia kali ini. Fajar/Rian kalah dari Lee Jhe Huei/Yang Po Hsuan, 18-21, 19-21. Padahal, pasangan Taiwan ini selalu mereka kalahkan dalam empat pertemuan sebelumnya.
”Tampil di Kejuaraan Dunia harus memiliki fokus yang luar biasa dan performa terbaik. Kami harus introspeksi lagi untuk menghadapi turnamen-turnamen berikutnya,” kata Fajar.
Tentang kekurangan atlet Indonesia dalam menjaga fokus, seperti yang dialami Fajar/Rian, Febriana/Amalia, dan Leo/Daniel, diutarakan oleh mantan pemain dan Pelatih Christian Hadinata. Saat berkunjung ke pelatnas bulu tangkis Cipayung, beberapa hari sebelum tim Indonesia berangkat ke Denmark. Christian mengemukakan, kelemahan atlet Indonesia pada umumnya adalah tak bisa menjaga fokus dengan konsisten sepanjang pertandingan.
Dalam permainan ganda, terutama ganda putra, pengaruhnya bisa sangat besar karena ritme permainan berjalan lebih cepat dibandingkan keempat nomor lain. ”Saat atlet kehilangan fokus sepersekian detik, momentum bisa langsung berubah menjadi milik lawan. Ini yang harus dibenahi oleh atlet-atlet Indonesia,” kata Christian, yang direncanakan akan membantu PP PBSI dalam menyiapkan atlet menuju Olimpiade Paris 2024.