Juventus Kirim Sinyal Bahaya Selepas Diterpa Badai Sanksi
Juventus menang telak 3-0 atas Udinese dalam laga pembuka Serie A musim ini. Kemenangan itu menunjukkan betapa kokoh mental Juventus meskipun terus diterpa efek dari badai skandal laporan keuangan palsu setahun terakhir.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
UDINE, SENIN – Lewat kemenangan meyakinkan 3-0 atas tuan rumah Udinese dalam laga di Stadion Friuli, Udine, Senin (21/8/2023), Juventus mengirim sinyal bahaya kepada para pesaingnya dalam perebutan scudetto alias juara Serie A Liga Italia musim ini. Selepas diterpa badai sanksi skandal laporan keuangan palsu, ”Si Nyonya Besar” coba bangkit untuk menjaga marwah mereka sebagai raksasa sepak bola Italia.
Dalam laga itu, kemenangan Juventus ditentukan oleh gol penyerang Federico Chiesa di menit kedua, gol penalti ujung tombak Dusan Vlahovic di menit ke-20, dan gol gelandang Adrien Rabiot di menit ke-45+3. Itu menjadi kemenangan tandang pertama Juventus dengan skor 3-0 untuk laga pembuka musim dalam kurang lebih 20 tahun terakhir.
Tak heran, meski pelatih Juventus Massimiliano Allegri menganggap Juventus bukan favorit juara, hasil Itu menempatkan ”Si Putih-Hitam” berada di jalur yang meyakinkan untuk mengarungi persaingan perburuan gelar musim ini. ”Kami telah meraih satu kemenangan, mari tetap membumi dan tidak berpikir bahwa kami tiba-tiba bisa menyelesaikan semuanya,” ujar Allegri kepada DAZN dilansir Football-Italia.
Kompetisi domestik, Serie A dan Piala Italia akan menjadi dua target utama Juventus untuk musim ini. Skandal laporan keuangan palsu musim lalu membuat Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menjatuhkan Juventus sanksi pengurangan 10 poin sehingga ”Si Zebra” terlempar dari zona Liga Champions.
Efek skandal itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Pada 28 Juli lalu, giliran Federasi Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) menjatuhkan Juventus sanksi larangan bermain di semua kompetisi Eropa sepanjang musim ini. Padahal, harusnya, Juventus berpartisipasi di Liga Konferensi musim ini.
Menurut Allegri, larangan bermain di Eropa tidak sepenuhnya menjadi keuntungan untuk Juventus. Justru, itu menjadi kerugian karena La Vecchia Signora kehilangan kesempatan mengasah kemampuan menghadapi tim-tim terbaik Benua Biru. ”Banyak orang mengatakan bermain seminggu sekali (tanpa kompetisi Eropa) adalah keuntungan, tetapi kami menikmati bermain melawan tim-tim terbaik di Eropa,” ungkap Allegri.
Walau demikian, Allegri yang baru saja mencatat kemenangan ke-250 untuk Juventus dari total 380 pertandingan coba memetik sisi positif dari situasi negatif tersebut. Setidaknya, tanpa bermain di Eropa, Juventus memiliki lebih banyak waktu untuk membenahi tim secara individu maupun kelompok.
Allegri menilai, ada dua hal yang masih perlu ditingkatkan dari timnya. Dari evaluasi menghadapi Udinese di babak kedua, I Bianconeri harus lebih banyak bergerak dan mengontrol bola. Selain itu, saat membuat kesalahan, para pemain harus bertahan dengan lebih baik. ”Itu adalah cara untuk mempertahankan kemenangan 3-0. Kalau tidak, Anda dapat membuat permainan menjadi lebih rumit dari seharusnya,” tegas pelatih berusia 56 tahun tersebut.
Sama seperti pendapat Allegri, Chiesa menyampaikan, hasil itu menjadi awal yang sempurna untuk Juventus. Namun, itu bukan berarti Juventus bisa serta-merta menjadi kandidat kuat juara musim ini, sekalipun mereka tidak terganggu jadwal kompetisi Eropa. ”Seperti yang dikatakan pelatih, target utama kami musim ini adalah lolos ke Liga Champions dan kita lihat bagaimana hasilnya nanti,” kata Chiesa.
Lazio kena comeback
Sementara itu, Lazio yang besar kepala bisa bersaing dalam perburuan gelar musim ini justru kalah 1-2 dari tuan rumah Lecce di Stadion Comunale Via del Mare, Lecce, Senin. Lazio sempat memimpin melalui gol penyerang sekaligus kapten, Ciro Immobile di menit ke-26.
Akan tetapi, lima menit sebelum berakhir waktu normal, Lazio terkena comeback apik Lecce yang berbalik unggul oleh gol penyerang sayap Pontus Almqvist di menit ke-85 dan pemain sayap pengganti, Federico Di Francesco di menit ke-87. Hasil mengecewakan itu membuat pelatih Lazio Maurizio Sarri kesal tak terkira.
”Kami kebobolan dua gol dalam dua menit sebagai konsekuensi dari permainan babak kedua yang sangat buruk ketika Lecce bermain lebih baik. Fase defensif kami konyol. Kami pikir kami bisa bertahan hanya dengan empat bek. Itu hampir tidak bisa diterima. Kami tidak memahami momen permainan, kami pasif di dalam kotak penalti. Itu terlalu buruk meski kami bermain lumayan di babak pertama,” tutur Sarri kepada DAZN.
Banyak orang mengatakan bermain seminggu sekali (tanpa kompetisi Eropa) adalah keuntungan, tetapi kami menikmati bermain melawan tim-tim terbaik di Eropa.
Sarri khawatir penyakit inkonsistensi itu berulang. Maka itu, sebelum musim ini berjalan terlalu jauh, pelatih berusia 64 tahun itu berusaha memperbaiki permainan ”Si Elang Biru”. ”Kami harus terus melawan hantu-hantu ini (ketidakkonsistenan permainan). Saat kami berhenti bertahan sebagai sebuah tim dan tidak ada intensitas, semuanya akan runtuh,” terang Sarri yang membawa Lazio menjadi runner-up klasemen akhir musim lalu.
Secara keseluruhan, kemenangan 3-0 atas Udinese mengantarkan Juventus berada di urutan kedua, sedangkan kekalahan 1-2 dari Lecce membenamkan Lazio di urutan ke-14. Dari laga lainnya, Atalanta menang 2-0 atas tuan rumah Sassuolo pada Minggu (20/8/2023) dan AS Roma ditahan imbang 2-2 tim tamu Salernitana pada hari yang sama. Hasil itu mengantarkan Atalanta ke peringkat keempat, sedangkan Roma tertahan di tempat kedelapan.
Fiorentina yang menang telak 4-1 atas tuan rumah Genoa pada Minggu kokoh di puncak klasemen. Adapun juara bertahan Napoli yang menang 3-1 atas tuan rumah Frosinone pada Sabtu (19/8/2023) berada di urutan ketiga. Laga pembuka musim masih menyisakan dua laga, yakni antara tuan rumah Torino dan Cagliari, Senin, serta tuan rumah Bologna dan AC Milan pada Selasa (22/8/2023).