Kepuasan publik terhadap kinerja kepengurusan baru PSSI tergolong cukup tinggi kendati masih banyak masalah yang belum selesai. Kepercayaan besar dari publik ini harus dijawab PSSI dengan kinerja yang lebih optimal.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski belum sempurna, masyarakat disebut cukup puas terhadap kinerja pengurus baru Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI. Manuver PSSI dalam membangun profesionalitas belakangan ini mendapat apresiasi walau harus diakui pekerjaan rumah PSSI masih sangat banyak. Dukungan dan kepercayaan dari masyarakat ini jadi modal berharga dan sudah sepatutnya dibalas PSSI dengan bekerja optimal meningkatkan tata kelola sepak bola Indonesia menuju ke arah yang lebih baik.
Kepuasan masyarakat terhadap kinerja PSSI itu tecermin dalam hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dipaparkan secara daring pada Minggu (20/8/2023). LSI melaksanakan survei kepada 1.220 orang dari berbagai latar belakang pekerjaan serta suku pada 3-9 Agustus 2023.
Hasilnya, 52 persen responden mengaku tahu PSSI sudah membentuk kepengurusan baru yang diketuai oleh Erick Thohir. Dari 52 persen responden itu, 17,3 persen mengaku puas dan 71,4 persen menyatakan sangat puas dengan kinerja Erick Thohir. Jumlah itu lebih tinggi dari responden yang menyatakan kurang puas (8,6 persen), tidak puas (0,3 persen), dan tidak tahu (2,4 persen).
”Kinerja PSSI dievaluasi secara positif oleh masyarakat. Mayoritas masyarakat tahu PSSI dipimpin Erick. Di antara yang tahu, hampir semuanya menyatakan puas atas kinerja PSSI,” ujar Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan.
Walau mayoritas responden menyatakan puas, Djayadi mengatakan masih ada harapan masyarakat pencinta sepak bola Indonesia yang belum terwujud hingga saat ini. Harapan paling besar masyarakat kepada PSSI adalah timnas Indonesia yang mampu berprestasi di tingkat dunia.
Kemudian, masyarakat ingin menyaksikan lahirnya talenta-talenta pesepak bola berkualitas. Harapan berikutnya adalah keberanian para pemangku kepentingan dalam memberantas praktik mafia sepak bola. Terakhir, masyarakat berharap PSSI bisa bertransformasi menjadi lebih profesional.
Sejumlah langkah sudah dilakukan kepengurusan baru PSSI dalam meningkatkan profesionalitas. Pada April lalu, Erick menggandeng firma audit ternama, Ernst and Young, untuk mengaudit laporan keuangan PSSI. Langkah itu diambil Erick setelah mengetahui ada inkonsistensi dalam pemberian hadiah juara Liga 1.
Selain audit laporan keuangan, Erick turut mendukung Polri yang telah lebih dulu membentuk Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola. Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, pada Juni lalu, mengungkapkan ada dugaan kecurangan yang dilakukan oleh perangkat pertandingan di Liga Indonesia. Listyo mengatakan telah memerintahkan Satgas Antimafia Bola untuk mendalami dugaan tersebut.
”Masyarakat menyadari ada harapan, sekaligus ada masalah (di sepak bola Indonesia). Dengan kata lain, masyarakat ingin agar masalah masalah di sepak bola Indonesia segera diatasi,” kata Djayadi.
Berat diberantas
Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali berpendapat mafia sepak bola ini adalah ekosistem yang paling berat untuk diberantas, setidaknya dalam dua tahun terakhir. Akmal menyebut golongan itu sebagai pihak yang sulit terlihat, tetapi efek dan perilakunya sangat terasa.
Masyarakat menyadari ada harapan, sekaligus ada masalah (di sepak bola Indonesia). Dengan kata lain, masyarakat ingin agar masalah masalah di sepak bola Indonesia segera diatasi.
Akmal mencontohkan manuver mafia sepak bola ini pada kasus terbaru, yaitu dugaan suap dalam seleksi perangkat pertandingan di Liga Indonesia, bulan lalu. Akmal menyebut ada transaksi ”di bawah meja” demi meloloskan seseorang menjadi perangkat pertandingan.
”Akselerasi PSSI luar biasa setelah Erick Thohir terpilih. Tetapi kondisi sepak bola kita kini masih merangkak. Sekarang bagaimana agar gerak langkah mafia ini dalam mengatur sepak bola kita bisa dikendalikan oleh PSSI, yang sudah bekerja sama dengan kepolisian,” ucap Akmal.
Sementara itu, wartawan sepak bola senior, Kesit B Handoyo, menyampaikan, pengurus baru PSSI belum sepenuhnya bisa menjawab harapan masyarakat. Tetapi masih ada harapan untuk menuju perbaikan.
Kesit berharap gencarnya manuver progresif dari Erick bukanlah dalam rangka mencari panggung di tahun politik. Sebaliknya, setelah pemilihan Presiden 2024, upaya Erick dalam memberantas mafia sepak bola harus lebih masif dan gencar. Selain itu, Kesit turut menyinggung soal transparansi laporan keuangan PSSI.
”Transparansi keuangan di PSSI tidak pernah berjalan. Kita jarang sekali mendapatkan hasil audit anggaran keuangan PSSI secara terbuka. Kalaupun ada laporan keuangan, itu pun di kongres. Kalau di kongres pasti semua (peserta) menerima (pertanggungjawaban laporan keuangan). Masalahnya baru muncul belakangan. Ada sesuatu yang tidak transparan dibuat oleh PSSI,” kata Kesit.
Menanggapi hasil survei, Wakil Ketua Umum PSSI Ratu Tisha Destria mengakui mesti ada perubahan yang dilakukan di area organisasi. Tisha menerima semua masukan itu dan berjanji akan memperkuat kesekjenan serta komunikasi internal PSSI. Perbaikan komunikasi perlu dilakukan sehubungan dengan tidak sampainya semangat transformasi sepak bola Indonesia dari pucuk pimpinan PSSI kepada pengurus di akar rumput.