Rentetan “badai” yang menerpa tim sepak bola Indonesia U-23 di masa persiapan Piala AFF U-23 berdampak buruk. Kekalahan dari Malaysia di laga pembuka memperberat kans “Garuda Muda” untuk lolos ke semifinal
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Konfrontasi antara pejabat teras PSSI dan klub, ditambah minimnya kesadaran pengurus tim Indonesia terhadap aturan AFC, mempengaruhi persiapan tim sepak bola Indonesia di Piala AFF U-23. Setelah laga dimulai, “Garuda Muda” ternyata masih tersandera rentetan badai itu sehingga takluk 1-2 dari Malaysia pada laga pembuka Grup B di Stadion Provinsi Rayong, Thailand, Jumat (18/8/2023) malam.
Kekalahan ini pun menipiskan harapan Indonesia untuk melaju ke semifinal karena hanya juara grup yang berhak lolos secara langsung. Negara peserta Piala AFF U-23 terbagi ke dalam tiga grup, sehingga nantinya hanya ada satu runner up terbaik yang berhak mendapatkan tiket semifinal terakhir. “Garuda Muda” wajib bertarung habis-habisan kontra Timos Leste di laga pamungkas untuk memperjuangkan satu tiket itu.
Kemenangan dengan banyak gol sangat dibutuhkan Indonesia lantaran penentuan runner up terbaik didasarkan atas poin, selisih gol, kemudian jumlah gol. Indonesia akan bersaing dengan runner up dari dua grup lainnya dalam klasemen mini di akhir fase penyisihan grup.
Harapan Indonesia untuk melaju ke semifinal sebagai juara grup sempat muncul ketika Ramadhan Sananta merobek gawang Malaysia di babak pertama. Namun, angan itu mendadak buram setelah pemain pengganti Malaysia, Fergus Tierney, mencetak dua gol di babak kedua yang sekaligus memastikan kemenangan Malaysia.
Pangkal dari performa kurang maksimal “Garuda Muda” bermula dari persiapan tim yang kurang matang. Sebelum bertarung di Thailand, persiapan tim yang dibesut pelatih Shin Tae-yong ini terganggu sejumlah drama jelang keberangkatan ke Thailand.
Kendala pertama adalah persiapan tim yang hanya sepekan jelang laga perdana. Tidak hanya itu, Shin tidak bisa memanggil semua pemain terbaiknya karena ajang Piala AFF U-23 tidak masuk kalender resmi FIFA.
Hal itu pula yang membuat Persija Jakarta dan PSM Makassar enggan melepas pemainnya karena masih dibutuhkan untuk memperkuat tim di Liga 1. Shin pun terpaksa mempersiapkan tim tanpa pemain andalannya, yaitu Rizky Ridho (Persija) dan Dzaky Ashraf (PSM).
Selain itu, polemik antara pejabat PSSI dan klub pun muncul terkait keengganan melepas pemain ini. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, naik pitam karena penahanan pemain oleh klub dinilai mereduksi kekuatan Indonesia di Piala AFF U-23. Sementara Persija dan PSM bersiteguh tidak wajib melepas pemain berdasarkan regulasi FIFA.
Untuk laga berikutnya, kami akan memberikan yang terbaik agar lolos ke semifinal.
Masalah baru
Badai bagi tim “Garuda Muda” masih berlanjut. Sehari jelang pertandingan pembuka, tim Indonesia diterpa kabar buruk lantaran dua pemain, Komang Teguh Trisnanda dan Titan Agung Bagus Fawwazi, dilarang tampil di Piala AFF U-23.
Larangan itu disampaikan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) melalui surat. Komang dan Titan dinilai masih harus menjalani hukuman larangan tampil sebanyak enam pertandingan internasional karena terlibat keributan di laga final SEA Games Kamboja 2023. Hukuman itu diputuskan lewat rapat Komite Disiplin (Komdis) dan Etika AFC pada 11 Juli lalu.
Pada akhirnya Komang dan Titan dipulangkan dari Thailand. Manajemen tim sepak bola Indonesia U-23 kelimpungan mencari pengganti kedua pemain tersebut. Kedalaman tim sepak bola Indonesia pun menyusut, dari sebelumnya 23 pemain menjadi 21 pemain.
“Tidak mungkin ada pengganti karena waktunya sudah mepet. Pemain (lain yang bisa jadi alternatif pengganti) juga masih bermain di Liga 1. Ya sudah, yang ada dimaksimalkan,” kata manajer tim sepak bola Indonesia U-23, Endri Erawan.
Tidak banyak pilihan pemain bagi Shin di lini serang setelah Titan dicoret. Selain bisa beroperasi sebagai penyerang tengah, Titan fasih bermain di posisi penyerang lubang atau penyerang sayap kanan. Absennya Titan membuat Shin memainkan Irfan Jauhari sebagai penyerang lubang di belakang Ramadhan Sananta.
Sepanjang babak pertama, Irfan yang biasanya bermain melebar sebagai penyerang sayap kiri tampak kebingungan di posisi barunya itu. Ia tergolong jarang mendapatkan bola. Dalam situasi seperti itu, serangan Indonesia lebih banyak bertumpu pada Sananta.
Penyerang Persis Solo itu kemudian menjawab kepercayaan Shin dengan satu gol yang dicetak dalam situasi sulit, yaitu di tengah kepungan tiga bek Malaysia. Adapun pos serangan dari sisi sayap kanan lebih banyak dilancarkan oleh bek kanan, Bagas Kaffa, dan Frengky Missa di sayap kiri. Namun, gempuran mereka juga kurang mampu menembus pertahanan rapat Malaysia.
Di laga berikutnya melawan Timor Leste, pilihan Shin menjadi lebih sedikit setelah Irfan terpaksa keluar di babak kedua dengan ditandu petugas medis. Belum diketahui seberapa parah cedera Irfan. Kondisi ini tentu merugikan Indonesia yang sedari awal sudah membawa pemain dalam jumlah terbatas.
"Kedua tim bermain bagus. Namun, penalti tadi seharusnya tidak terjadi karena bukan pelanggaran. Untuk laga berikutnya, kami akan memberikan yang terbaik agar lolos ke semifinal," kata Shin.