Sinner Juara ATP Masters 1000 pada Percobaan Ketiga
Setelah kalah dalam final di Miami pada 2021 dan 2023, Jannik Sinner akhirnya menjuarai Kanada Masters. Hasil ini menjadi gelar pertama petenis Italia berusia 21 tahun itu dalam turnamen ATP Masters 1000.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
TORONTO, MINGGU — Petenis muda Italia, Jannik Sinner, akhirnya merasakan menjadi juara turnamen level ATP Masters 1000. Sinner menjadi juara di Kanada Masters dalam final ketiga turnamen berlevel tinggi pada persaingan tenis putra profesional itu.
Dalam final di Stadion Sobeys, Toronto, pada Minggu (13/8/2023) siang atau Senin (14/8/2023) dini hari waktu Indonesia, Sinner mengalahkan Alex De Minaur, yang baru kali ini tampil dalam final turnamen Masters 1000. Sinner menang atas partnernya di nomor ganda putra itu dengan skor 6-4, 6-1.
Petenis berusia 21 tahun itu berhasil memanfaatkan kesempatan dengan tersingkirnya para favorit juara. Juara Wimbledon yang juga petenis nomor satu dunia, Carlos Alcaraz, tersingkir di perempat final karena kalah dari Tommy Paul. Paul, yang juga mengalahkan Alcaraz pada Kanada Masters 2022, akhirnya dikalahkan Sinner pada semifinal.
Unggulan kedua yang menguasai persaingan di lapangan keras, Daniil Medvedev, juga, tersisih pada perempat final. De Minaur mengalahkannya 7-6 (7/5), 7-5.
”Gelar ini sangat bermakna. Ini adalah hasil yang luar biasa yang bisa membuat saya dan tim semakin kuat dan termotivasi bekerja makin keras,” tutur Sinner dalam laman resmi ATP. Pada dua laga final sebelumnya di Miami Masters 2021 dan 2023, Sinner kalah dari Hubert Hurkacz dan Medvedev.
Dengan gelar juara itu, Sinner yang ditempatkan sebagai unggulan ketujuh menjadi petenis Italia kedua yang bisa menjuarai ATP Masters 1000 sejak level ini diperkenalkan pada 1990. Seniornya, Fabio Fognini, menjuarai Monte Carlo Masters pada 2019.
Sinner juga menjadi juara Kanada Masters termuda sejak Alexander Zverev menjadi juara pada 2017 pada usia 20 tahun. Statistik menang-kalah Sinner dari lima turnamen Masters 1000 yang diikutinya pada tahun ini adalah 18-4. Hasil terburuknya adalah babak keempat di Roma masters.
Di final Kanada Masters, Sinner hanya mendapat perlawanan ketat De Minaur pada set pertama. Setelah itu, dia menguasai permainan dengan groundstroke keras. Bola yang jatuh mendekati garis juga membuat De Minaur kesulitan mengembalikannya.
Sinner menilai, dirinya semakin terbiasa mengatasi tekanan berat, sehingga bisa tetap tenang meski servisnya dipatahkan lawan. Semifinalis Wimbledon itu berusaha tetap tenang, karena De Minaur adalah petenis yang memiliki persentase terbesar dalam mencuri servis lawan sebelum final.
Sebanyak 46,5 persen keberhasilan mematahkan servis lawan itu lebih tinggi dari rata-rata petenis lain, yaitu 33 persen. Ini artinya, De Minaur bisa tampil baik dalam posisi menerima servis. ”Saya menghadapi tekanan besar, tetapi bisa mengatasinya,” kata Sinner.
Saya menghadapi tekanan besar, tetapi bisa mengatasinya.
Sementara itu, De Minaur berharap, hasil final Kanada Masters menjadi batu loncatan untuk meraih hasil lebih baik. Apalagi, sejak menjalani debut turnamen Masters 1000 pada 2017, dia tak pernah melewati babak ketiga.
Pegula tak terbendung
Pada turnamen putri WTA 1000 Kanada di Montreal, Jessica Pegula memanfaatkan situasi yang menguntungkan baginya. Dia menjadi juara setelah mengalahkan Liudmila Samsonova dengan skor 6-1, 6-0 hanya dalam waktu 49 menit.
Dominasi Pegula dalam final itu, salah satunya, diperlihatkan dalam statistik perolehan poin. Dia mendapat 51 poin, sedangkan Samsonova hanya 21 poin.
Energi Samsonova memang habis pada laga puncak tersebut. Apalagi, empat jam sebelumnya, dia menjalani semifinal melawan Elena Rybakina yang merupakan pertandingan tunda sehari sebelumnya. Samsonova menang 1-6, 6-1, 6-2 dalam pertandingan selama satu jam 43 menit, sehingga dia pun hanya memiliki jeda sekitar dua jam antara semifinal dan final. Sebaliknya, Pegula menyelesaikan semifinal pada Sabtu.
Samsonova juga menjalani dua laga, yaitu babak ketiga dan perempat final, pada Jumat. Hujan deras yang mengguyur Montreal pada Kamis dan Sabtu berdampak pada jadwal pertandingan hingga harus terjadi penundaan pertandingan.
Pegula pun menyesal karena babak final akhirnya menjadi pertandingan yang tak ideal. ”Menyebalkan. Saya menyesal karena kami tak dapat menjalani laga final dengan adil,” komentarnya.
Dengan kemenangannya di final, Pegula menjadi petenis putri AS pertama yang menjuarai WTA 1000 setelah Serena Williams juara pada 2013. Ini menjadi gelar kedua Pegula setelah menjadi juara di Guadalajara pada 2022. Ranking dunianya pun naik dari keempat menjadi ketiga, menggeser posisi Rybakina. (AFP/REUTERS)