Tentang Kebaruan Chelsea dan Kejenuhan Liverpool
Chelsea beradaptasi dengan kebaruan, sementara Liverpool berlari dari kejenuhan. Perebutan transfer Caicedo menambah kompleks pertemuan kedua tim.
LONDON, SABTU — Duel Chelsea dan Liverpool selalu berujung tanpa gol dalam empat pertemuan terakhir. Mereka begitu seimbang, sama seperti kondisi jelang laga perdana musim baru. Chelsea bersama manajer baru Mauricio Pochettino dan Liverpool dengan manajer veteran Juergen Klopp tampak setara dalam fase transisi.
Soal harapan, sulit beradu dengan Chelsea. Setelah terpuruk di papan tengah dan berganti-ganti manajer musim lalu, mereka menyambut musim baru dengan asa setinggi langit. Semua berkat kedatangan Pochettino, manajer yang diyakini paling tepat untuk memimpin proyek jangka panjang ”Si Biru”.
Wajar jika para suporter Chelsea berbunga-bunga. Portofolio Pochettino di Liga Inggris terbilang cemerlang. Terakhir, dia sukses menaikkan status Tottenham Hotspur dari medioker jadi papan atas. Situasi skuad Chelsea saat ini tidak jauh dari Spurs kala itu. Tidak ada megabintang, tetapi banyak pemain muda potensial.
Baca juga : Semarak Regenerasi Skuad Liga Inggris
Pochettino turut optimistis setelah timnya menjalani pramusim dengan sempurna, tidak terkalahkan dari lima laga. Tiga kali di antaranya menang. ”Saya sangat bersemangat untuk kembali ke liga ini. Kami adalah Chelsea. Sejarah klub ini adalah tentang kemenangan. Meskipun dalam transisi, kami harus menang,” katanya.
Era baru rezim Pochettino dimulai di depan publik sendiri. Chelsea akan menjamu Liverpool di Stadion Stamford Bridge, Minggu (13/8/2023) malam WIB. Saat Pochettino debut, Liverpool dipimpin Klopp yang adalah manajer terlama dalam membela satu klub di liga saat ini (7 tahun 10 bulan).
Jika dibandingkan, kedua manajer bagai bayi dan pria lanjut usia. Klopp unggul dalam berbagai faktor. Dia lebih mengenal situasi luar dan dalam timnya. Para pemain juga sudah mengerti sistem bermain yang diinginkan sang manajer. Pochettino mengakui keunggulan tersebut.
Saya pikir kami lebih berada dalam fase transisi dibandingkan Liverpool. Saya baru di sini, sementara Klopp sudah tujuh tahun (lebih).
”Saya pikir kami lebih berada dalam fase transisi dibandingkan Liverpool. Saya baru di sini, sementara Klopp sudah tujuh tahun (lebih). Ketika sudah selama itu, Anda bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya, bagaimana menyelesaikan masalah,” ujar Pochettino yang pernah di Spurs selama lima tahun lebih.
Baca juga : Dentuman Energi Positif Arsenal
Meskipun begitu, Klopp juga akan merasakan pengalaman baru. Dia, pertama kali sepanjang karier kepelatihan, akan memimpin tim di musim ke-8. Seperti diketahui, Klopp selalu dibayangi kutukan musim ketujuh sejak dari Mainz 05, Borussia Dortmund, hingga Liverpool.
Manajer asal Jerman itu cukup beruntung tidak didepak Liverpool musim lalu. Dia gagal mengantar ”Si Merah” lolos ke empat besar, target minimal untuk tim sekelas mereka. Banyak aspek penyebabnya, mulai dari kejenuhan para pemain hingga skuad yang sudah tidak muda lagi.
Problem kejenuhan itu akan menjadi tantangan terbesar Klopp musim ini. Namun, dia meyakini, masalah musim lalu sudah selesai dengan merombak skuad. Mereka membuang gelandang veteran, seperti Jordan Henderson dan Fabinho. Gelandang baru Alexis Mac Allister (24) dan Dominik Szoboszlai (22) didatangkan.
”Mereka memperlihatkan gairah, konsentrasi, dan keterbukaan (selama pramusim). Saya pun berpikir, kami sudah siap unjuk gigi lagi dan ingin kembali ke Liga Champions pada musim berikutnya. Ini adalah awal yang baru untuk Liverpool. Semua orang meminta perubahan dan kami membuatnya,” jelas Klopp.
Baca juga :Declan Rice dan Deretan Pemain Termahal Musim Panas 2023
Menarik untuk melihat adaptasi Mac Allister dan Szoboszlai ke dalam sistem bermain agresif dan bertempo tinggi yang disebut mirip seperti musik heavy metal. Mereka pasti membutuhkan waktu untuk belajar, termasuk mengenal lebih dalam Mohamed Salah dan rekan-rekan.
Chelsea yang mencatat usia rerata skuad 23,8 tahun, sekitar 2,5 tahun lebih muda dari Liverpool, juga sangat menarik. Proyek rejuvenasi Pochettino diperkuat dengan penunjukan bek sayap Reece James (23) sebagai kapten tim. Padahal, ada sosok senior seperti bek Thiago Silva (38).
Skuad Si Biru juga lebih ramping musim ini. Banyak pemain kunci yang dilepas Pochettino, seperti Kai Havertz dan Mason Mount. Mereka memercayai pemain muda, seperti bek Levi Colwill (20) dan gelandang Enzo Fernandez (22). Sayangnya, penyerang baru Christopher Nkunku harus menepi empat bulan karena cedera.
Perebutan Caicedo
Dua hari sebelum laga, pertempuran antara Chelsea dan Liverpool sudah terjadi di luar lapangan. Kedua tim berebut tanda tangan gelandang muda Brighton and Hove Albion, yaitu Moises Caicedo. Chelsea sudah mengikuti pemain asal Ekuador itu dalam enam bulan terakhir.
Baca juga : Menanti Karya Kolosal ”Murid” Guardiola di Liga Inggris Musim Baru
Namun, Liverpool lebih agresif. Mereka lebih dulu memenangi pertarungan harga atas Chelsea dengan tawaran 110 juta pound sterling (Rp 2,1 triliun). Chelsea hanya menawar 100 juta pound sterling (Rp 1,9 triliun). Klopp sudah mengonfirmasi kedatangan sang pemain dalam konferensi pers, Jumat lalu.
Tiba-tiba, angin berbalik ke arah Chelsea. Menurut jurnalis spesialis transfer Fabrizio Romano, Caicedo ingin pindah ke Chelsea. Keputusan terakhir pun ada di Si Biru. Mereka akan mendapatkan Caicedo jika bisa menyamai tawaran harga Liverpool. Hanya itu syarat dari Brighton.
Transfer Caicedo memperlihatkan, Chelsea dan Liverpool masih mencari kepingan terakhir untuk melengkapi skuad masing-masing. Jumlah uang yang ditawarkan mereka akan menjadi rekor transfer termahal di Inggris. Hal itu terasa tidak wajar, terutama untuk Liverpool yang dikenal lebih hemat dalam pembelian pemain.
Baca juga: Liga Inggris Bakal Berdurasi 100 Menit
Adapun pada 2016, Klopp berkata, tidak akan pernah mengeluarkan uang 100 juta untuk membeli satu pemain. Dia menarik kembali ucapan itu. ”Semua telah berubah. Apakah saya menyukainya? Tidak. Apakah saya sadar telah salah? Iya. Pada akhirnya, kami hanya ingin mendapatkan tim terbaik,” pungkasnya.
Di sisi lain, duel setara Chelsea dan Liverpool akan terjawab di laga nanti. Mereka selalu imbang tanpa gol dalam empat pertemuan terakhir di seluruh kompetisi. Sebanyak 103 tembakan tercipta dengan probabilitas menjadi 12 expected goals (xG). Namun, tidak satu gol pun bersarang. (AP/REUTERS)