Piala Dunia Putri 2023 akan menghadirkan juara baru. Hal itu dipastikan setelah Swedia menumbangkan Jepang, mantan juara dunia terakhir yang masih bertahan, di babak perempat final.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AUCKLAND, JUMAT – Swedia mengukuhkan diri sebagai penghancur mimpi tim juara Piala Dunia Putri. Setelah mengandaskan impian Amerika Serikat merebut gelar kelima, “Blagult” menghentikan langkah fenomenal Jepang, yang dianggap sebagai tim dengan permainan terbaik. Alhasil, Sydney, Australia, yang menjadi lokasi laga final Piala Dunia Putri 2023, akan menyambut kampiun baru turnamen sepak bola putri terakbar itu.
Jepang, juara Piala Dunia Putri edisi 2011, gagal melanjutkan performa gemilangnya pada empat laga sebelumnya. Meski bermodalkan empat kemenangan sejak fase grup dengan rekor 14 gol dan hanya sekali kemasukan, skuad “Nadeshiko” tumbang 1-2 dari Swedia pada babak perempat final di Stadion Eden Park, Auckland, Selandia Baru, Jumat (11/8/2023).
Swedia mengulangi capaian mengalahkan Jepang di fase gugur turnamen resmi. Sebelumnya, mereka melakukan itu ketika melibas Jepang, 3-1, di babak perempat final Olimpiade Tokyo 2020.
Selain menjaga konsistensi untuk menembus semifinal Piala Dunia Putri dalam empat edisi beruntun, Swedia juga berpeluang menjadi juara anyar. Untuk mencapai titel kampiun dunia, Blagult memerlukan dua kemenangan lagi. Hal itu dimulai ketika menghadapi Spanyol pada babak semifinal, Selasa (15/8/2023).
Spanyol merebut tiket ke empat besar setelah menaklukan runner-up Piala Dunia Putri 2019, Belanda, 2-1, Jumat pagi. Kedua tim akan ebrebut merebut satu tiket ke Stadion Accor, Sydney, untuk menjalani partai puncak.
Pelatih Swedia Peter Gerhardsson enggan memikirkan kans timnya menjadi juara baru. Ia lebih mementingkan untuk mempersiapkan skuad menghadapi Spanyol. Swedia memegang rekor apik melawan Spanyol.
Mereka belum terkalahkan dalam 11 pertemuan dengan hasil tujuh menang dan empat imbang. Pada empat duel terakhir, Swedia selalu mampu mengalahkan “La Roja”, julukan Spanyol.
“Banyak faktor yang membantu kami bisa menembus semifinal. Pemain tampil 100 persen dan mengeksekusi rencana permainan dengan baik, lalu kerja keras staf pelatih yang membantu tim melakukan persiapan. Semua hal itu akan kami pertahankan untuk menghadapi laga penting selanjutnya,” ujar Gerhardsson dalam konferensi pers daring seusai laga.
Menyerang
Swedia membuat Jepang tak berdaya. Alih-alih tampil bertahan dan mengandalkan transisi serangan balik cepat, Gerhardsson menginstruksikan anak asuhannya untuk mengurung pertahanan Jepang.
Peraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 itu menerapkan garis pertahanan tinggi, yang membuat Jepang sulit menampilkan permainan kombinasi operan pendek. Di babak pertama, Swedia mencatatkan 63 persen penguasaan bola serta delapan tembakan. Adapun Jepang untuk pertama kali gagal menghasilkan tembakan pada paruh pertama laga di Piala Dunia Putri edisi kesembilan.
Dominasi itu ditegaskan melalui gol dari Amanda Ilestedt (32’) dan Filippa Angeldal (51’). Swedia pun menjadi tim pertama yang mampu mencetak dua gol ke gawang Jepang di Australia/Selandia Baru 2023.
Sepasang gol yang dicetak Swedia ke gawang Jepang bermula dari peluang bola mati. Ilestedt memanfaatkan kemelut di kotak penalti dari tendangan bebas, sedangkan Angeldal mengeksekusi penalti dengan sempurna. Hukuman penalti itu diberikan wasit Esther Staubil karena gelandang Jepang, Fuka Nagano, menghalau bola sepak pojok Swedia dengan lengannya.
Ilestedt, yang berposisi sebagai bek tengah, menilai kemenangan atas Jepang adalah buah kerja keras semua pemain yang saling bahu-membahu untuk meredam permainan Jepang. Ia mengungkapkan, Swedia telah melatih peluang bola mati untuk mencetak gol ke gawang Jepang.
Jepang punya pemain dengan teknik dan kombinasi permainan menyerang yang luar biasa. Kami memutuskan untuk tidak membiarkan mereka leluasa menguasai bola.
“Kami berupaya untuk menekan mereka dan tidak memberikan Jepang kesempatan menjalankan pola permainan. Saya senang bisa kembali mencetak gol dan membantu tim meredam permainan menyerang lawan,” ucap Ilestedt yang telah mencetak empat gol.
Gerhardsson mengungkapkan, kunci sukses Blagult menaklukan Jepang adalah memenangkan duel di lapangan tengah. Ia memanfaatkan dua pemain menyerang, Kosovare Asllani dan Stina Blackstenius, untuk memberi tekanan kepada gelandang Jepang ketika kehilangan bola.
Sebagai antidot pertahanan Jepang yang tangguh, Swedia menerapkan kombinasi serangan dari kedua sisi sayap. Utamanya, serangan Blagult berpangkal dari penyerang sayap kiri, Fridolina Rolfo.
“Jepang punya pemain dengan teknik dan kombinasi permainan menyerang yang luar biasa. Kami memutuskan untuk tidak membiarkan mereka leluasa menguasai bola. Lalu kami mencoba senyaman mungkin memainkan bola di zona pertahanan mereka,” kata Gerhardsson tentang resep timnya menaklukan Jepang.
Digagalkan mistar
Permainan Swedia membuat lini serang Jepang mati. Skuad Nadeshiko baru mampu membuat tembakan ketika laga telah memasuki menit ke-65.
Selain kekalahan taktik, penyebab kekalahan Jepang juga akibat ketidakberuntungan. Hal itu ditandai dengan dua peluang emas yang membentur mistar gawang.
Peluang pertama terbaik Jepang didapatkan penyerang pengganti, Riko Ueki, melalui eksekusi penalti di menit ke-76. Meski bisa mengecoh kiper Swedia, Zecira Musovic, bola sepakan Ueki membentur mistar.
Kemudian, Aoba Fujino, penyerang sayap Jepang, juga memiliki peluang sepakan bebas yang digagalkan mistar gawang. Bahkan, ketika bola pantulan dari mistar gawang mengenai punggung Musovic, bola kembali mengenai tiang gawang dan memantul keluar setelah menyentuh garis gawang.
Gol Jepang baru tercipta saat waktu normal tersisa tiga menit melalui sepakan Honoka Hayashi. Tambahan waktu selama 10 menit di babak kedua tidak mampu dimanfaatkan Nadeshiko untuk menyamakan skor.
Pelatih Jepang Futoshi Ikeda mengakui superioritas Swedia di lini tengah membuat skema permainan timnya mandek. Walaupun kecewa gagal mengantarkan Jepang merebut trofi dunia kedua, Ikeda menilai, anak asuhannya tidak pantas bersedih setelah menunjukkan performa impresif selama Piala Dunia Putri 2023.
“Saya melihat perkembangan signifikan dari semua pemain. Mereka memiliki keinginan kuat untuk terus meningkatkan diri. Pemain saya seharusnya tetap bangga dengan apa yang telah mereka lakukan,” tutur Ikeda.