Penasaran, "Kompas" mengamati aktivitas di luar Wisma Atlet yang berada di Universitas Chengdu, China ini dua malam berturut-turut. Setelah tegang bertanding, para atlet mahasiswa menikmati waktu luang malam hari.
Oleh
Insan Alfajri dari Chengdu, China
·4 menit baca
Ribuan atlet mahasiswa dari 100-an negara berkumpul di Chengdu, China. Mereka berlomba jadi yang terbaik di 18 cabang olahraga Universiade saat siang hari.
Ketika malam tiba, sebagian dari mereka tumpah ruah di jalanan Kota Chengdu. Ada yang duduk di trotoar sambil minum bir bersama teman. Di tong sampah, pemulung bersiap menangkap setiap botol bir kosong yang isinya habis diteguk para atlet mahasiswa.
“Xie xie,” ujar si pemulung setiap kali menerima botol bir kosong dari para turis, Kamis (3/8/2023) tengah malam waktu setempat.
Kafetaria yang berjejer di jalan dekat gerbang Wisma Atlet pun penuh. Di meja makan terhidang pelbagai jenis olahan daging dengan banyak sekali merek minuman beralkohol. Di beberapa meja, mereka minum bersama perempuan warga lokal sambil tertawa cekikikan.
Mereka masih belum teler, padahal sudah berkali-kali mengosongkan gelas berisi minuman beralkohol yang ukurannya sebesar literan beras itu.
Sungguh ajaib para atlet dan ofisial dari berbagai negara ini. Mereka masih belum teler, padahal sudah berkali-kali mengosongkan gelas berisi minuman beralkohol yang ukurannya sebesar literan beras itu.
Kompas mengamati aktivitas di luar Wisma Atlet yang berada di Universitas Chengdu, ini dua malam berturut-turut (2-3 Agustus 2023). Pantauan ini didorong rasa penasaran karena di salah satu pertigaan dekat pintu masuk Wisma Atlet, banyak warga Chengdu berkerumun.
Ternyata, warga lokal sedang mengerubungi beberapa atlet jangkung dari Eropa, Amerika, dan Afrika. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa bergiliran ingin swafoto dengan para atlet itu.
Komunikasi mereka hanya dengan bahasa tubuh. Warga menunjukkan kamera gawai ke para atlet, dan atlet pun sudah paham bahwa mereka ingin foto bersama.
Beberapa atlet bertelanjang dada dan memamerkan perut mereka yang "kotak-kotak". Universiade Musim Panas kali ini kian semarak dengan banyaknya orang berpakaian khas musim panas, berseliweran di jalan raya.
Keriuhan di pertigaan yang berada persis di depan Universitas Chengdu dimulai saat matahari tenggelam atau sekitar pukul 20.00 malam. Ketika itu, suasana masih tertib. Warga Chengdu membawa anak-anaknya untuk melihat para atlet mahasiswa yang berkunjung ke kota mereka.
Para atlet mahasiswa yang beraktivitas di luar Wisma Atlet ini seolah tak merasa canggung ketika berada di negeri orang. Mereka seperti sedang berada di kampung halaman sendiri. Kehadiran mereka di tengah kerumunan sangat mudah terlihat karena posturnya yang menjulang dikerumuni masyarakat Tiongkok dengan tinggi pas-pasan.
Mereka terlihat senang jadi pusat perhatian. Selain ingin foto bersama, beberapa warga lokal juga ada yang meminta tanda tangan. Para kontingen Universiade yang suka keluyuran tengah malam ini pun mendadak menjadi selebritis di Kota Chengdu.
Menjelang dini hari, satu per satu para atlet mulai “masuk kandang”. Semua barang bawaan mereka diperiksa untuk memastikan tidak ada barang terlarang yang diangkut ke Wisma Atlet, termasuk minuman beralkohol.
Petugas memeriksa ada atau tidaknya minuman keras dengan dua cara. Pertama, petugas meminta setiap botol berisi air yang dibawa masuk atlet untuk diteguk pemiliknya di hadapan mereka. Saat kita minum, petugas akan memperhatikan betul ekspresi kita. Setelah dia yakin itu bukan minuman keras, baru dibolehkan masuk.
Cara kedua lebih canggih. Mereka punya alat khusus untuk mendeteksi kandungan alkohol dalam cairan. Botol yang dibawa masuk ditaruh di atas sebuah mesin, kalau alarm mesin tidak menyala, berarti aman.
Tak kuat berjalan
Setelah berada di gerbang, tantangan berikutnya adalah transportasi menuju penginapan. Bus pengumpan di Wisma Atlet hanya beroperasi hingga pukul 00.00. Lewat dari itu, atlet harus jalan kaki menuju tempat menginap.
Pada Jumat (4/8/2023) menjelang pukul 01.00 dini hari, terpantau sejumlah atlet mahasiswa dari Amerika Serikat menunggu bus pengumpan di titik pemberhentian.
Salah seorang di antaranya selonjoran di aspal karena tak kuat lagi berdiri. Saat ditanya apakah dia sedang mabuk, dia bilang hanya sedang kelelahan karena terlalu lama berjalan kaki.
Tak lama, ada polisi datang berpatroli dengan kendaraan mirip mobil golf. Mereka ingin polisi itu mengantarkannya ke gedung tempatnya menginap.
Tetapi polisi China ini, sebagaimana petugas lain di Wisma Atlet, tegak lurus dengan aturan. Kendaraan untuk kontingen adalah bus pengumpan dan saat itu sudah tak beroperasi. Itu artinya, mereka harus berjalan kaki sampai ke penginapan. “Oh, no,” ujar seorang atlet malam itu.
Jarak dari pintu masuk Wisma Atlet ke penginapan sekitar 2 kilometer karena jalannya memutar, atau 20-25 menit jalan kaki santai. Jarak sejauh itu tentu tidak ada artinya bagi seorang atlet, tetapi terasa melelahkan jika si atlet baru pulang dari "pesta".