Tangan dan Kaki Bisa Sama-sama Beraksi lewat ”Fullball”
”Fullball” bisa menjadi pilihan bagi orang-orang yang tertarik menjajal olahraga yang bisa menggunakan tangan dan kaki sekaligus. Permainan inovatif ini menjadi opsi bagi mereka yang bosan dengan olahraga populer.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
Di olahraga-olahraga berbasis bola, penggunaan kaki dan tangan kerap saling meniadakan. Padahal, kedua anggota tubuh ini bisa sama-sama digunakan untuk berolahraga. Ide ini memunculkan olahraga baru bernama fullball. Bak pepatah, sekali berolahraga, dua anggota tubuh bisa sama-sama beraksi.
Kadek Adi Pradnyana Putra (21) menggiring bola hitam menggunakan tangan kanannya di lapangan futsal di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023) malam. Mendekati garis penalti, Adi secara tak terduga menjulurkan bola, menjatuhkan, serta menendangnya, persis seperti tendangan kiper dalam sepak bola atau futsal. Bola seukuran bola voli itu meluncur deras menuju gawang tanpa bisa diantisipasi hustler, penjaga gawang dan target.
Adi dan empat rekan setimnya pun merayakan dua poin yang diraih mereka. Tak berselang lama, dua poin kembali didapatkan tim Adi. Kali ini, Adi tidak menendang bola. Setelah menggiring bola hingga ke dalam garis penalti, mahasiswa asal Bali tersebut lantas melompat sambil melempar bola ke fullball target. Bola menghantam papan hitam berdiameter 30 sentimeter di ujung tiang yang terpasang di atas mistar gawang.
Pemain tak hanya bisa menendang bola ke gawang atau melempar bola ke papan target untuk bisa mencetak poin. Pemain juga dapat meraup tiga poin atau poin tertinggi dalam fullball jika bola tendangannya dari luar area penalti mampu mengenai papan target.
”Semua ini, baru semua, ya, buat saya. Saya, kan, biasa bermain bola basket dan futsal. Kalau basket, kaki enggak boleh dipakai. Kalau futsal dan main bukan sebagai kiper, enggak boleh pakai tangan dan kaki sekaligus. Di fullball, rasanya semua anggota tubuh gerak karena tangan dan kaki bisa digunakan buat mencetak poin. Ini yang bikin seru,” kata Adi, mahasiswa jurusan teknik industri yang tengah magang di Jakarta.
Dalam permainan, fullball sejatinya memiliki kemiripan dengan olahraga-olahraga berbasis bola, seperti futsal dan bola basket. Pemain diharuskan menggiring bola menggunakan tangan seperti pada bola basket. Pemain juga dapat mencetak poin dengan menendang bola ke gawang seperti pada futsal. Begitu pula dengan posisi pemain.
Selain hustler, yang bertugas sebagai penjaga gawang dan target, terdapat tiga posisi lain yang punya kesamaan dengan futsal. Di depan hustler ada seorang midlane yang tugasnya sama seperti seorang anchor atau playmaker, yakni bertahan, mengontrol bola, dan mengatur serangan. Lalu, ada sidelane yang sama seperti flank, yaitu pemain sayap yang bertugas menghubungkan serangan dan pertahanan tim. Lalu, di posisi paling dekat dengan pertahanan lawan ada frontliner atau penyerang.
Adapun permainan berdurasi dua babak dengan tiap-tiap babak berlangsung 20 menit ini diawali dengan tepis mula, seperti bola basket. Untuk setiap pelanggaran, pemain diberikan lemparan bebas atau tendangan penalti.
Dwi Arif Arbianto, pelatih futsal yang juga turut bermain fullball, mengatakan, dasar-dasar permainan olahraga baru itu memang sama dengan futsal. Persamaannya mulai dari gerakan lari, menyerang, hingga bertahan. Namun, hal yang membedakan, fullball memperbolehkan penggunaan tangan dalam permainan. Hal ini, kata Dwi, membuat fullball dapat menjadi opsi olahraga bagi mereka yang bosan dengan olahraga populer.
”Penggunaan tangan membuat fullball jadi menarik. Ini mempermudah orang yang ingin olahraga. Apalagi, kan, manusia secara alamiah banyak menggunakan tangan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi sudah terbiasa menggunakan tangan ketimbang kaki. Kalau kaki, harus punya kemampuan sendiri,” ujar Dwi.
Pencipta fullball, Rizky Arief Dwi Prakoso, mengamini bahwa olahraga yang ia buat itu merupakan hibrida dari futsal dan basket. Menurut Rizky, keduanya merupakan olahraga yang seru, tetapi hanya bisa menggunakan tangan atau kaki. Pada Oktober 2022, Rizky lantas terpikir untuk mengombinasikan keduanya dengan menambahkan beberapa hal unik, termasuk cara dalam mencetak poin. Dua bulan berselang, Rizky memainkannya untuk pertama kali.
Saat itu, ucap Rizky, alat yang digunakan masih seadanya. Ia masih menggunakan bola voli, belum menciptakan bola khusus bermain fullball. Adapun papan target masih menggunakan tripod yang ditempel di mistar gawang bagian atas dengan lakban. Bola dan papan target akhirnya dibuat sebelum olahraga ini diumumkan secara resmi dan didaftarkan untuk menjadi olahraga nasional pada Maret 2023.
”Kami sudah mendaftarkannya ke KONI dan saat ini sedang dalam proses melengkapi syarat administrasi yang lumayan kompleks, yaitu harus memiliki pengurus di sepuluh kota. Namun, kami sekarang fokus membangun komunitas organik lebih dahulu. Sekarang sudah ada di Jakarta, Bandung, Bali, Cilegon, Malang, Semarang, dan Medan, dengan keanggotaan lebih dari 1.700 orang,” tutur Rizky.
Membawa nama Indonesia
Pada Mei 2023, fullball sempat mencuri perhatian karena dimainkan oleh mahasiswa di Taiwan. Olahraga ini dimainkan dalam kompetisi antarkampus yang diinisiasi Persatuan Pelajar Indonesia di sana. Mereka lebih dulu mendapatkan pelatihan dari Rizky. Sejak dari itu, Rizky menuturkan ada banyak orang yang mulai tertarik dengan fullball.
Fullball dibuat untuk mengakomodasi ciri khas masyarakat Indonesia atau umumnya orang-orang Asia yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan, alih-alih postur besar dan tinggi.
Dimainkannya fullball di Taiwan menjadi sesuatu yang membanggakan. Hal itu menjadi langkah awal Rizky mewujudkan impian ketika pertama kali menciptakan olahraga tersebut. Pengusaha berusia 28 tahun ini bermimpi membawa nama Indonesia ke kancah dunia melalui olahraga. Ia terinspirasi dari negara-negara lain yang bangga memainkan olahraga lokalnya kendati tidak berada di negeri sendiri.
”Menurut saya, olahraga bersifat kultural dan universal. Sebelum masuk jadi industri, fokus pada budaya yang dibentuknya. Budaya di dalam olahraga ini yang bisa jadi salah satu pengantar untuk budaya Indonesia, menjadi sarana mengenalkan Indonesia ke dunia,” kata Rizky.
Maka dari itu, fullball dibuat untuk mengakomodasi ciri khas masyarakat Indonesia atau umumnya orang-orang Asia yang mengandalkan kecepatan dan kekuatan, alih-alih postur besar dan tinggi. Fullball juga menyesuaikan dengan kemampuan seorang pemain. Apabila lebih pintar menendang, ia dibolehkan untuk menendang. Begitu pula jika pemain tersebut lebih mampu melempar bola.
”Jadi, DNA-nya sebenarnya sama dengan olahraga-olahraga berbasis bola lainnya. Ada nilai-nilai yang diusung, seperti kerja sama, kesetaraan, dan sportivitas. Permainan yang intens dan kompetitif juga tetap menjadi daya tarik dari olahraga ini,” ujar pria yang juga menekuni bola basket, futsal, dan polo air tersebut.
Dengan intensitas permainan yang mirip dengan futsal dan basket, fullball dapat menjadi pilihan bagi orang-orang yang tertarik menjajal olahraga baru yang bisa menggunakan tangan dan kaki sekaligus. Sebab, pada akhirnya, peraturan dan cara permainan hanya jadi pembeda antara satu olahraga dengan olahraga lain. Adapun nilai-nilai yang diusung tetap sama.