Satu per Satu Bintang dan Talenta Terbaik Tinggalkan Liga Italia
Seusai musim lalu yang fenomenal, mimpi Liga Italia untuk kembali menguasai Eropa tampaknya kembali menjauh. Hal itu akibat banyaknya pemain bintang yang meninggalkan Liga Italia dalam jendela transfer musim panas ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
BERGAMO, MINGGU — Jendela transfer musim panas ini menjadi masa suram Liga Italia. Liga itu kian ditinggalkan sejumlah bintang ataupun talenta terbaiknya. Fenomena itu kian menguatkan kesan bahwa Liga Italia saat ini hanya menjadi batu loncatan pesepak bola di ”Benua Biru”.
Striker muda Atalanta, Rasmus Hojlund (20), adalah talenta terbaru Liga Italia yang dikabarkan hengkang. Menurut Fooball-Italia, Minggu (30/7/2023) waktu Indonesia, ia sudah sepakat bergabung ke Manchester United, klub Liga Inggris, dengan nilai transfer 75 juta euro (Rp 1,2 triliun).
Hojlund, pemain tim nasional Denmark, adalah salah satu talenta terbaik Eropa yang sering dibandingkan dengan penyerang Norwegia milik Manchester City, Erling Haaland. ”Hojlund menyetujui kontrak lima tahun sejak sepuluh hari lalu karena dia cuma menginginkan United,” ungkap pakar transfer, Fabrizio Romano, lewat Twitter.
Atalanta untung besar karena nilai jual Hojlund naik hampir lima kali lipat dalam 11 bulan. ”Sang Dewi” membeli Hojlund dari Sturm Graz dengan nilai 17,2 juta euro (Rp 286 miliar) pada 27 Agustus 2022. Transfer Hojlund ke MU akan menjadi rekor penjualan Atalanta setelah Cristian Romero ke Tottenham Hotspur seharga 50 juta euro pada 30 Agustus 2022.
Sebelumnya, sejumlah bintang telah lebih dulu meninggalkan Italia, seperti Dejan Kulusevski (Juventus), Sandro Tonali (AC Milan), Sergej Milinkovic-Savic (Lazio), Kim Min-jae (Napoli), dan Andre Onana (Inter Milan).
Eksodus itu diyakini belum akan berhenti. Victor Osimhen, striker yang membantu Napoli menjadi juara Liga Italia musim lalu, diminati sejumlah klub besar, seperti Bayern Muenchen, Chelsea, MU, dan Al-Hilal. Osimhen ”dipagari” nilai jual 180 juta euro (Rp 3 triliun) oleh Napoli.
Sayangnya, kepergian para bintang itu tak diimbangi dengan hadirnya bintang baru di Italia. Hanya Milan yang aktif merekrut pemain dari luar Italia di bursa transfer saat ini. Mereka telah menghabiskan 89 juta euro (Rp 1,5 triliun), terbesar di Italia sejauh ini.
Salah satu faktor yang membuat pasifnya klub-klub Italia dalam bursa transfer adalah keterbatasan anggaran dan aturan keseimbangan neraca keuangan.
Milan antara lain merekrut Ruben Loftus-Cheek dan Pulisic dari Chelsea, Samuel Chukwueze (Villarreal), Tijjani Reijnders (AZ Alkmaar), dan Noah Okafor (Salzburg).
CEO Milan Giorgio Furlani, dikutip ESPN, mengatakan, klubnya banyak berinvestasi agar mendapatkan hasil yang lebih baik pada musim baru. ”Kami akan menjalani musim yang sangat bagus. Sebagai penggemar Milan, saya sangat senang. Saya berharap fans lainnya akan sama bahagianya dengan saya,” kata Furlani.
Salah satu faktor yang membuat pasifnya klub-klub Italia dalam bursa transfer adalah keterbatasan anggaran dan aturan keseimbangan neraca keuangan, Financial Fair Play (FFP). Karena terganjal FFP, AS Roma, misalnya, terpaksa hanya mendatangkan pemain-pemain pinjaman dan berstatus bebas transfer.
Runner-up Liga Europa musim lalu itu bahkan harus menjual sedikitnya enam pemain untuk mendapatkan pemasukan minimal 30 juta euro dan bisa memenuhi aturan FPP.
Sanksi Juventus
Akibat dari skandal laporan keuangan untuk menghindari sanksi FFP sepanjang musim lalu, Juventus dilarang Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) untuk mengikuti kompetisi antarklub Eropa dalam semusim ke depan. Padahal, ”Si Nyonya Besar” sedianya mengikuti Liga Konferensi atau kompetisi kasta ketiga di Eropa. Mereka juga didenda 20 juta euro (Rp 337 miliar).
Segala dinamika negatif itu menjadi sinyal kemunduran Liga Italia di Eropa, musim depan. Seusai musim lalu yang fenomenal, yaitu Italia mengirimkan wakilnya di babak final seluruh kompetisi Eropa, mimpi klub-klub Italia untuk bangkit menguasai Eropa pun kini tampaknya kembali menjauh.