Panggung Prestisius bagi Jessica Christa dan Atlet-Mahasiswa Tenis Indonesia
Atlet idealnya tidah boleh lagi dipaksa memilih antara pendidikan atau olahraga. Keduanya bisa berjalan bersamaan.
Oleh
Insan Alfajri dari Chengdu, China
·4 menit baca
Liburan musim panas Jessica Christa Wira Hadi (20) kali ini terbilang istimewa. Untuk pertama kalinya, atlet tenis ini akan berlaga di pesta olahraga mahasiswa sedunia atau Universiade di Chengdu, China.
Dari 51 daftar atlet yang berangkat ke Universiade Chengdu, China, 2021, namanya menarik perhatian karena dia satu-satunya atlet Indonesia yang kuliah di luar negeri. Perempuan asal Semarang, Jawa Tengah, ini belajar di Embry-Riddle Aeronautical University - Daytona Beach, Amerika Serikat (AS).
Jessica masuk ke kampus itu lewat jalur student athlete atau atlet-mahasiswa dan mengambil jurusan matematika komputasi (computational math). Jalan yang ditempuhnya ini terinspirasi dari petenis andalan Indonesia, Aldila Sutjiadi.
Setelah membaca riwayat pendidikan Aldila, Jessica mengetahui ternyata ada beasiswa penuh untuk atlet tenis di Amerika Serikat. Karena itu, setelah tamat SMA pada tahun 2020, dia langsung melayangkan surat elektronik kepada sejumlah pelatih di universitas-universitas di AS.
“Saya mengirim e-mail ke banyak coach di AS. Tidak semuanya merespons, hahaha,” ujarnya, Rabu (26/7/2023) sore, saat menjajal lapangan tenis Sichuan International Tennis Center, Chengdu.
Setelah mendapat persetujuan beasiswa dari pelatih tenis di Embry-Riddle Aeronautical University - Daytona Beach, Jessica kemudian mengikuti seleksi akademik. Kini, sudah tiga tahun lebih dia belajar di sana.
Manfaat yang didapatnya saat menjadi atlet-mahasiswa di AS adalah keleluasaan dalam membagi waktu. Mahasiswa semester tujuh ini bisa menjalani studi sekaligus rutin ikut kompetisi antarmahasiswa. Dalam satu semester, dia bisa mengikuti puluhan pertandingan.
“Di kampusku sangat fleksibel. Paling saya kuliahnya 15 SKS per semester. Lalu kalau ada jadwal latihan tim tenis bentrok dengan jadwal kuliah, saya bisa menyusun jadwal latihan sendiri,” kata atlet murah senyum ini.
Setiap libur musim panas, dia selalu pulang ke Semarang. Biasanya, masa libur itu dia isi dengan mengambil kelas daring dari kampusnya. Kali ini juga begitu. Namun, karena harus mewakili Indonesia di Universiade Chengdu, dia terpaksa menyelesaikan kelas daring lebih awal. “Karena ada event ini, saya kebut penyelesaian kelas daring, sampai begadang tengah malam,” katanya lagi.
Jessica berangkat ke China bersama tiga atlet tenis lainnya. Mereka adalah Arian Rangga Desvianto dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur, serta Fadona Titalyana Kusumawati dan Lucky Chandra Kurniawan yang sama-sama dari Universitas Surakarta, Jawa Tengah.
Dari empat atlet yang berangkat, belum semuanya terbiasa dengan ajang multicabang dua tahunan tingkat mahasiswa sedunia ini. Arian, misalnya, sebelumnya tidak pernah tahu dengan ajang ini.
Ketika tiba di lokasi, dia kaget melihat atlet dari berbagai negara berseliweran dan setiap kontingen mendapat pengawalan khusus sejak dari bandara. “Bangga, bisa mewakili negara di ajang sebesar ini,” katanya.
Selama di Chengdu, keempat atlet ini diasuh pelatih dari Pengurus Pusat Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PP Pelti) Bani Kohar Harahap. Tak ingin berleha-leha, Bani langsung memanfaatkan hari pertama kedatangan kontingen Indonesia dengan menggelar latihan di lapangan tenis Sichuan International Tennis Center, Chengdu.
Kontingen Indonesia berangkat ke China Selasa (25/7/2023) dan mendarat Rabu (26/7/2023) pagi di Bandara Internasional Chengdu Tianfu. Dari bandara, panitia langsung membawa rombongan ke wisma atlet yang berada di kawasan Universitas Chengdu.
Sore harinya, Bani mengajak anak didiknya untuk mencoba lapangan. “Hari ini lebih kepada penyegaran fisik dulu karena mereka saja menjalani penerbangan dari Indonesia-China. Istilahnya, baru nyari feeling dulu,” ujarnya.
Tim tenis Indonesia akan dibagi untuk mengikuti lima nomor, yaitu dua wakil pada tunggal putra, dua wakil pada tunggal putri, satu wakil pada ganda putra, satu wakil pada ganda putri, dan satu wakil ganda campuran. Dari lima nomor itu, Indonesia paling berpeluang meraih medali pada ganda campuran. “Untuk komposisi pemain, masih saya susun sambil melihat seperti apa peta lawan-lawannya,” ujarnya.
Universiade bagi petenis Indonesia sebenarnya bukan sesuatu yang asing. Sejumlah legenda tenis Indonesia pernah mengikuti ajang ini. Contohnya pasangan Dedi Suhendardinata/Sulistyo Wibowo yang mendapat perunggu di Universiade Sheffield, Inggris, 1991. “Sulistyo Wibowo itu dulu pelatih saya,” kata Bani.
Menurut Bani, ajang kali ini harus menjadi momentum untuk menggarap serius potensi atlet-mahasiswa di Indonesia. Saat ini, di cabang olahraga tenis masih sangat terbatas jumlah atlet berkualitas dengan status mahasiswa. Ini dapat dipahami karena ekosistem atlet-mahasiswa belum terbangun.
Namun, dia meyakini bahwa pendidikan dan olahraga sangat mungkin berjalan beriringan. “Saya berharap suatu saat bisa menerapkan sistem atlet-mahasiswa ini. Atlet kita tidak boleh lagi dikasih pilihan antara pendidikan atau olahraga sebab keduanya bisa berjalan bersamaan,” jelasnya.
Universiade Chengdu, China, 2021 akan dibuka Jumat (28/7/2023). Ajang multicabang ini melombakan 18 cabang olahraga. Sebanyak 51 atlet Indonesia akan mengikuti delapan cabang olahraga, yakni atletik, bulu tangkis, judo, rowing, renang, taekwondo, tenis, dan wushu.