Di final IBL, rasa lapar Prawira dari penantian panjang akan bersinggungan dengan ambisi Pelita Jaya menebus kegagalan mereka di dua final sebelumnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Prawira Harum Bandung harus menanti selama 15 tahun untuk kembali ke partai puncak, sementara Pelita Jaya Bakrie Jakarta (PJ) mencapai final untuk ketiga kali beruntun setelah gagal juara di dua musim terdahulu. Kedua tim membawa ambisi besar yang akan saling berbenturan di final Liga Basket Indonesia (IBL) 2023.
Prawira menyongsong laga final dengan rasa lapar. Terakhir kali mereka lolos ke final IBL adalah pada musim 2008 dengan nama Garuda. Adapun mereka belum pernah juara lagi sejak nama klub masih Panasia Indosyntec yang berjaya dalam Kobatama 1998, liga tertinggi sebelum IBL.
Tim asuhan pelatih David Singleton itu menyadari, tidak ada waktu lebih tepat untuk juara selain saat ini. Mereka, berstatus pemuncak klasemen musim reguler, adalah tim terbaik dan paling konsisten musim ini. Sebanyak 12 kali kemenangan beruntun sebelum final menjadi buktinya.
PJ tim bagus dengan para pemain nasional dan pelatih bagus. Namun, konsistensi selalu ada bersama kami sepanjang musim ini. Itu yang akan membantu kami mencapai tujuan juara.
”Kami antusias karena pertama kali berada di sini. Pastinya tantangan di depan sangat berat. PJ tim bagus dengan para pemain nasional dan pelatih bagus. Namun, konsistensi selalu ada bersama kami sepanjang musim ini. Itu yang akan membantu kami mencapai tujuan juara,” kata Singleton.
Seri final akan berlangsung dalam format terbaik dalam tiga gim. PJ, sebagai tim dengan peringkat lebih rendah di musim reguler, terlebih dulu menjadi tuan rumah gim 1 di Hall Basket Senayan, Jakarta, Kamis (20/7/2023). Setelah itu, gim 2 dan gim 3 (jika diperlukan) baru berlangsung di C-Tra Arena, Bandung.
PJ membawa rasa penasaran ke seri pamungkas. Andakara Prastawa dan rekan-rekan tahu betul betapa pahit kalah di final. Dua musim beruntun, mereka dijegal oleh juara bertahan Satria Muda Pertamina Jakarta (SM). Namun, tim yang musim ini dipimpin pelatih asing Djordje Jovicic itu sudah lebih dewasa.
Ambisi penebusan diperlihatkan PJ di semifinal. Mereka menyapu bersih SM hanya dalam dua gim, 2-0. Adapun kemenangan di laga eliminasi diraih di kandang tim rival, BritAma Arena. Prastawa, yang akan tampil ke-5 kali di final, membalikkan keadaan dengan aksi heroik di detik terakhir.
”Kami (kalah di final 2022) lawan SM di Bandung. Tahun ini kami mengalahkan mereka di kandang mereka sendiri. Kami juga akan mengalahkan Prawira di kandang mereka sendiri. Pasti rasanya enak banget,” ucap Prastawa yang dua kali juara liga, tetapi belum pernah bersama PJ.
Barisan guard PJ menjadi ancaman terbesar Prawira. Pelatih SM Youbel Sondakh berkata di semifinal, mereka hidup dan mati dari tembakan tiga angka. Prastawa yang dijuluki Stephen Curry versi Indonesia akan memimpin hujan tembakan dari perimeter, dibantu guard muda level tim nasional Muhamad Arighi dan Yesaya Saudale.
Prawira bisa sedikit tenang karena memiliki pemain yang terpilih sebagai Defensive Player of The Year IBL 2023, Reza Guntara. Reza telah melakukan serangan psikologis kepada para pemain PJ dalam konferensi pers jelang final. ”Siap-siap saja tidak nyaman nembak tiga angkanya,” tegasnya.
Tantangan terbesar PJ adalah menghentikan pemain asing lawan, Brandone Francis, yang terpilih sebagaiBest Foreign Player IBL musim ini. Belum ada tim yang bisa membendung eksplosivitas Francis. Dia selalu mampu memproduksi 20-30 poin tanpa kesulitan berarti di setiap laga.
Francis pula yang menjadi penyebab utama PJ kalah dua kali dari Prawira di musim reguler, 45-69 dan 82-84. Pemain asal Republik Dominika itu mencatat rerata 22 poin dan 6,5 rebound dalam pertemuan tersebut. Dia bisa mendapat poin dari mana pun, tiga angka, area dalam, sampai tembakan bebas.
Duel individu
Laga final nanti menjanjikan duel sengit di berbagai posisi. Salah satunya di point guard. Dua pemain andalan timnas akan bertemu, yaitu Prastawa dengan Yudha Saputera (Prawira). Yudha memang lebih muda 6 tahun dan kalah pengalaman dari idolanya itu.
Namun, Yudha sudah berkembang sangat pesat musim ini di tengah absennya bintang Prawira, Abraham Damar Grahita. Pemain 24 tahun itu berhasil finis sebagai peringkat kedua dalam pemilihanMost Valuable PlayerIBL, hanya kalah dari pemain veteran Dewa United Banten, Kaleb Ramot Gemilang.
Di luar lapangan, pertarungan ide akan terjadi di antara kedua pelatih asing. Kapabilitas Singleton sudah tidak perlu diragukan. Raihan tiga gelar Coach of The Year IBL beruntun bisa mewakili kehebatannya dalam meracik strategi. Jovicic memang baru musim pertama di Indonesia, tetapi dia sudah dua kali mengeliminasi SM, di final Piala Indonesia 2022 dan semifinal IBL kemarin.
Menurut Jovicic, jadwal padat merupakan problem terbesar tim asuhannya. Seri final hanya akan berlangsung dalam empat hari. Setelah gim 1 di Jakarta, mereka hanya punya waktu istirahat satu hari sebelum menjalani gim 2 di Bandung pada Sabtu malam. Adapun jika dibutuhkan, gim 3 akan berlangsung pada Minggu malam.
”Pasti sulit karena waktu istirahat hanya satu hari. Tetapi, saya berharap final nanti akan berjalan efisien untuk kedua tim. Kita akan lihat apa yang sudah kami latih dan lakukan sampai final ini. Saya kira laga final akan sangat menarik (untuk ditonton),” tutur Jovicic.