Amerika Serikat tidak ingin dominasi di Piala Dunia Putri terusik pada edisi 2023. Mereka berambisi menjadi tim putri pertama yang meraih lima gelar Piala Dunia.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
AUCKLAND, RABU — Berbagai cara dilakukan FIFA untuk menaikkan pamor Piala Dunia Putri, tetapi dominasi Amerika Serikat tak pernah lekang. Pada edisi 2023, AS memiliki kans paling besar untuk mengejar capaian yang mustahil disamakan, yaitu meraih tiga gelar Piala Dunia tiga kali beruntun.
Tirai Piala Dunia Putri 2023 akan dimulai oleh salah satu tuan rumah, Selandia Baru, yang menjamu Norwegia, Kamis (20/7/2023) pukul 14.00 WIB, di Stadion Eden Park, Auckland. Selain Selandia Baru, Australia juga menjadi tandem penyelenggara kompetisi sepak bola terakbar putri edisi kesembilan.
Selain menjadi turnamen FIFA perdana yang digelar di dua negara berbeda konfederasi, Piala Dunia 2023 akan menjadi turnamen sepak bola putri pertama diikuti oleh 32 peserta. Jumlah kontestan telah bertambah dari 24 tim yang diperkenalkan pada Kanada 2015.
Meskipun FIFA telah menambah kontestan guna meningkatkan mutu turnamen, AS tetap poros kekuatan utama sepak bola putri dunia. Koleksi empat trofi Piala Dunia, yang dua di antaranya diraih beruntun pada 2015 dan 2019, menjadi penegas supremasi tak tertandingi tim yang disebut ”The Stars and Stripes”itu,
Dalam delapan edisi Piala Dunia Putri sebelumnya, prestasi terburuk AS adalah meraih medali perunggu. Mereka pun lima kali menembus partai puncak. Hanya Jepang yang bisa menumbangkan mereka di laga final pada Jerman 2011.
Catatan itu membuat Alex Morgan dan kawan-kawan diselimuti kepercayaan diri jelang bertarung di Australia dan Selandia Baru. Tak hanya berbekal kemilau prestasi, AS juga relatif memiliki masalah minor sebelum tampil di ajang dunia.
AS telah melalui masa transisi sejak diasuh Vlatko Andonovski seusai Piala Dunia Perancis 2019 dengan membawa pulang medali perunggu di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka pun menyapu bersih delapan laga selama 2023 dengan kemenangan, termasuk meraih gelar keenam di turnamen SheBelieves Cup, Februari lalu.
Ketika tim lain kehilangan banyak pemain penting, seperti Inggris dan Belanda, AS cuma harus mengorbankan bek sekaligus kapten, Becky Sauerbrunn, yang menderita cedera. Pemain-pemain penting di Perancis 2019, seperti Alyssa Naeher (35), Kelley O’Hara (34), Rose Lavelle (28), Lindsey Horan (29), Megan Rapinoe (38), dan Morgan (34), tetap menjadi bagian tak tergantikan di tahun ini.
O’Hara menganggap komposisi skuad AS sangat ideal untuk bersaing mengejar trofi juara. Selain pemain senior, Andonovski juga membawa 14 pemain yang akan menjalani Piala Dunia perdana.
Anda perlu beberapa pemain pengalaman dan memadukannya dengan pemain debutan untuk menjalani petualangan yang baik di Piala Dunia.
”Anda perlu beberapa pemain pengalaman dan memadukannya dengan pemain debutan untuk menjalani petualangan yang baik di Piala Dunia,” ujar O’Hara dilansir laman USWNT, Selasa (18/7/2023).
Vietnam, Portugal, dan lawan di final 2019, Belanda, menjadi pesaing AS di Grup E. Menghadapi Vietnam, yang menjalani Piala Dunia pertama, Sabtu (22/7/2023) pukul 08.00 WIB, di Stadion Eden Park akan menjadi pembuka perjalanan AS mengejar gelar juara kelima untuk setara dengan Brasil di Piala Dunia Putra.
Meskipun diunggulkan untuk melaju mudah ke babak 16 besar, Andonovski menegaskan, tidak ada lawan mudah di ajang Piala Dunia. Menurut dia, tiga lawan AS di fase grup memiliki gaya dan filosofi permainan yang berbeda, sehingga anak asuhannya harus mampu mempelajari setiap kekuatan lawan.
”Kami memiliki waktu cukup untuk mempersiapkan diri mempelajari mereka secara terpisah. Tujuan pertama adalah memenangi grup sebelum memikirkan target terakbar (meraih juara),” ujar Andonovski.
Pesaing utama
Tiga pesaing utama AS untuk mengejar trofi Piala Dunia 2023 adalah dua tim juara, yaitu kampiun Piala Eropa Putri 2022, Inggris, dan peraih medali emas Olimpiade 2020, Kanada, serta tim tuan rumah, Australia.
Inggris telah kehilangan bek dan kapten, Leah Williamson, dan mesin gol, Beth Mead, akibat cedera. Tanpa Mead, Inggris tidak memiliki pemain yang telah mengoleksi 20 gol di level internasional, tetapi Pelatih Inggris Sarina Wiegman bisa mengandalkan pemain tengah, misalnya Ella Toone dan Georgia Stanway, sebagai alternatif pencetak gol.
Untuk suntikan pengalaman, Keira Walsh dan Lucy Bronze bisa menularkan keberhasilan mereka bersama Barcelona meraih Liga Champions Putri 2022-2023 ke dalam skuad. Dengan susunan pemain yang ada dan dukungan publik Australia dan Selandia Baru, dua negara Persemakmuran Kerajaan Inggris, Wiegman tidak gentar menghadapi AS.
”AS memiliki mentalitas yang tangguh dan selalu bisa tampil dengan performa terbaik di turnamen resmi. Mereka tetap tim kuat, tetapi semua negara telah menunjukkan perkembangan yang bagus di sepak bola putri. Saya rasa AS tidak akan lagi terlihat dominan di Piala Dunia ini,” ujar Wiegman, yang berambisi melewati prestasi medali perunggu Inggris di 2015, kepada ESPN.
Adapun Kanada tetap mengandalkan penyerang veteran, Christine Sinclair, untuk memimpin sekaligus menjadi pencetak gol demi menembus final perdana di Piala Dunia. Pelatih Kanada Bev Priestman berpeluang mengulangi taktik pragmatis seperti di Olimpiade Tokyo.
Kala itu, Kanada membawa pulang medali emas Olimpiade perdana berkat pertahanan yang kokoh karena hanya kemasukan satu gol dari tiga laga fase gugur kontra Brasil, AS, dan Swedia.
”Saya mengenal satu per satu dari 23 pemain yang saya bawa. Saya yakin mereka bisa memberikan hasil yang berbeda bagi kami,” kata Priestman dilansir laman Federasi Sepak Bola Kanada.
Sementara itu, Australia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan generasi emas sepak bola putri mereka mempersembahkan kampiun dunia di hadapan pendukung sendiri. Samantha Kerr menjadi tulang punggung ”The Matildas” untuk meraih gelar bergengsi pertama di lapangan hijau. Kanada, Nigeria, dan Irlandia menjadi lawan yang harus diatasi Australia di Grup B sebelum memikirkan gelar juara.
”Tiga hal menjadi kekuatan dan DNA kami, yaitu permainan menekan, kecepatan penguasaan bola dalam proses menyerang, dan kemampuan memanfaatkan bola mati,” ujar Pelatih Australia Tony Gustavsson tentang modal timnya kepada FIFA+.