Pada Audisi Umum PB Djarum, pebulu tangkis belia yang awalnya tak saling kenal, lantas berteman setelah berhadapan di lapangan. Dari lawan audisi, para pebulu tangkis belia ini kemudian menjadi "bestie".
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·3 menit baca
Lebih dari sekadar ajang menunjukkan bakat dan kemampuan bulu tangkis, Audisi Umum PB Djarum menjadi wahana para pebulu tangkis belia merajut pertemanan sekaligus mengganti waktu bermain yang “tercuri”. Di dalam lapangan, sesama pebulu tangkis memposisikan diri sebagai lawan untuk perebutan tiket lolos audisi. Namun, di luar lapangan, mereka menjadi sahabat atau bestie.
Camar Safaniya Samudera (8) baru saja keluar dari lapangan setelah menyelesaikan pertandingan babak kedua fase turnamen Audisi Umum PB Djarum, Selasa (4/7/2023), ketika Faiya Ayunda Mulyawan (7) menghampirinya. Mereka lantas saling menyapa dan mengobrol. Orangtua masing-masing meminta keduanya berfoto bersama.
“Tadi lawan, sekarang justru jadi bestie. Begitulah kalau anak-anak,” kata ayah Faiya, Ivan Mulyawan. Ia tersenyum melihat keakraban Faiya dengan teman baru yang menyisihkan sang anak dari persaingan menjadi atlet PB Djarum.
Pada babak pertama fase turnamen Audisi Umum PB Djarum di GOR Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Faiya kalah dari Camar. Dengan demikian, Camar-lah yang berhak lolos ke babak berikutnya. Namun, persaingan keduanya itu hanya berlangsung selama dua gim di lapangan. Selebihnya, kata Andri Mahardianto yang merupakan ayah Camar, kedua anak yang turun di nomor U-11 putri itu menunjukkan sportivitas.
Camar dan Faiya bahkan terlihat masih bersama pada hari terakhir Audisi Umum PB Djarum, Kamis (6/7.2923). Dengan tangan saling menggenggam, mereka berlari-larian di sekitar area GOR. Keduanya juga mengobrol dan tertawa bersama ketika melihat sesuatu dari ponsel Camar. Saat ditanya apa yang mereka bicarakan, dengan polosnya Camar menjawab, “Ada deh”. Camar dan Faiya kembali terkekeh.
Faiya bukan satu-satunya teman baru yang didapatkan Camar saat audisi. Bocah yang akan naik ke kelas 2 sekolah dasar ini juga berteman dengan dua peserta lain yang menjadi lawannya bermain pada tahap penyaringan, 2-3 Juli 2023.
Andi mengatakan, anak bungsunya itu juga seringkali mendapatkan teman baru ketika mengikuti beberapa turnamen pra-usia dini di sekitar domisilinya di Semarang, Jawa Tengah. Ia menyadari bahwa bagi anak seusia Camar, prestasi belum menjadi perhatian utama. Menumbuhkan keberanian dan kecintaan terhadap olahraga-lah yang menjadi fokus.
“Waktu Camar, kan, tersita untuk bulu tangkis, paling tidak latihan seminggu empat kali karena dia senang sama olahraga ini. Sepulang sekolah, tidur, lalu langsung latihan. Tidak ada waktu bermain. Dunia main dia, ya, di lapangan, di pertandingan, di audisi kayak gini. Dia bertemu teman baru, bermain dengan mereka,” kata Andi.
Tadi lawan, sekarang justru jadi bestie. Begitulah kalau anak-anak.
Seperti Camar dan Faiya, Maila Alfi Rahmah (9) dan Zhafira Raissa Rizqi Apta (9) langsung menunjukkan keakraban selepas bertanding pada babak kedua. Zhafira menyalami Maila yang melaju ke babak berikutnya setelah mengalahkannya. Maila tersenyum sambil mengucap terima kasih.
Setelah orangtua Zhafira meminta kedua anak itu berfoto bersama, mereka lantas asik mengobrol. Obrolan Maila dan Zhafira terputus ketika orangtua masing-masing meminta keduanya berganti baju.
“Tadi dia nanya, ‘Gimana ya rasanya kalau lolos audisi PB Djarum?’,” ucap Maila soal obrolannya dengan Zhafira.
Selepas berganti baju, Maila mengobrol dengan peserta audisi lain, Nafila Danesh. Maila mengatakan, Nafila bukan teman satu klubnya di Efrance, Kudus, melainkan lawannya saat babak pertama. Keakraban-keakraban serupa jamak terlihat sepanjang Audisi Umum PB Djarum, terutama pada fase turnamen 4-7 Juli 2023.
Dengan 2.220 pebulu tangkis belia mendaftar Audisi Umum PB Djarum dan 1.529 orang di antaranya melakukan registrasi ulang, wajar jika ajang tersebut menjadi tempat bertemu teman baru. Terlebih, mereka telah dikelompokkan sesuai usia, U-11 dan U-13. Maka, peluang pebulu tangkis ini bertemu dengan teman seumuran menjadi lebih besar.
Pebulu tangkis belia, yang awalnya tak saling kenal, lantas berteman setelah berhadapan di lapangan. Dari lawan audisi, para pebulu tangkis belia ini kemudian menjadi bestie. Barangkali, salah satu pertanyaan dalam obrolan mereka ialah, "Jadi, gimana nih, bestie, kapan kita main bulu tangkis bareng lagi?"