Sepak bola nasional masih terbelenggu rasialisme. Selain efek jera, diperlukan edukasi dan kampenye antidiskriminasi yang masif kepada suporter untuk menangkal tindakan tercela itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pekan pertama BRI Liga 1 2023-2024 diwarnai sikap negatif oknum pendukung Persija Jakarta yang melakukan diskriminasi verbal secara daring kepada tiga pemain PSM Makassar, yaitu Erwin Gutawa, Yuran Fernandez, dan Yance Sayuri. Untuk menghindari aksi serupa, tim ”Juku Eja” berencana memulai kampanye antirasialisme dan antidiskriminasi di sepak bola pada laga kandang melawan Dewa United, Sabtu (8/7/2023).
Seusai laga Persija melawan PSM yang berakhir imbang, 1-1, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Senin (3/7) lalu, ketiga pemain PSM itu menjadi korban perundungan di media sosial. Oknum-oknum pelakunya adalah pemilik akun-akun yang mendukung tim ”Macan Kemayoran”.
Padahal, sejumlah pemain Persija dan PSM sudah saling bersalaman dan bercengkerama seusai laga itu. Hinaan bernuansa rasial pun tidak terdengar dari yel-yel atau nyanyian sebanyak 37.438 pendukung Persija, Jakmania, yang menyaksikan laga itu secara langsung di tribune SUGBK.
CEO Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) M Hardika Aji menegaskan, APPI menolak keras serangan verbal bernuansa rasialisme dan diskriminasi kepada pemain sepak bola di Indonesia. Setelah berkomunikasi secara daring dengan Erwin, Fernandez, dan Yance, Rabu (5/7), APPI mendukung penuh sikap ketiga bintang PSM tersebut untuk melanjutkan kasus perundungan siber itu ke ranah hukum.
”Kami memberikan dukungan advokasi kepada tiga pemain PSM. Kami juga telah mengidentifikasi akun-akun yang melakukan penghinaan secara daring itu,” kata Aji, Kamis (6/7/2023), di Jakarta.
Aji mengungkapkan, perundungan daring kepada pemain ibarat fenomena gunung es yang terus terulang di kompetisi sepak bola profesional Tanah Air. Sebelum trio pemain PSM itu, APPI juga telah memberikan bantuan hukum kepada tiga pesepak bola lainnya yang mengalami serangan verbal serupa dalam satu tahun terakhir. Mereka adalah Rizky Dwi Febrianto (Borneo FC), Sutanto Tan (Persis Solo), dan Andritany Ardhiyasa (Persija Jakarta sekaligus Presiden APPI).
Somasi yang dilakukan Sutanto dan Andritany berujung permintaan maaf dari para pelaku serangan verbal daring yang umumnya dilakukan di Instagram. Adapun Rizky membuat laporan ke Direktorat Siber Bareskrim Polri, awal Mei lalu, dengan kasus dugaan pencemaran nama baik.
Dulu, serangan verbal itu hanya terjadi di pertandingan. Dengan perkembangan teknologi digital, terjadi disrupsi aksi tidak terpuji itu yang dibawa ke dunia maya karena bisa diakses mudah dan menyasar langsung kepada pemain.
Keputusan menempuh jalur pidana, kata Erwin, dipilih agar menjadi pelajaran kepada suporter yang kerap terlalu mudah melakukan serangan verbal di jagat maya. Ia berharap tidak ada pemain lain yang mengalami perundungan daring seperti dirinya di Liga 1 musim ini.
”Setiap kejadian seperti itu, ujung-ujungnya minta maaf dengan alasan khilaf. Padahal, dia mengeluarkan kata-kata kotor atau rasialisme dengan keadaan sadar,” ucap Erwin yang berposisi sebagai bek tengah.
Menurut Eko Noer Kristiyanto, pengamat hukum olahraga, ada dua hal yang mendorong pendukung sepak bola melakukan serangan verbal kepada pemain. Pertama, rendahnya kesadaran terhadap norma hukum di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Kedua, banyaknya golongan masyarakat yang menjadikan sepak bola sebagai pelarian untuk melampiaskan kekalahan secara ekonomi, sosial, dan pendidikan. Alhasil, mereka meluapkan segala emosinya lewat sepak bola.
”Dulu, serangan verbal itu hanya terjadi di pertandingan. Dengan perkembangan teknologi digital, terjadi disrupsi aksi tidak terpuji itu yang dibawa ke dunia maya karena bisa diakses mudah dan menyasar langsung kepada pemain,” ujar Eko.
Untuk memberikan efek jera, Eko mendukung langkah hukum korban perundungan itu. Akan tetapi, tambahnya, semua pemangku kepentingan sepak bola nasional juga perlu memberikan edukasi yang masif kepada suporter agar tindakan tercela itu tidak terjadi lagi di masa depan.
Sebagai bentuk dukungan kepada tiga pemainnya, PSM berencana melakukan kampanye antirasialisme dan antidiskriminasi pada laga kandang pertama musim ini, yaitu saat melawan Dewa United di Stadion Gelora BJ Habibie, Parepare, Sulawesi Selatan.
Konsep kampanye solidaritas serupa pernah dilakukan pemain Real Madrid yang mendukung penyerangnya, Vinicius Jr, pada laga melawan Rayo Vallecano di Stadion Santiago Bernabeu, 25 Mei lalu. Sebelumnya, Vinicius dikartu merah karena melakukan protes atas serangan rasialisme dari pendukung Valencia.
”Kami membicarakan (kampanye) itu dengan liga (PT Liga Indonesia Baru),” ucap Direktur Utama PSM Sadikin Aksa.
Setali tiga uang, menurut Aji, kampanye untuk menolak perundungan adalah hal yang perlu dilakukan di Liga Indonesia. Ia berharap semua pihak di sepak bola nasional memahami dampak buruk serangan verbal kepada pesepak bola. Maka, tidak lagi boleh ada pembiaran.
”Meskipun selama ini kampanye itu telah dilakukan dan hanya bersifat sesaat, hal itu perlu tetap dilakukan untuk memberikan kesadaran bahwa tindakan perundungan daring tidak memiliki tempat di sepak bola,” kata Aji.
Persiapan VAR
Selain pentingnya kampanye antirasialisme, untuk meningkatkan kualitas kompetisi, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru mempersiapkan implementasi asisten wasit video (VAR) di Liga 1 musim ini. Sebanyak 42 wasit pilihan di Tanah Air, baik di Liga 1 maupun Liga 2, ditatar pada 5-7 Juli di Jakarta untuk menyambut teknologi baru itu.
”Agenda ini sangat penting bagi kami. Bagaimanapun, kami butuh hal-hal baru untuk up date kemampuan kami, apalagi terkait VAR yang harus kami pahami sejak awal,” ujar Thoriq Alkatiri, salah seorang peserta.
Menurut Direktur Operasional PT Liga Indonesia Baru Asep Saputra, edukasi wasit itu merupakan bagian dari proses mengimplementasikan VAR di Liga 1. ”Harapannya, enam bulan ke depan semua wasit sudah paham dan siap menerapkan VAR,” ujarnya lewat siaran pers PT LIB. (*)