Kroser Indonesia yang berkompetisi di kelas MX2 Kejuaraan Dunia Motokros, Delvintor Alfarizi, menjaga konsistensi finis di zona poin dalam balapan MXGP seri Lombok. Dia meraih poin pertama musim ini dalam seri Sumbawa.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Performa kroser asal Indonesia, Delvintor Alfarizi, dalam persaingan kelas MX2 pada ajang Kejuaraan Dunia Motokros atau MXGP terus membaik, dengan finis di zona poin. Dia mengawali musim ini pada seri Jerman, tetapi gagal meraih poin. Sebab, itu balapan pertamanya setelah mengalami cedera. Pebalap yang akrab disapa Adel itu kemudian menjalani balapan dengan lebih solid dalam MXGP seri Sumbawa, dan meraih sembilan poin. Dia menjaga finis di zona poin dalam balapan di Lombok, dengan meraih 11 poin.
Dalam dua balapan di Lombok, Minggu (2/7/2023), Delvintor finis di posisi ke-16 dan ke-15 sehingga meraih poin lima dan enam. Ini menjadi tren positif karena dalam balapan di Sumbawa sepekan sebelumnya, Adel meraih sembilan poin, dari posisi finis di urutan ke-16 dan ke-17. Setelah menjalani tiga seri kelas MX2 ini, Adel pun optimistis dirinya bisa semakin membaik dalam paruh kedua MXGP musim ini.
Saya akan terus berusaha untuk semakin kompetitif hingga memberikan prestasi tertinggi di kejuaraan ini.
”Pada seri Lombok ini, kami harus berkompetisi dalam kecepatan yang tinggi dan dituntut konsisten. Di awal balap, baik di race 1 maupun race 2, saya bisa masuk dalam pertarungan di 15 besar. Bahkan, dalam dua balapan tersebut, saya sempat bertarung di posisi ke-12. Berhasil finis di posisi ke-16 dan posisi ke-15 menjadi perkembangan yang baik di musim ini. Saya akan terus berusaha untuk semakin kompetitif hingga memberikan prestasi tertinggi di kejuaraan ini,” ujar Adel yang membela tim JM Racing Astra Honda.
Delvintor kini akan melanjutkan musim MXGP yang akan berlangsung di Eropa. Dua seri berikutnya, di Ceko dan Belgia, akan menjadi pengalaman penting. Sebab, kedua trek sangat sulit. Trek Loket di Ceko merupakan sirkuit tanah keras sehingga para pebalap akan kesulitan mendapatkan daya cengkeram. Ketajaman feeling pengendalian motor serta kejelian mekanik menyetel motor akan sangat krusial. Trek Loket juga memiliki perbedaan elevasi besar sehingga akan ada tanjakan dan turunan curam serta panjang yang menuju ke tikungan bertipikal off-chamber.
Sementara trek Lommel di Belgia disebut sebagai sirkuit paling sulit karena lintasannya pasir. Trek akan membentuk alur-alur panjang, yang lebih mirip parit, sehingga menuntut kemampuan teknik yang sangat tinggi. Jika saat melalui alur pebalap kurang presisi saat memasuki trek, atau tidak stabil dalam menjaga kemudi, motor akan terpelanting. Kesulitan trek pasir dengan ruts atau alur tak berujung itu akan menguji para pebalap hingga batas kemampuan terbaiknya.
”Saya berharap paruh kedua musim ini lebih baik karena saya sebelumnya mengalami cedera di kaki pada awal musim. Jadi, saya melewatkan empat seri, dan saya tidak mengendarai motor selama delapan pekan, dan itu menyulitkan di awal musim untuk mendapatkan ritme. Sekarang, ini seri ketiga saya, dan semoga seri-seri berikutya (saya) semakin membaik,” tutur Adel yang merupakan pebalap binaan Astra Honda Motor.
Dua trek itu juga dinantikan oleh para pebalap papan atas MX2, antara lain pebalap Yamaha Jago Geerts yang menyapu bersih balapan di Lombok, pebalap KTM yang memuncaki klasemen saat ini Andrea Adamo, serta pebalap Gasgas Simon Laengenfelder. Geerts dan Laengenfelder menemukan momentum di Lombok, yang merupakan balapan awal setelah pulih dari cedera.
Laengenfelder finis di posisi kedua dalam balapan kedua di Lombok, pencapaian yang tidak dia duga karena kondisinya belum 100 persen fit.
”Ini balapan kedua saya setelah cedera, senang bisa di podium karena tidak banyak orang yang menduga ini, termasuk saya. Dalam balapan pertama, saya tidak bisa cepat, tidak bisa melakukan 100 persen, saya merasa kurang yakin dengan trek (ini). Kemudian saya finis kelima sehingga saya tidak berpikir meraih podium pada balapan kedua,” ungkap pebalap asal Jerman itu.
”Tetapi, saya kemudian terdepan dalam putaran pertama, dan kemudian saya terus tancap gas. Mekanik saya mengatakan, jika saya bisa finis di posisi kedua dan meraih podium, itu karena bekerja keras,” ujar Laengenfelder.
”Ya, saya tidak banyak berlatih dengan motor sebelum datang ke Indonesia. Sebab, biasanya, kami tidak balapan di sini karena kami ingin lebih lama lagi untuk pemulihan. Tetapi, menurut saya, kami melakukan pilihan tepat dengan datang ke sini sehingga bisa mencoba dan kini saya memiliki lebih banyak waktu di atas motor. Saya bisa kembali ke Simon yang biasanya,” pungkasnya.