Untuk pertama kali pada tahun ini, An Se-young gagal menembus final turnamen BWF World Tour. Pada semifinal Indonesia Terbuka 2023, An Se-young kehabisan tenaga.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah selalu masuk final dalam tujuh turnamen BWF World Tour yang diikutinya tahun ini, tren positif pebulu tangkis tunggal putri Korea Selatan, An Se-young, terhenti di Indonesia Terbuka 2023. ”Bahan bakar”-nya habis ketika memperjuangkan tempat di final melawan Chen Yufei (China), Sabtu (17/6/2023).
Dalam babak semifinal yang berlangsung di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, An Se-Young kalah dari Chen Yufei dengan skor 8-21, 17-21. Kekalahan itu membuat An-Se young tak mencicipi laga final untuk pertama kali selama mengikuti turnamen BWF World Tour pada 2023.
Pada awal tahun, pebulu tangkis nomor dua dunia ini menembus partai final Malaysia Terbuka Super 1000. Ia memang gagal meraih gelar juara karena kalah dari seterunya, Akane Yamaguchi (Jepang). Namun, hasil itu mengawali langkah An Se-young menjadi pelanggan partai puncak dalam enam turnamen selanjutnya.
Hanya sepekan setelah Malaysia Terbuka, atlet yang baru berusia 21 tahun ini kembali menjadi finalis kala bertanding di India Terbuka Super 750. Bertemu Akane Yamaguchi lagi, An Se-young sukses membalas kekalahan. Kemenangan di India Terbuka menjadi gelar juara pertama dari lima titel yang berhasil diraihnya dalam tujuh final.
An Se-young hanya dua kali gagal di final, yakni pada Malaysia Terbuka Super 1000 dan Jerman Terbuka Super 300, keduanya dikalahkan Yamaguchi. Selebihnya, ia menjuarai Indonesia Masters Super 500, All England Super 1000, Thailand Terbuka Super 500, dan Singapura Terbuka Super 750.
Di Indonesia Terbuka 2023, turnamen yang pernah dimenanginya pada edisi 2021, An Se-young tak mampu melanjutkan tren kesuksesannya. Ia kehabisan tenaga sehingga tak mampu tampil maksimal untuk merebut tiket final kedelapannya.
”Stamina saya terkuras. Saya merasa lelah karena kurang istirahat mengingat jadwal turnamen padat, cukup beruntun,” ucap An Se-young seusai laga melawan Chen Yufei.
Jarak antarturnamen yang diikuti An Se-young memang berdekatan. Dari turnamen terakhirnya, Singapura Terbuka, An Se-young hanya memiliki waktu dua hari untuk istirahat sebelum berlaga di Indonesia Terbuka.
Kekalahan yang dialami An Se-young itu disadari betul oleh Chen Yufei, terutama pada babak pertama. Pasalnya, kata Chen Yufei, tempo permainan An Se-young menjadi lebih lambat. Kondisi itu mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Chen Yufei sehingga unggul jauh pada gim pertama. Dari interval hingga berakhirnya gim pertama, An Se-young bahkan hanya mampu meraup tiga poin tambahan.
Stamina saya terkuras. Saya merasa lelah karena kurang istirahat mengingat jadwal turnamen padat, cukup beruntun.
Pada gim kedua, An Se-young mulai memberikan perlawanan sehingga laga berlangsung lebih ketat. Reli-reli panjang pun terjadi. Beberapa kali An Se-young menyamakan skor dan kemudian unggul 17-15. Namun, setelahnya, raihan poin An Se-young terhenti, sementara Chen Yufei langsung terus mendulang poin hingga mengakhiri laga dengan kemenangan.
Seperti setiap kekalahan yang pernah dialami, An Se-young sedih dengan hasil laga melawan Chen Yu Fei. Namun, ia tak mau larut, termasuk tak mau memikirkan rekornya yang berakhir. Ia akan fokus menjalani pemulihan agar tampil prima pada Korea Terbuka dan Jepang Terbuka, Juli.
Final pertama
Adapun bagi Chen, kemenangan itu memperpanjang dominasinya atas An Se-young. Ia telah menang sembilan kali dalam 13 pertemuan, termasuk pada final Piala Sudirman 2023 pada Mei lalu. Hasil apik melawan An Se-young juga mengantarkan Chen ke final pertamanya di Indonesia Terbuka sejak keikutsertaannya pertama pada edisi 2018. Kecuali saat absen pada edisi 2020, langkah Chen di Indonesia Terbuka selalu terhenti pada babak semifinal.
Pada laga final, Minggu (18/6/2023), Chen akan bertemu wakil Spanyol, Carolina Marin, yang mengalahkan Ratchanok Intanon (Thailand) 21-12, 21-11. Bagi Marin, ini juga menjadi final pertamanya sepanjang dua kali keikutsertaan di Indonesia Terbuka. Pada edisi 2018, Marin tersingkir pada babak pertama, sedangkan pada 2022 ia terdepak di babak kedua.
”Saya sangat senang dengan performa saya hari ini. Ini bukan soal mmenangi pertandingan saja, tapi juga lebih dari itu. Tentu saja saya sangat senang bisa tampil di babak final. Ini memberikan saya kepercayaan diri yang sangat tinggi dan membuat saya sangat senang,” ucap pemegang tiga kali juara dunia ini.