Ganda campuran Indonesia pernah menjadi nomor anak bawang, lalu meraih prestasi tertinggi, dan berada di bawah lagi pada saat ini. Tim pelatih baru di pelatnas bertugas mengembalikan pamor nomor ini.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Setelah ditinggalkan Nova Widianto ke Malaysia sejak akhir 2022, skuad ganda campuran baru memiliki lagi tim pelatih yang lengkap pada Juni 2023. Dengan pamor ganda campuran yang sudah memiliki gelar juara dunia, All England, dan medali emas Olimpiade, tugas mereka untuk menaikkan lagi pamor nomor ini sangat berat, apalagi jika pelatih tak memiliki rekam jejak mumpuni
Nova pindah ke tim nasional Malaysia karena tak ada kontrak kerja dengan PP PBSI. Setelah itu, atlet-atlet ganda campuran pelatnas utama dilatih oleh Amon Santoso yang berstatus asisten pelatih.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky, sekitar Feburari-Maret, mengatakan, pengganti Nova akan ditentukan sebelum masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024 yang dimulai 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024. Namun, ketika atlet telah berburu poin Olimpiade pada kejuaraan beregu Piala Sudirman yang dilanjutkan Malaysia Masters pada Mei, Amon masih bekerja sendiri.
Saat pemain ganda campuran pelatnas, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, tampil pada babak pertama turnamen Indonesia Terbuka Grup Kapal Api pada Selasa (13/6/2023) malam di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, ada sosok yang mendampingi Amon di lapangan. Dia memberi arahan pada Rehan/Lisa dalam interval setiap gim. Rehan/Lisa memenangi laga itu atas unggulan ketujuh asal Malaysia, Goh Soon Huat/Lai Shevon Jemie (Malaysia), dengan skor 13-21, 26-24, 21-17.
Pria yang mendampingi Amon itu adalah Djoko Mardijanto, mantan atlet nasional. Bersama Amon, dia juga mendampingi Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari saat melawan Thom Gicquel/Delphine Delrue (Perancis) di babak pertama, Rabu. Rinov/Pitha mengalahkan unggulan kelima itu dengan skor 21-14, 21-15.
Saat menjadi atlet—Djoko adalah pemain PB Pelita-prestasi terbesarnya adalah ketika menjadi juara asia ganda campuran bersama Sri Untari pada 1992 di Kuala Lumpur, Malaysia. Sri adalah istri dari Tri Kusharjanto dan ibu dari Rehan. Prestasi lain saat adalah mendapat perunggu ganda putra SEA Games Kuala Lumpur 1989 saat berpasangan dengan Aryono Miranat.
Dalam karier kepelatihan, Djoko, mengatakan bahwa dia pernah menjadi pelatih PB Mutiara dan Pelita. Dia juga bekerja di BJB selama 31 tahun delapan bulan. “Selama bekerja di BJB, saya menjadi pelatih bulu tangkis secara privat. Saya juga selalu memperhatikan perkembangan bulu tangkis dunia,” katanya.
Djoko bercerita, dia bisa mendapat tempat di Cipayung karena mengajukan lamaran ke PP PBSI setelah dua posisi pelatih ganda campuran di pelatnas kosong. Selain Nova, Flandy Limpele juga hengkang dari Cipayung sebagai pelatih ganda campuran pelatnas pratama. Saat ini, sektor ini dilatih mantan atlet, Muhammad Rijal.
“Saya menghubungi Rionny, katanya silahkan masukan saja CV. Saya adalah salah satu dari delapan kandidat,” kata Djoko.
Rionny yang dimaksud Djoko adalah Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky. Ditemui di sela turnamen Indonesia Terbuka, Rionny mengatakan, Djoko dipilih karena dia mengenal karakternya.
Dia mantan pemain ganda campuran dan ganda putra dengan kualitas bagus. Jadi, bukan abal-abal. Saat masuk pelatnas, dia bisa langsung beradaptasi dengan pemain.
“Dia mantan pemain ganda campuran dan ganda putra dengan kualitas bagus. Jadi, bukan abal-abal. Saat masuk pelatnas, dia bisa langsung beradaptasi dengan pemain,” kata Rionny.
Rinov dan Tari berharap, kedatangan pelatih baru bisa meningkatkan prestasi ganda campuran Indonesia yang saat ini belum konsisten. Apalagi, saat ini berada pada fase kualifikasi Olimpiade Paris 2024. “Pemain itu adalah prajurit. Siapa pun pelatihnya harus siap,” komentar Rinov.
Mantan pelatih ganda campuran pelatnas Richard Mainaky menuturkan, dia telah mendengar dipilihnya Djoko untuk menjadi pelatih pada nomor yang pernah dipimpinnya selama 26 tahun. Setelah seniornya, Christian Hadinata, membuat pamor ganda campuran Indonesia meningkat, Richard meneruskan tanggung jawab itu.
Karier Richard sebagai pelatih dimulai pada 1995 ketika menjadi asisten pelatih bagi Imelda Wigoeno, pelatih kepala ganda putri dan campuran. ”Pada 1997, Koh Chris menugaskan saya untuk menangani secara khusus ganda campuran. Sejak saat itulah, nomor ini berkembang,” ujarnya pada September 2021, menjelang pensiun dari pelatnas.
Christian dan Imelda adalah ganda campuran Indonesia yang menjuarai All England 1979 dan juara dunia 1980. Kejayaan nomor ini baru didapat kembali sejak awal era 2000-an.
Di tangan Richard, generasi baru ganda campuran pun lahir. Mereka adalah Trikus/ Minarti Timur, Nova/Liliyana Natsir, Flandy/Vita Marissa, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Praveen Jordan/Debby Susanto, dan Praveen/Melatih Daeva Oktavianti.
Richard mengantarkan mereka berprestasi di All England, Kejuaraan Dunia, dan Olimpiade. Total, terdapat 4 gelar juara dunia, 5 gelar All England, 2 perak, dan 1 emas dari Olimpiade.
“Ganda campuran adalah nomor yang tadinya tak dianggap apa-apa, lalu berubah menjadi nomor bergengsi bagi Indonesia. Nomor ini, bahkan, pernah melewati prestasi tunggal putra. Setelah ditinggalkan Nova, saya menyayangkan bahwa ganda campuran tak dipimpin pelatih yang punya reputasi dan bisa mengantarkan pemain ke level tinggi,” kata Richard yang telah memiliki klub bulu tangkis di Manado, Sulawesi Utara ini.
Kecewa dengan sikap PP PBSI dalam menangani situasi pelatih ganda campuran, Richard, bahkan, menilai, nomor ganda campuran tak dianggap penting oleh PP PBSI. “PBSI seharusnya memilih pelatih yang bisa membimbing Amon dan Rijal. Minimal, sosoknya punya reputasi dan pengalaman seperti Nova,” ujar Richard.
Hal ini dikatakan Richard karena pamor ganda campuran Indonesia harus naik kembali setelah pernah berada di atas. Puncaknya adalah ketika Tontowi/Liliyana meraih emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Setelah itu, masih ada Praven/Melati dengan prestasi terbaik juara All England 2020.
Akan tetapi, sejak tiga tahun lalu hingga saat ini, prestasi nomor itu merosot tajam. Penerus Praveen/Melati, yaitu Rehan/Lisa dan Rinov/Pitha baru bisa menjuarai turnamen BWF World Tour Super 300 yang merupakan level terendah.
Rehan pun pernah mengatakan bahwa dia pernah merasa tertekan karena dituntut untuk berprestasi di tingkat dunia dengan cepat. Sementara, Rehan dan rekan-rekannya tak punya senior di pelatnas yang menjadi panutan dan adanya perubahan tim pelatih.
“Saya berusaha beradaptasi karena siapapun pelatihnya, saya harus tetap bekerja keras untuk lebih baik,” katanya.