Jose Mourinho sekali lagi berniat membuktikan krediblitasnya sebagai yang tidak terkalahkan pada final kompetisi antarklub Eropa. Sementara Sevilla menjaga reputasinya sebagai penguasa Liga Europa.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
BUDAPEST, SELASA — Final Liga Europa tiada ubahnya pertarungan kesempurnaan antara Jose Mourinho dan Sevilla. Kedua kubu punya rekor fantastis di final kompetisi antarklub Eropa tersebut. Mourinho mengawal AS Roma dalam angan merebut trofi pada level Eropa selama dua musim beruntun. Adapun Sevilla bersama pelatih baru, Jose Luis Mendilibar, mengincar gelar ketujuh di Liga Europa. Stadion Puskas Arena di kota Budapest, Hongaria, akan menjadi saksi bisu siapa yang paling sempurna di antara Sevilla dan Mourinho.
Pertarungan Roma dan Sevilla dimulai pada Kamis (1/6/2023) pukul 02.00 WIB. Mourinho datang berbekal rekor sempurna dengan memenangkan semua laga final di kompetisi antarklub Eropa yang pernah dia ikuti. Sementara Sevilla tercatat sebagai klub tersukses dalam sejarah Liga Europa dengan meraih enam gelar juara.
Kesempurnaan Mourinho di final kompetisi antarklub Eropa dimulai saat dia membawa FC Porto memenangkan Liga Europa, yang pada 2003 masih bernama Piala UEFA. Kesuksesan itu ternyata mengiringi perjalanan Mourinho kemudian. Pelatih berpaspor Portugal berusia 60 tahun ini tidak pernah kalah pada lima final kompetisi antarklub Eropa selama 20 tahun. Pencapaian itu sekaligus menjadikan Mourinho sebagai manajer pertama yang mencapai final kompetisi antarklub Eropa dengan empat klub berbeda.
Selain Porto, Mourinho meneguk kesuksesan di Liga Champions Eropa bersama Inter Milan. Pada Liga Europa, ia membawa Manchester United keluar sebagai juara pada musim 2016-2017. Terakhir, musim lalu Mourinho memenangkan gelar Eropa kelimanya bersama Roma di Liga Konferensi Eropa usai mengalahkan wakil Belanda, Feyenoord, dengan skor tipis 1-0.
Mantan penyerang sekaligus legenda Roma, Francesco Totti, mengakui Sevilla memang tim yang luar biasa ketika bermain pada Liga Europa. Namun, ia mengatakan, kesempurnaan itu ada batasnya dan Sevilla, cepat atau lambat, akan kalah pada Liga Europa.
Totti yakin dengan keberadaan Mourinho saat ini kans Roma memenangkan laga final sangat besar. Totti memandang Mourinho sebagai pelatih berpengalaman yang mampu membangun motivasi serta kedekatan dengan pemain dan suporter klub. Pengalaman Mourinho yang belum pernah kalah pada final kompetisi Eropa diyakini bisa membantu Roma meraih trofi Eropa keduanya secara beruntun.
”Dengan pelatih seperti ini, yang memiliki kepribadian kuat, semuanya menjadi lebih mudah. Pelatih seperti ini terbiasa menang. Jadi, dia bisa menularkan mental juara ini ke tim dan saya pikir itulah yang dia lakukan,” kata Totti, dikutip dari laman UEFA, Selasa (30/5/2023).
Di Roma, Mourinho membangun pendekatan dengan cenderung menggunakan tiga bek dalam setiap laga. Gianluca Mancini dan Roger Ibanez hampir pasti menjadi andalan di lini pertahanan. Adapun bek tengah diisi antara Chris Smalling atau Bryan Christante. Mereka biasanya dilindungi oleh dua jangkar (double pivot).
Pelatih seperti ini terbiasa menang. Jadi, dia bisa menularkan mental juara ini ke tim dan saya pikir itulah yang dia lakukan.
Inilah kunci kokohnya pertahanan Roma, termasuk resep jitu Mourinho memenangkan Liga Konferensi Eropa musim lalu. Sejauh musim ini, kiper Roma, Rui Patricio, mencatatkan rekor tidak kebobolan terbanyak pada Liga Europa, yaitu sebanyak enam kali. Roma juga memiliki Paulo Dybala yang bisa menjadi pembeda. Sentuhan magisnya kerap menjadi jawaban kebuntuan Roma dalam mencetak gol. Dybala punya kemampuan tembakan jarak jauh yang berbahaya. Hanya saja, ia diragukan bisa tampil pada laga final nanti.
”Sejujurnya, saya rasa (Dybala) tidak (akan bermain). Kalau boleh jujur, saya berharap dia bisa berada di bangku cadangan. Jika Paulo bisa berada di bangku cadangan dan memberi saya 15 menit usaha, saya akan senang,” kata Mourinho.
Kebangkitan Sevilla
Sevilla menatap final dengan optimisme tinggi. Sebelumnya, para pemain Sevilla bahkan tidak menyangka bisa berlaga di final karena mereka fokus menyelamatkan tim dari jurang degradasi di Liga Spanyol. Setelah berganti pelatih dua kali, dari Julen Lopetegui kemudian Jorge Sampaoli, Sevilla kini ditangani Jose Luis Mendilibar.
Kedatangan Mendilibar membawa harapan baru bagi Sevilla. Sejak kedatangan Mendilibar, Sevilla telah menyederhanakan banyak hal. Mereka tidak lagi fokus membangun serangan dari lini belakang dan lebih sedikit bermain menyamping. Mendilibar ingin timnya menggerakkan bola dengan cepat ke depan yang ditandai dengan transisi kilat dan dan mengarahkan banyak bola ke dalam kotak penalti lawan.
Sevilla juga memiliki penyerang berbahaya, Youssef En-Nesyri, yang mencetak dua gol dalam kemenangan perempat final atas Manchester United. En Nesyri kembali menunjukkan tajinya kala mencetak gol saat melawan Juventus pada semifinal. Penyerang timnas Maroko itu memiliki kecepatan, kekuatan duel udara, dan kehadiran di kotak penalti yang kerap tidak disadari oleh bek lawan.
”Saya benar-benar menantikan kesempatan besar dan luar biasa lainnya. Kami menghadapi lawan yang sangat tangguh dan ini akan menjadi pertandingan yang sulit. Saya harap kami menang dan kami menikmati kesempatan ini,” ujar kapten Sevilla, Jesus Navas.
Navas menyampaikan, perubahan besar dilakukan Mendilibar, yaitu mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain sehingga Sevilla mampu bangkit dari hasil buruk hingga kini bisa menjejak final Liga Europa. Mereka juga mampu bertahan pada Liga Spanyol dengan finis pada papan tengah setelah sempat berkutat lama di zona degradasi. (AFP/REUTERS)