Skandal laporan keuangan palsu belum berujung. Setelah sempat disanksi dan dibatalkan, Juve kembali dijatuhkan sanksi berupa pengurangan 10 poin di Serie A. Langkah Juve ke Liga Champions musim depan pun kian berat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
EMPOLI, SELASA – Tidak ada pekan yang lebih kejam dibanding pekan ini untuk Juventus. Belum pula lepas dari ingatan tersingkir dari semifinal Liga Europa yang menjadi satu-satunya ajang yang berpeluang dimenangkan musim ini, ”Si Nyonya Besar” sudah harus menerima dua pil pahit lainnya dalam tempo yang begitu dekat.
Pil pahit itu dimulai dari kembali jatuhnya sanksi pengurangan poin di Liga Serie A Italia sebagai dampak skandal laporan keuangan palsu yang kali ini penaltinya 10 poin. Tak lama, ”Si Zebra” dihancurkan tuan rumah Empoli, 1-4, pada pekan ke-36 Serie A, Selasa (23/5/2023). Rentetan pil pahit itu menjadi pukulan telak yang membuat mereka terlempar dari urutan kedua menjadi peringkat ketujuh sehingga langkah untuk meraih tiket ke Liga Champions Eropa musim depan kian berat.
”Setiap kali kami mengangkat kepala untuk menghirup udara (bangkit), mereka mendorong kami kembali ke bawah (dijatuhkan). Ini terjadi setetes demi setetes, kenapa tidak putuskan sekali saja untuk selamanya (tidak dibatalkan lalu disanksi lagi),” ungkap Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri yang tidak bisa membendung amarahnya akibat diberi penalti 10 poin hanya beberapa menit sebelum Juve kalah 1-4 dari Empoli seperti dilansir Football-Italia.
Sudah jatuh tertimpa tangga dan ditimpa lagi oleh benda lainnya. Mungkin, begitulah nasib nahas yang dialami Juve saat ini. Betapa tidak, empat hari yang lalu, ”Si Putih-Hitam” baru saja disingkirkan oleh Sevilla dengan agregat 2-3 pada semifinal Liga Europa. Padahal, kompetisi kasta kedua antarklub Eropa itu menjadi satu-satunya ajang yang bisa dimenangkan mereka musim ini usai disisihkan Inter Milan dari semifinal Piala Italia dan Napoli yang memastikan scudetto atau juara Serie A pada pekan ke-33.
Kemudian, beberapa menit sebelum memasuki Stadion Carlo Castellani, Empoli pada Selasa dini hari WIB, Juve seolah disambar petir di siang bolong. ”La Vecchia Signora” mendapatkan kabar sanksi pengurangan poin di Serie A sebagai dampak skandal laporan keuangan palsu, yang sempat dibatalkan oleh pengadilan olahraga Komite Olimpiade Nasional Italia (CONI) pada 20 April, kembali diberikan kepada mereka.
Sebelumnya, pada 21 Januari, pengadilan banding Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menghukum mereka dengan sanksi 15 poin. Kali ini, FIGC menjatuhkan penalti 10 poin. Jaksa penuntut FIGC Giuseppe Chine meminta penalti 11 poin dalam sidang di Roma, Italia Senin (22/5) pagi waktu setempat, tetapi panel menanggapinya dengan 10 poin dan pengadilan banding mengonfirmasinya pada Senin malam.
Adapun Juve dinilai bersalah karena menaikkan biaya transfer secara artifisial untuk meningkatkan perolehan modal. Skenario itu secara efektif membuat ”Le Zebre” seolah-olah memiliki aset yang jauh lebih besar daripada yang sebenarnya mereka miliki.
Secara teori, Juve dapat mengajukan banding lain. Akan tetapi, mengingat upaya terakhir yang disetujui klub telah melanggar Pasal 4 terkait permainan yang adil dan kejujuran dalam olahraga, tampaknya upaya banding lanjutan itu tidak akan berhasil.
”Juventus FC mencatat apa yang diputuskan oleh pengadilan banding FIGC dan berhak membaca alasannya untuk mengevaluasi kemungkinan banding ke dewan penjamin CONI,” bunyi pernyataan resmi Juve yang dipublikasikan di Twitter.
Memengaruhi mental
Kabar buruk itu pun memengaruhi mental para pemain Juve. Tak pelak, mereka dicukur tuan rumah Empoli 1-4. Itu hasil yang benar-benar di luar dugaan. Betapa tidak, secara materi pemain dan rekor pertemuan, Juve superior atas Empoli. Pada laga pertama keduanya musim ini di pekan ke-11, Juve menghajar Empoli 4-0.
Allegri mengatakan, kondisi itu bukan situasi yang mudah untuk dirinya dan para pemain. Mereka baru tersingkir dari Liga Europa dan tak lama mendapatkan berita kehilangan 10 poin. Mental mereka terguncang karena poin mereka diambil, dikembalikan, dan diambil lagi dalam lima bulan terakhir.
”Itu adalah situasi yang aneh. Hukuman itu datang 10 menit sebelum kami menghadapi tuan rumah Empoli. Kami kebobolan pada peluang mencetak gol pertama mereka, lalu kebobolan lagi. Kami memiliki peluang untuk memperkecil jarak, tetapi kami tidak bisa memanfaatkannya. Saat ini, yang bisa kami lakukan hanyalah diam dan menerima kekalahan,” ujar Allegri.
Takdir Juve pun berubah dalam sekejap. Sebelum kabar buruk dan hasil negatif itu, ”I Bianconerri” masih berada di urutan kedua dengan 69 poin dari 35 laga. Mereka di atas angin dalam persaingan perebutan empat besar klasemen akhir guna mengamankan satu tiket ke Liga Champions musim depan.
Empat besar
Namun, kini, Juve terjerumus ke lembah terdalam persaingan tersebut. Kini, pengoleksi 36 gelar Serie A itu berada di urutan ketujuh dengan 59 poin dari 36 laga. Mereka tertinggal lima poin dari AC Milan di peringkat keempat atau zona terakhir ke Liga Champions.
Sejatinya, asa Juve untuk berada di empat besar klasemen akhir belum benar-benar tertutup. Dengan dua pekan tersisa, poin maksimal yang bisa diraih Juve adalah 65 poin dari 38 laga. Mereka bisa menyalip Milan dengan salah satu syaratnya bisa menumbangkan ”Si Setan Merah” dalam laga kadang pada pekan ke-37, Senin (29/5).
Sekarang, ada dua pertandingan lain yang mesti dimainkan. Kami mesti terus bersatu, terutama untuk meladeni Milan. (M Allegri)
Akan tetapi, dengan isi kepala dan hati para pemain maupun pelatih yang belum sepenuhnya pulih dari dampak sanksi pengurangan poin tersebut, boleh jadi Juve belum menemukan kemampuan terbaik, terutama saat mereka menjamu Milan nanti. Kalau gagal masuk empat besar klasemen akhir, itu akan menjadi momen terburuk Juve yang selalu merebut tiket ke Liga Champions sejak musim 2011-2012.
Allegri menuturkan, semua momen buruk itu memang sangat memengaruhi mereka. Kendati demikian, dia tidak ingin anak buahnya larut dengan situasi tersebut. Semuanya harus sadar bahwa mereka bermain untuk Juventus yang terbiasa menang atau setidaknya berjuang untuk menang. ”Sekarang, ada dua pertandingan lain yang mesti dimainkan. Kami mesti terus bersatu, terutama untuk meladeni Milan,” tuturnya.
Chief Football Officer (CFO) Juventus Francesco Calvo coba untuk menyemangati tim. Menurut dia, ini adalah musim yang sulit, rumit, dan tidak bisa diprediksi. Maka itu, para pemain dan pelatih patut mendapatkan pujian besar karena masih bisa berjuang sampai akhir untuk Liga Europa, Piala Italia, dan Serie A.
”Para pemain dan pelatih membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang hebat yang tetap fokus melawan semua orang dan segalanya,” ujar Calvo kepada DAZN. (BBC)