Gelar Juara Barcelona untuk Transisi Menuju Era Baru
Setelah terakhir juara pada musim 2018/2019, Barcelona akhirnya kembali meraih gelar La Liga Spanyol usai menang 4-2 atas Espanyol. Gelar itu jadi secercah harapan Barca dalam menuju era baru.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
BARCELONA, SENIN – Barcelona berhasil meraih gelar La Liga Spanyol ke-27 usai menang telak 4-2 atas tuan rumah Espanyol dalam laga bertajuk ”Derbi Catalan” pada pekan ke-34, Senin (15/5/2023) di Stadion RCDE, Barcelona. Itu menjadi gelar pertama Barcelona sejak kepergian aktor utama era emas tiki-taka mereka, Lionel Messi pada musim panas 2021 dan gelar penutup bersama pemain terakhir dari era emas tersebut, Sergio Busquets yang akan meninggalkan tim pada akhir musim ini.
Bersama gelar itu, Barca bersiap memasuki era baru. ”Perasaan yang luar biasa, dari pekerjaan yang dilakukan dengan baik. Buah dari kerja keras dan pengorbanan selama sepuluh bulan terakhir. Para penggemar pantas menerima kebahagiaan ini. Gelar liga penting untuk memberikan kestabilan kepada proyek klub. Gelar liga menunjukkan bahwa segala sesuatunya telah dilakukan dengan cara yang benar dan kami harus terus berada di jalur ini. Banyak harapan untuk masa depan,” ujar pelatih Barca, Xavi Hernandez.
Dalam laga itu, gol kemenangan Barca dilesatkan oleh penyerang Robert Lewandowski pada menit ke-11 dan ke-40, bek sayap kiri Alejandro Balde pada menit ke-20, serta bek sayap kanan Jules Kounde pada menit ke-53. Gol balasan Espanyol dibukukan pemain pengganti, penyerang sayap Javi Puado pada menit ke-73 dan ujung tombak Joselu pada menit ke-90+2.
Kemenangan itu membawa Barca kokoh di puncak klasemen dengan 85 poin dari 34 laga. Barca unggul 14 poin atas rival abadinya, Real Madrid di peringkat kedua. Dengan begitu, Blaugrana tidak mungkin tersusul lagi dalam sisa empat laga musim ini.
Usai laga, para pemain, pelatih, dan staf pendukung Barca larut dalam kegembiraan. Mereka berlari ke tengah lapangan, saling berpelukan, dan melakukan selebrasi dengan saling berangkulan hingga membentuk lingkaran serta melompat-lompat bersama.
Sebaliknya, kekalahan itu membuat Espanyol tak beranjak dari urutan ke-19 dengan 31 poin dari 34 laga. Sejauh ini, Periquitos masih berselisih empat poin dari Real Valladolid di peringkat 17 atau satu tangga di atas zona degradasi. Mereka harus berjuang habis-habisan dan menanti keajaiban untuk bisa bertahan di kompetisi sepak bola terelite ”Negeri Matador” tersebut.
Tak ayal, pendukung Espanyol berang. Suporter garis keras yang berada di belakang gawang pun menyerbu skuad Barca yang sedang berpesta di tengah lapangan. Insiden itu membuat para pemain, pelatih, dan staf pendukung Barca berlarian ke arah lorong yang menuju ruang ganti. Beruntung, penggemar Espanyol yang agresif itu gagal mendekati skuad rival yang lebih dahulu keluar lapangan. Mereka pun meluapkan emosi dengan melempar sejumlah benda ke arah petugas penjaga.
”Selebrasi itu normal, tetapi saya tahu kami tidak sedang berada di rumah sendiri dan kami tidak boleh kehilangan rasa hormat untuk tim serta pendukung lawan. Saya tahu ini sulit untuk dikendalikan. Maka itu, saya mengatakan kepada para pemain, hal terbaik adalah segera masuk ke dalam (ruang ganti) sekarang,” kata Xavi menggambarkan suasana di tengah insiden tersebut.
Ini yang pertama bagi banyak pemain, ini spesial. Kami bekerja sangat keras untuk ini.
Penuh makna
Sebagaimana pernyataan Xavi, sangat sulit untuk tidak merayakan momen juara tersebut. Bukan hanya itu gelar besar pertama Xavi sejak menukangi Barca per 6 November 2021, melainkan pula gelar itu seolah menjadi tanda Barca sudah lepas dari masa sulit di dalam maupun luar lapangan yang dialami beberapa tahun terakhir. Itu adalah gelar pertama pasca Azulgrana ditinggal Messi di tengah krisis keuangan tim.
Kepergian Messi disesalkan banyak pihak dan turut memengaruhi psikologis tim. Betapa tidak, Messi adalah produk asli akademi Barca, La Masia. Mega bintang asal Argentina itu tahu betul bagaimana menjalankan skema tiki-taka yang menjadi ciri khas Barca dalam dua dekade terakhir.
Sejak bergabung ke tim utama pada 2004/2005, Messi menjadi protagonis kejayaan tim yang bermarkas di Stadion Camp Nou tersebut dengan ikut mempersembahkan 34 gelar dari tingkat domestik hingga dunia. La Pulga memuncaki hampir semua rekor individual klub, antara lain pengoleksi gelar terbanyak, pencetak gol terbanyak dengan 672 gol, dan penampil terbanyak dengan 778 laga di semua kompetisi.
Tak pelak, Barca butuh waktu dua tahun selepas kepergian Messi untuk menemukan keseimbangan baru dan kembali menjadi penguasa Spanyol. Gelar itu pun menjadi pelipur-lara usai rentetan hasil negatif musim ini, mulai dari gigit jari tersingkir dari penyisihan grup Liga Champions, disingkirkan juga oleh Manchester United dari play-off Liga Europa, dan lanjut disisihkan Real Madrid dalam semifinal Copa del Rey.
Gelar itu melengkapi trofi Piala Super Spanyol yang mereka raih pasca menundukan Real Madrid 3-1 di Riyadh, Arab Saudi, 16 Januari 2023. ”Saya sangat senang dan bukan hanya untuk diri saya sendiri tetapi untuk seluruh tim yang bekerja sangat keras. Hanya sedikit dari kami yang pernah menjuarai liga. Ini yang pertama bagi banyak pemain, ini spesial. Kami bekerja sangat keras untuk ini,” ungkap pemain sayap Barca, Raphinha.
Sementara itu, gelar itu menjadi kado perpisahan yang manis antara Barca dan Busquets yang telah mengumumkan tidak memperpanjang kontraknya yang berakhir 30 Juni mendatang. Sang Kapten kabarnya punya dua opsi, yakni pensiun atau mencoba pertualangan baru ke liga di Timur Tengah.
Nama Busquets mungkin kalah tenar dibanding Messi, Xavi, dan Andres Iniesta saat mereka masih bermain bersama untuk Barca. Namun, Busquets adalah elemen penting yang menjadi mata rantai tak terpisahkan dari puncak kejayaan tiki-taka Los Cules. Tak heran, pemain yang berposisi sebagai gelandang bertahan itu hanya kalah dari Messi dan Iniesta dalam memberikan gelar untuk klub.
Gelar liga kali ini menjadi trofi ke-32 Busquets bersama Barca. Pemain berusia 34 tahun itu pun bisa pergi dengan perasaan lebih lega karena tahu ada secercah harapan untuk tim yang sangat dicintainya tersebut dalam menatap dan mengarungi era baru.
”Saya ingin meninggalkan Barca dengan memenangkan gelar penting seperti Liga Spanyol dan saya senang bisa melakukannya. Saya pikir kami menjalani musim yang spektakuler dan mengakhirinya dengan kemenangan besar. Saya bangga dengan apa yang tim lakukan sepanjang musim. Kami solid, teratur, dan tidak kehilangan poin yang tidak seharusnya terjadi. Ini merupakan musim yang luar biasa dan saya sangat bahagia bisa mengakhiri sejarah di sini dengan cara ini,” pungkas Busquets kepada Movistar Plus. (AP/AFP/REUTERS)